Tingkah laku manusia zaman sekarang tentu beda dengan zaman dulu. Enggak hanya penampilan, cara berpikirnya pun berubah. Hal ini tentu enggak bisa dihindari. Soalnya, majunya peradaban berdampak pada pemikiran manusia. Namun, di antaranya, ada segelintir orang yang enggak bijak menanggapi kemajuan zaman. Seolah, mereka terbawa arus tren demi pengakuan masyarakat.
Tingkah laku mereka kerap jadi sorotan masyarakat. Enggak hanya anak-anak, orang dewasa pun ikut-ikutan ingin eksis. Memang, perubahan ke zaman yang lebih modern ngebawa manfaat buat manusia, tapi enggak bisa dimungkiri bahwa ada hal negatif yang menyertai.
Nah, kali ini Viki bakal bahas kelakuan “zaman now” yang udah merambah ke berbagai kalangan usia. Lo pasti pernah ngelihat beberapa di antaranya yang sempat jadi viral di media sosial.
Zaman sekarang, anak-anak udah akrab banget sama yang namanya teknologi. Pasalnya, sejak lahir, mereka udah dikelilingi sama yang namanya gawai dan internet. Hingga tumbuh besar, mereka udah terbiasa hidup di zaman yang serbadigital. Tentunya, ini berpengaruh pada kehidupan dan kepribadian mereka.
Seharusnya, sih, kemajuan teknologi bisa dimanfaatin buat hal-hal positif kayak memperluas pengetahuan. Namun, enggak sedikit anak di bawah umur yang terjebak dalam gaya hidup yang bikin geleng-geleng kepala. Misalnya, masih SD udah punya pacar, bahkan pakai panggilan “papa-mama” layaknya pasangan suami istri. Atau, kalau sakit bukannya istirahat, tapi malah foto tangan diinfus atau foto obat lalu diposting ke media sosial. Seakan-akan, para bocah ini enggak mau kalah sama orang dewasa.
Fenomena “zaman now” juga menghinggapi kalangan remaja. Kalau kata Rhoma Irama, “Masa muda, masa yang berapi-api.” Cocok, sih, ngegambarin perilaku remaja yang punya rasa ingin tahu tinggi dan suka mencoba hal-hal baru tanpa mikirin konsekuensinya.
Keinginan buat eksis di masyarakat bikin mereka bisa berbuat semaunya. Misalnya perilaku menghamburkan uang buat hal-hal yang enggak penting. Bedanya dengan bocah “zaman now” adalah mereka rajin mengunggah status terbaru di akun media sosialnya. Jadi, kalau pengen tahu apa kegelisahan anak-anak remaja zaman sekarang, lo bisa baca status atau komentar mereka yang berani ngomongin apa pun.
Enggak mau kalah, para orangtua pun enggak mau ketinggalan zaman. Kalau dulu ponsel hanya digunakan sebagai telepon dan mengirim pesan aja, di zaman sekarang, mereka juga butuh kuota data demi eksis di media sosial, minimal di grup WhatsApp.
Selain ponsel yang berubah jadi smart, para orangtua pun juga ingin anaknya “smart”. Mereka pun tega mengorbankan masa kecil anaknya dengan memberi pendidikan yang berlebihan. Bisa dibilang, anak dijadiin sebagai aset berkompetisi pintar-pintaran dengan anak tetangga.
Enggak hanya itu, para orangtua “zaman now” juga pengen eksis kayak anak muda. Apalagi, ada fenomena mahmud alias mamah muda dan pahmud alias papah muda. Tren apa pun diikutin meski udah beda generasi. Ditambah, kebiasaan ponsel yang enggak terlepas dari genggaman bikin diri mereka terasing dari realita sosial. Bahkan, si anak justru dibekali smartphone yang berisi berbagai video game dengan alasan biar anteng dan enggak rewel.
Setelah munculnya para orangtua “zaman now” yang nyeleneh buat ngeksis di dunia maya, kini ada lagi om-om yang ingin mengikuti jejak. Arti “om” yang dimaksud adalah cowok dewasa yang masih jomblo. Lagi-lagi, karena media sosial, mereka ingin terlihat kece. Namun, kalau lo perhatiin, beberapa justru ada yang gagal keren dan beraksi nyeleneh.
Enggak hanya para om, para tante “zaman now” pun ngelakuin hal yang sama. Bedanya, kalau para om cenderung ingin eksis di dunia maya, para tante ingin eksis di dunia maya sekaligus dunia nyata. Contohnya, tante-tante dengan dandanan necis alias tante sosialita yang niru gaya berpakaian lewat media sosial lalu menghamburkan uang demi buat beli barang-barang bermerek lalu mempostingnya.
Kakek dan nenek “zaman now” enggak mau kalah dengan yang lebih muda. Meski usia senja, mereka ingin merasakan jiwa yang muda. Salah satunya, kasus pernikahan nenek Rohaya dan Slamet yang sempat viral beberapa waktu lalu.
Terlepas dari hal absurd “zaman now”, kakek dan nenek “zaman now” cenderung heran dengan para cucunya. Dulu, para cucu lebih banyak berlarian di dalam rumah dan bermain bersama, sedangkan cucu-cucu tampak anteng dengan gawai yang pegangnya.
***
Majunya teknologi seharusnya disambut positif dan dibarengi dengan kemajuan berpikir. Seakan-akan, kelakuan nyeleneh “zaman now” ini jadi dampak akibat derasnya arus teknologi digital. Padahal, kalau dipikir-pikir, seharusnya semua orang bisa manfaatin kecanggihan teknologi dengan bijak. Nah, menurut lo, fenomena “zaman now” ini termasuk kemajuan atau kemunduran bangsa?