5 Kesalahan Besar Capcom sebagai Perusahaan Game

Siapa, sih, gamer yang enggak tahu Capcom? Perusahaan ini berawal sebagai produsen dan distributor mesin game elektronik pada 1979. Kemudian pada 1983, Capcom Co., Ltd pun didirikan dan segera memperkenalkan berbagai teknologi dan software canggih ke pasar video game. Nama Capcom sendiri merupakan sebuah singkatan dari “Capsule Computers”.

Sebagai sebuah perusahaan game besar, tentunya banyak game yang telah dikembangkan oleh Capcom. Bahkan, Capcom juga telah menciptakan berbagai waralaba game yang dicintai gamer hingga saat ini, sebut saja Monster Hunter, Resident Evil, dan Street Fighter. Nah, di balik kesuksesan yang diraih Capcom, tentu saja ada kesalahan yang mereka lakukan sebagai perusahaan game.

Nah, apa saja, sih, kesalahan besar yang pernah dilakukan Capcom sebagai perusahaan game? Yuk, simak daftarnya!

 

1. Mengacaukan Waralaba Dead Rising

Via Istimewa

Pada awalnya, game pertama Dead Rising dikembangkan oleh kantor pusat Capcom. Setelah itu, pengembangan seri Dead Rising dialihkan ke Blue Castle Games. Pada 2010, Blue Castle Games berganti nama menjadi Capcom Vancouver setelah Capcom mengakuisisi studio ini dan melakukan kerja sama dengan Microsoft Studios. Hal tersebut membuat sebagian besar seri game ini tersedia secara eksklusif untuk perangkat Xbox.

Seperti yang kita tahu, kepopuleran perangkat Xbox enggak terlalu terasa di beberapa negara, termasuk Indonesia. Hal ini membuat waralaba Dead Rising enggak punya komunitas sebesar waralaba Capcom lainnya. Capcom Vancouver pun sempat membuat kontroversi di Dead Rising 4. Mereka memutuskan untuk mengganti pengisi suara karakter utamanya, Frank West. Penggemar Dead Rising sampai membuat petisi untuk mengembalikan pengisi suara Frank.

Yang lebih mengejutkan lagi, Capcom memutuskan untuk menutup Capcom Vancouver pada 18 September 2018. Capcom melakukan hal tersebut karena ingin memusatkan pengembangan game di studio pusat mereka yang ada di Jepang. Keputusan ini berakibat pada pembatalan seri kelima Dead Rising.

 

2. Merombak Penampilan Dante di DmC: Devil May Cry

Via Istimewa

Buat sebagian penggemar berat waralaba Devil May Cry, keputusan Capcom yang satu ini dianggap sebagai kesalahan terbesar yang pernah mereka buat. Pada Tokyo Game Show 2010, Capcom mengumumkan sebuah proyek terbaru Devil May Cry yang dikembangkan oleh Ninja Theory. Capcom meminta Ninja Theory untuk membuat Devil May Cry yang berbeda dari seri sebelumnya. Sehingga, diputuskan bahwa Ninja Theory akan membuat versi reboot-nya Devil May Cry yang berjudul DmC: Devil May Cry.

Enggak hanya cerita dan gameplay, Ninja Theory bahkan merombak ulang penampilan Dante di game ini. Lo enggak akan menemukan penampilan ikonis Dante di game ini. Dante tampil dengan penampilan yang jauh lebih muda dan berambut hitam. Jelas saja penampilan ini menimbulkan kontroversi di kalangan penggemar. Game ini memang mendapatkan penilaian yang baik dari kritikus, namun tetap gagal mengambil hati para penggemarnya. Hal ini berakibat pada penjualan DmC: Devil May Cry yang gagal memenuhi ekspektasi Capcom.

 

3. Merilis Street Fighter V Tanpa Mode Single Player

Via Istimewa

Street Fighter merupakan salah satu waralaba game fighting Capcom yang paling ikonis. Pada Februari 2016, Capcom akhirnya merilis seri terbarunya, yaitu Street Fighter V. Seperti seri-seri sebelumnya, Street Fighter V juga memiliki sistem gameplay fighting side-scrolling. Sayangnya, Capcom malah menghilangkan unsur yang sangat penting dalam sebuah game fighting di Street Fighter V.

Apa yang lo pikirkan jika sebuah game fighting enggak punya story mode di dalamnya? Pastinya bakal membosankan, ‘kan? Nah, itulah yang terjadi pada Street Fighter V. Entah kenapa, Capcom enggak menyertakan mode single player atau story mode di dalam game tersebut. Karena dikritik habis-habisan, Capcom akhirnya merilis DLC Street Fighter V: Arcade Edition pada Januari lalu yang menyertakan story mode di dalamnya.

 

4. Mengacaukan Resident Evil 6

Via Istimewa

Seri kesembilan Resident Evil ini memungkinkan lo untuk memilih salah satu dari empat protagonis, yaitu Leon S. Kennedy, Chris Redfield, Jake Muller, dan Ada Wong. Salah satu dari karakter yang lo pilih akan menghadapi kekuatan di balik serangan bio-teroris di seluruh dunia. Konsepnya yang keren sampai melibatkan lebih dari 600 staf Capcom, loh. Bahkan, game ini disebut-sebut sebagai produksi terbesarnya Capcom. Nyatanya, Resident Evil 6 enggak berhasil tereksekusi dengan baik.

Empat karakter yang tersedia tentunya menyediakan campaign yang berbeda. Kalau lo memilih Leon, game ini tetap berpegang pada akar survival horornya. Namun, kalau lo memilih karakter lain, game ini malah jadi game aksi tembak-tembakan. Game ini juga terlalu memaksakan banyak elemen di dalamnya. Ditambah lagi, Resident Evil 6 menampilkan pertarungan bos yang repetitif.

 

5. Mengecoh Pemain dengan DLC di Disc

Via Istimewa

Capcom mengumumkan bahwa mereka menempatkan semua DLC Street Fighter X Tekken langsung dalam disc-nya. Namun pada kenyataannya, pemain tetap enggak bisa mengakses semua konten yang ada di dalamnya. Untuk membuka akses tersebut, pemain diharuskan membeli kode untuk membukanya. Hal ini menimbulkan kritikan besar kepada Capcom yang seakan-akan mengecoh penggemarnya.

Baca juga 5 Kesalahan Besar Konami Sebagai Perusahaan Game.

***

Sebagian besar game mereka memang bagus dan disukai oleh banyak gamer di seluruh dunia. Namun, perusahaan ini juga enggak luput dari kesalahan dan sisi gelap. Di antara semua kesalahan di atas, mana yang menurut lo paling fatal?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.