5 Game yang Jadi Kambing Hitam Kasus Kekerasan

Enggak mudah jadi seorang gamer. Apalagi, saat kecil orang tua sering bilang kalau main game itu enggak punya manfaat. Malah, game bisa membuat seseorang jadi beringas. Enggak jarang, loh, kasus kekerasan bahkan hingga aksi terorisme dikaitkan dengan video game.

Padahal, menurut riset video game aksi bisa membuat saraf motorik anak mudah berkembang. Ada banyak game juga yang dikembangkan untuk keperluan lain, bahkan mencari obat virus Corona. Di luar itu, seharusnya otoritas pun lebih bijak menghadapi kasus kekerasan dan enggak langsung menjadikan game sebagai kambing hitam.

Nah, kira-kira apa sajakah judul game yang sering menjadi kambing hitam kala kasus kekerasan mencuat? Simak pilihannya dari KINCIR berikut ini!

1. Grand Theft Auto

Via istimewa

Salah satu waralaba game aksi open world milik Rockstar ini jadi salah satu yang cukup laris di pasaran. Karena populer, game ini pun banyak dimainkan sama anak-anak, padahal game ini punya rating yang harusnya dimainkan oleh remaja di atas usia 17 tahun. Di dalamnya, banyak adegan tembak-tembakan hingga kejar-kejaran menggunakan mobil yang sangat destruktif.

Di Amerika, game ini juga sempat mendapat perhatian khusus kala banyak kasus kekerasan mencuat. Para tersangka bahkan ada yang mengaku kalau game Grand Theft Auto menjadi penyebab mereka melakukannya. Padahal, mereka mengonsumsi alkohol kala menggelar aksi konyolnya. Nah, patut diingat kalau adegan di dalam game itu enggak boleh kalian lakukan di dunia nyata, ya!

2. Mortal Kombat

Via istimewa

Kalau ada waralaba game fighting yang sangat keras, perhatian kita pun mungkin tertuju ke Mortal Kombat. Kita bisa melihat pemandangan gore kala pemain mengakhiri hidup karakter lawannya. Fitur Fatality yang mereka kembangkan memperlihatkan adegan pembunuhan yang sangat sadis. Enggak jarang ada tulang yang dipatahkan hingga organ tubuh yang berhamburan keluar kala karakter kita menggunakan Fatality.

Bagi para pemainnya, Fatality merupakan aksi jenaka untuk mengakhiri hidup lawan. Tapi, sebagian orang mungkin enggak tahan dengan visual yang mengganggu seperti itu. Wajar jika game ini mendapatkan rating dewasa. Di Indonesia, sekuel terakhir Mortal Kombat 11 pun dilarang. Entah karena visual kekerasan atau isu simbol komunis.

3. Doom & Wolfenstein

Di industri video game, salah satu organisasi yang mengeluarkan sistem rating konsumen untuk game adalah Entertainment Software Rating Board atau ESRB. Ternyata, organisasi ini lahir di tahun 1994 kala Amerika memperkarakan dua game shooter, yakni Doom dan Wolfenstein. Dua game klasik tersebut dituding mempertontonkan kekerasan yang sangat brutal dengan menggunakan senjata.

Dalam sidang besar yang memperkarakan kekerasan dalam video game tersebut, para senator maupun pelaku industri game akhirnya menyepakati alternatif untuk membuat ESRB. Sejak saat itu, penyebaran game diawasi secara khusus. Sejak saat itu, Doom dan Wolfenstein pun tetap mempertahankan gaya grafis yang gore dalam sajian action shooter miliknya.

4. Fortnite

Apakah kalian masih ingat dengan kasus terorisme di Selandia Baru pada 2018 silam? Media sempat mewartakan kalau sang teroris terinspirasi oleh game Fortnite. Padahal pernyataan tersebut merupakan kelakar sementara pelaku merupakan individu yang tercemar ideologi radikal.

Jika dilihat, Fortnite merupakan game battle royale yang penuh warna. Senjata-senjata yang diperlihatkan juga penuh fantasi dan game ini enggak memperlihatkan darah serta kematian yang bikin trauma. Terlalu berlebihan jika seorang teroris yang berani masuk ke rumah ibadah mengatakan dirinya terinspirasi oleh game seperti ini.

5. PlayerUnknown’s Battlegrounds

Kala game PlayerUnknown’s Battlegrounds atau PUBG semakin populer, game ini pun mendapatkan portasi ke platform mobile. Alhasil, game ini diunduh oleh jutaan pemain, termasuk oleh anak-anak dan remaja. Karena khawatir konten tembak-tembakan di dalam gamenya terlalu sadis, dunia pun sempat berang dan game ini dilarang di beberapa negara belahan dunia.

Di Indonesia, MUI Aceh pun memberikan fatwa haram terhadap game ini dan para pemainnya terancam hukum agama berupa cambuk dan rajam. Padahal, di Arab Saudi dan timur tengah game ini sempat dipertandingkan hingga saat ini. Akhirnya, Tencent selaku publisher PUBG M pun memberikan alternatif di mana pemain mendapatkan batasan bermain agar tidak mendapat kecanduan.

***

Peran orang tua untuk anak-anak sangat penting jika kita bicara soal video game. Seharusnya, mereka melihat sendiri game apa yang dimainkan oleh anak-anaknya. Sementara itu, game enggak bisa dijadikan alasan kasus kekerasan bersenjata. Sudah seharusnya pemerintah bisa mengantisipasi perjualan senjata api dengan penuh perhatian.

Nah, apakah kalian juga setuju kalau game itu bukan jadi alasan kasus kekerasan? Jangan sungkan untuk berikan pendapat kalian di kolom komentar bawah, ya. Terus ikutin juga berita game dan tulisan menarik lainnya hanya di KINCIR!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.