Rasa sebuah makanan atau minuman adalah hal yang subjektif. Masing-masing orang punya seleranya sendiri. Ada yang suka sama rasa sebuah makanan, ada juga yang enggak, atau bahkan menganggap rasanya aneh. Ngomongin soal aneh, semua orang di dunia pasti pernah sekali muncul rasa penasaran buat cobain makanan atau minuman yang rasanya aneh. Hal ini juga berlaku buat kopi yang mungkin lo enggak ketahui bijinya bisa diolah dengan cara yang enggak biasa.
Salah satu biji kopi aneh yang disukai banyak orang adalah kopi luwak. Harganya memang jauh lebih tinggi daripada kopi biasa. Akan tetapi, rasanya yang khas membuatnya disukai banyak penggemar kopi. Harga tinggi dan rasanya yang enak ini berasal dari proses pengolahannya yang enggak biasa, yaitu diambil dari kotoran luwak yang telah diberi makan biji kopi sebelumnya.
Nah, ternyata bukan cuma kopi luwak yang diolah dengan cara yang enggak biasa. Meski cara pengolahannya tergolong aneh dan menjijikkan, kopi-kopi di bawah ini punya rasa dan aroma yang enggak kalah dibandingin kopi luwak, loh. Apa aja, sih?
Praktek pengolahan biji kopi dari ludah monyet ini dilakukan di Taiwan. Petani kopi di sana membiarkan monyet Formosan Rock mencuri biji kopi yang ditanam di sana. Saat musim panen, monyet-monyet yang terkenal gila kafein ini datang membanjiri ladang kopi untuk menghabisi buahnya lalu memuntahkan bijinya.
Awalnya, keberadaan monyet-monyet ini dianggap sebagai hama. Namun, lama-lama petani sadar bahwa biji kopi yang dimuntahkan monyet ternyata punya aroma seperti vanili. Akhirnya, petani di sana pun mengikuti cara tersebut. Praktik ini juga diterapkan di Chickmagalur, India.
Sama kayak beli kopi luwak, lo harus ngerogoh kocek yang lebih dalam untuk bisa menikmati kopi ludah monyet ini. Harga tinggi ini bakalan sebanding karena kopi ini punya rasa yang dianggap khas serta aftertaste yang fantastis. Kopi ludah monyet tergolong lebih langka sehingga dihargai sekitar 27 dolar Amerika (sekitar Rp370 ribu) per 8 ons.
Bagi penduduk Indonesia, rasa angin muson alias angin musiman udah biasa. Kita udah biasa sama cuaca basah ekstrem seperti yang kita rasakan setiap Januari—Februari. Begitu juga saat cuaca kering ekstrem yang biasa terjadi pada pertengahan tahun. Nah, bagaimana kalau rasa angin muson ini dimasukkan ke biji kopi?
Cara olah seperti itu benar-benar ada, loh. Di India, kopi angin muson ini biasa disebut sebagai kopi Muson Malabar. Para petani kopi di India udah menerapkan cara ini sejak zaman kapal masih pakai tenaga angin. Yap, beratus-ratus tahun lalu, petani kopi yang ingin menjual hasil tani mereka di Eropa menemukan cara untuk menghasilkan rasa dan aroma biji kopi yang khas dengan cara menjemurnya di atas kapal berhari-hari dan membiarkannya terkena cuaca basah dan kering.
Sayangnya, keberadaan kopi ini sempat termakan zaman akibat perkembangan teknologi kapal yang semakin canggih dan cepat. Meski begitu, petani kopi India menemukan cara alternatif. Enggak perlu kapal, mereka menjemur biji kopi di karung selama pergantian musim basah dan kering agar bisa menghasilkan rasa dan aroma yang mirip kayak dulu. Cara pengolahannya yang enggak begitu sulit pun membuat harganya enggak semahal biji kopi olahan binatang.
Sebagai produsen kopi terbesar di dunia, Brasil enggak mau kalah sama Indonesia yang udah punya kopi luwak. Makanya, petani di sana berusaha keras untuk mencari cara baru untuk menghasilkan biji kopi yang khas dan berkualitas. Akhirnya, mereka menemukan cara yang sama dengan apa yang dilakukan petani kopi ludah monyet, yaitu menjadikan hama sebagai "rekanan" mereka.
Para petani di Brasil membiarkan buah dan biji kopi Arabika terbaik dimakan oleh burung jacu, salah satu spesies burung kalkun terbang dari Amazon. Bijinya sendiri sama kayak kopi luwak, diambil dari kotorannya. Bedanya, kotoran burung jacu menghilangkan rasa pahit tanpa mengubah rasa aslinya.
Biji kopi burung jacu ini tergolong mahal meski enggak semahal kopi luwak. Soalnya, hanya 300 kilogram biji kopi yang diproduksi setiap tahunnya. FYI, kopi burung jacu saat ini termasuk bagian dari kopi luwak karena proses pengolahannya sama.
Sama kayak kopi burung jacu, kopi gajah diolah dari biji kopi yang dimakan oleh gajah. Kopi ini diproduksi oleh perusahaan Black Ivory Coffee Company asal Thailand dari biji kopi Arabika. Harganya pun sama-sama mahal kayak kopi luwak. Kopi ini biasanya dinikmati oleh turis di hotel-hotel mewah di Thailand.
Rasa kopi yang juga dikenal sebagai kopi Black Ivory ini dipengaruhi oleh enzim digestif gajah yang mampu menghilangkan kandungan protein di kopi. FYI, protein merupakan sumber rasa pahit dari kopi. Artinya, semakin sedikit protein, rasa pahit di kopi pun juga berkurang. Biji kopinya sendiri dicerna selama 15 hingga 70 jam dan bercampur dengan isi dengan kandungan lain yang sedang dicerna gajah.
Hasilnya, kopi yang diolah dari biji kopi gajah ini punya rasa yang mirip seperti kopi susu rumahan, tapi minus rasa pahit. Berbeda dari luwak, gajah merupakan hewan herbivora yang memanfaatkan fermentasi untuk menghilangkan selulosa. Jadi, rasa kopi gajah ini punya rasa khas yang enggak bisa ditemuin pada kopi-kopi lain.
***
Beberapa cara pengolahan biji kopi yang udah Viki jelasin memang terdengar menjijikkan. Meski begitu, penggemar kopi pasti tahu betul rasa kopi yang khas dan benar-benar nikmat. Nah, kalau lo suka kopi, mana kopi yang bikin lo penasaran?