5 Game dengan Proses Pengembangan yang Lama tapi Hasilnya Buruk

Membuat game memang bukan perkara yang mudah. Sebelum memulai proyek, seluruh tim pengembang yang terdiri dari berbagai kepribadian dan kemampuan harus diposisikan dalam satu visi. Kemudian, visi tersebut juga harus disesuaikan dengan berbagai hal lain, seperti bujet, teknologi, dan faktor lainnya, agar game bisa diselesaikan tepat waktu.

Namanya sebuah proses, pastinya enggak luput dari hambatan. Untuk mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi, pengembang pun mau enggak mau harus menunda tanggal rilis gamenya. Kalau menunda sekali atau dua kali, sih, masih jadi hal yang biasa. Namun, ada pengembang yang sampai menunda perilisan gamenya hingga bertahun-tahun. Sudah menunda lama, eh, hasil gamenya sama sekali enggak memuaskan.

Nah, game apa saja, sih, yang menempuh proses pengembangan yang lama, namun hasilnya enggak bagus. Yuk, simak daftarnya!

 

1. Tabula Rasa

Via Istimewa

Kreator Tabula Rasa, Richard Garriott de Cayeux, awalnya sukses membangun open world fantasy RPG dalam waralaba game Ultima. Setelah menghasilkan beberapa seri dalam waralaba tersebut, Garriott de Cayeux bersama timnya membuat sebuah MMORPG dari dunia Ultima yang diberi judul Ultima Online. Game ini diterima dengan cukup baik, bahkan masih bertahan hingga saat ini.

Ketika Garriott de Cayeux membentuk Destination Games dan berencana membuat MMORPG berjudul Tabula Rasa, penggemar pun dibuat berekspektasi tinggi. Ternyata setelah enam tahun proses pengembangan, Tabula Rasa hanya mendapatkan penilaian yang lumayan dan penjualannya pun buruk. Hanya dua tahun setelah game ini dirilis pada 2007, server Tabula Rasa akhirnya ditutup sehingga game ini enggak bisa dimainkan lagi.

 

2. Mighty No. 9

Via Istimewa

Waralaba Mega Man bisa dibilang sebagai pilar dari genre action-platformer. Waralaba ini juga berkembang pesat dengan banyaknya seri Mega Man yang telah dirilis oleh Capcom. Nah, ketika produser Mega Man seri terdahulu, Keiji Inafune, keluar dari Capcom, mendirikan studionya sendiri yang diberi nama Comcept, dan berencana membuat game yang serupa dengan Mega Man, tentunya penggemar punya harapan yang tinggi dengan proyek ini.

Untuk memulai proyek game yang dinamakan Mighty No. 9 ini, Comcept membuka penggalangan dana di Kickstarter untuk pengembangan gamenya pada September 2013. Karena antusias penggemar yang tinggi, Comcept berhasil mendapatkan dana hingga 4 juta dolar. Mighty No. 9 awalnya dijadwalkan rilis pada April 2015. Namun, Comcept menundanya hingga Juni 2016. Ketika gamenya dirilis, hasilnya ternyata enggak sesuai harapan. Segala aspek yang ada di game ini sama sekali enggak bisa disetarakan dengan Mega Man.

 

3. Daikatana

Via Istimewa

Beberapa game diakui memiliki dampak yang besar pada industri game, sebut saja Doom dan Quake. Desainer kedua game ini, yaitu John Romero, merupakan sosok yang berjasa besar atas kesuksesan Doom dan Quake. Nah, ketika Romero meninggalkan id Software dan memulai studionya sendiri yang bernama Ion Storm, banyak yang meyakini bahwa dia akan kembali menghasilkan mahakarya.

Romero pun memulai proyek terbarunya yang berjudul Daikatana pada April 1997. Seharusnya, game ini bisa diselesaikan dalam waktu tujuh bulan. Namun, karena keambisiusan Romero yang ingin membangun game yang kompleks, Daikatana pun akhirnya baru bisa dirilis pada Mei 2000. Saat dirilis, game ini enggak mendapatkan penilaian yang positif dan enggak sukses secara komersial. Enggak lama setelah itu, Ion Storm cabang Dallas pun ditutup.

 

4. APB: All Points Bulletin

Via Istimewa

Suka main Grand Theft Auto (GTA)? David Jones merupakan salah satu orang di balik kesuksesan GTA. Setelah keluar dari Rockstar, Jones membuat studionya sendiri yang diberi nama Realtime Worlds. Suksesnya GTA, tentunya membuat gamer menaruh kepercayaan terhadap Jones. Dia pun akhirnya mengumumkan proyek terbarunya yang digadang-gadang bakal menjadi saingannya GTA.

Proyek bernama APB: All Points Bulletin yang diumumkan pada 2005 ini awalnya dijadwalkan rilis pada 2008. Namun, perilisannya terus ditunda hingga Juni 2010. APB: All Point Bulletin pun dirilis sebagai game MMO. Sayangnya, game ini dikritik karena penuh dengan bug. Selain itu, desain keseluruhannya sama sekali enggak semenarik GTA. Sedihnya lagi, Realtime Worlds mengalami kebangkrutan enggak lama setelah game tersebut dirilis.

 

5. Duke Nukem Forever

Via Istimewa

Suksesnya Duke Nukem 3D, tentunya membuat pengembang 3D Realms ingin kembali mengulang kesuksesan tersebut lewat seri terbaru berjudul Duke Nukem Forever. Game ini sebenarnya dijadwalkan rilis pada 1998. Namun karena keambisiusan 3D Realms, game ini selalu mengalami penundaan. Sayangnya pada 2009, 3D Realms mengalami masalah sehingga pengembangan game ini dialihkan ke Gearbox Software.

Di tangan Gearbox Software, Duke Nukem Forever akhirnya dirilis pada Juni 2011. Akibat penundaan yang cukup lama dan masalah perpindahan pengembang, game ini berakhir sangat kacau. Duke Nukem Forever dikritik habis-habisan karena loading-nya yang lama, sistem kontrol yang jelek, dan desain yang ketinggalan zaman. Harusnya, sih, game ini jangan ditunda-tunda dari awal.

***

Nah, itu dia game-game yang proses pengembangannya panjang, namun hasilnya sama sekali enggak sesuai harapan. Di antara kelima game di atas, ada yang pernah lo mainkan? Setuju, enggak, kalau game tersebut gagal?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.