Kenapa Nintendo Switch Enggak Terlalu Laku di Indonesia?

Sudah dua tahun sejak Nintendo Switch hadir di dunia gaming dan bikin banyak perubahan dari main game. Sayangnya, konsol keluaran Nintendo yang satu ini belum banyak dilirik, enggak seperti PlayStation 4 yang merajai gaming konsol di Indonesia. Padahal, Nintendo punya segudang game menarik yang hanya dirilis di konsol Switch secara bertahap hingga sekarang.

Bukan cuma itu, fitur-fitur konsol game yang satu ini juga bikin ngiler banget karena bisa dimainkan menggunakan TV layaknya konsol konvensional atau pun sambil jalan seperti konsol handheld. Bisa dibilang, kita membeli dua konsol dalam satu Nintendo Switch.

Meskipun konsol ini menarik, nyatanya Nintendo Switch bukan jadi prioritas bagi para gamers di Indonesia. Bahkan, kehadirannya bisa dikatakan belum terlalu laku di negara kita? Apa alasannya? Simak lebih lanjut, ya!

 

1. Kebiasaan Bermain di Layar Berukuran Besar

Via Istimewa

Main game bareng teman atau keluarga memang lebih seru. Bukan cuma pemain yang heboh karena sama-sama ingin menang. Orang yang nonton juga ikutan merasakan euforianya. Malahan, ada kalanya penonton lebih heboh dan rebutan pengen unjuk kebolehan.

Beberapa orang mungkin lebih nyaman dengan fitur handheld. Namun, hal ini juga jadi membatasi kebiasaan seru-seruan bareng. Meskipun konsol hibrida ini bisa dihubungkan ke layar TV lewat dock, pasti ada yang masih menganggap tahapannya ribet. Makanya, pengguna Nintendo Switch bakalan lebih asyik main sendiri dengan mode handheld. Alasan ini yang jadi kurang seru buat main bareng ketimbang main PlayStation.

 

2. Nintendo Switch Belum Bisa Berbuat Banyak Tanpa Game

Via Istimewa

Sebuah game akan menghidupkan Nintendo Switch. Ini sama saja kayak kalian beli gamewatch jadul yang enggak bisa dimainkan kalau enggak pakai kasetnya. Meskipun kalian sudah bisa nonton YouTube lewat Nintendo Switch, rasanya alasan itu saja belum cukup. Bahkan, Nintendo 3DS bisa melakukan lebih banyak hal hanya dengan bermodalkan internet, misalnya browsing dan nonton Netflix.

Dibanding konsol handheld lainnya seperti PlayStation Portable (PSP) dan PlayStation Vita yang muncul lebih awal, Nintendo Switch masih kalah telak. Dua konsol pendahulu ini malah bisa menampung musik dan video favorit kita di dalamnya. Bahkan, ada aplikasi pemutarnya.

 

3. Nintendo Masih Pilih Kasih

Via Istimewa

Hal buruk yang sampai sekarang dilakukan oleh Nintendo adalah belum kasih akses ke gamers Nintendo di Indonesia. Mau enggak mau, kalian yang mau beli game digital di Nintendo eShop harus ganti settingan negara dulu. Sungguh terlalu, Nintendo.

Sementara itu, PlayStation sudah memberi kita beragam pilihan game digital di PlayStation Store versi Indonesia. Bahkan, mereka juga mengubah harga gamenya jadi rupiah. Jadi, kita enggak perlu repot-repot buat mengonversi kurs dari dolar ke rupiah yang selalu berbeda-beda setiap harinya.

Mungkin ini yang juga jadi pertimbangan banyak orang enggak beli konsol Nintendo, termasuk Switch. Jadi, kalau ada pihak Nintendo yang baca tulisan ini dan mengerti maksudnya, semoga saja dia bisa mengidekan untuk membuat Nintendo eShop versi Indonesia.

4. Perlu Waktu Lama untuk Mengisi Daya Baterai

Via Istimewa

Mode handheld dari Nintendo Switch sebenarnya menjebak. Misalnya, memainkan The Legend of Zelda: Breath of the Wild sangat menguras baterai. Mungkin kalian cuma bisa memainkan dua sampai dua setengah jam dari 100% baterai. Setelah itu, mau enggak mau, kalian harus nge-charge lagi.

Masalahnya, mengisi baterai Nintendo Switch itu lama sekali. Butuh waktu hampir tiga jam sampai isinya 100%. Kita saja sekarang berbondong-bondong cari smartphone yang punya fitur fast charging supaya mengisi baterainya cepat dan enggak perlu repot-repot bawa kabel.

 

5. Belum Mendukung Fitur Audio Nirkabel

Via Istimewa

Kalau sudah pernah coba main Nintendo Switch pakai mode handheld, kita enggak bisa mungkir bahwa grafisnya ciamik. Namun, apa serunya game tanpa efek suara yang bikin deg-degan? Dukungan fitur suara inilah yang belum benar-benar diakomodasi dengan matang pada konsol Nintendo Switch.

Enggak semua orang nyaman dengan penggunaan jack earphone saat main game. Nintendo Switch belum mengakomodasi dukungan konektivitas audio nirkabel untuk pengalaman main yang lebih praktis. Mau enggak mau, kalian harus pakai earphone berkabel yang sedikit-banyak mengganggu kalau lagi di tempat umum.

 

6. Aksesori Nintendo Switch yang Mahal

Via Istimewa

Perkara lainnya adalah harga aksesori yang kadang enggak masuk akal. Controller Switch Pro saja harganya bisa mencapai Rp900 ribu sampai Rp1 jutaan. Kebayang, enggak, kalau sampai hilang atau rusak? Nyesek luar biasa, ‘kan?

Buat siapa pun, termasuk gamers, harga adalah urusan yang sangat sensitif. Akhirnya, kelebihan Nintendo Switch jadi enggak terlalu berdampak di Indonesia. Banyak di antara kita yang berpikir seribu kali buat beli Nintendo Switch. Mendingan nunggu teman beli dulu dan kita pinjam biar bisa tahu bagaimana pengalamannya.

7. Kalah Populer dengan Konsol Sebelah

Via Istimewa

Pernah merasa sudah nyaman sama sesuatu sampai-sampai ditawarkan apa pun kalian enggak tergoda? Nah, kejadiannya sama, nih, sama Nintendo di Indonesia. Orang-orang Indonesia sudah telanjur nyaman dengan konsol keluaran PlayStation. Bahkan, banyak generasi 1990-an yang mengikuti perkembangan PlayStation sejak generasi pertama dulu.

Kalau sudah begini, susah, deh, pindah ke lain hati dari PlayStation ke Nintendo. Masih ada kemungkinan untuk Nintendo terus mengembangkan Switch sampai ada di titik terbaik, layaknya PlayStation di hati gamers Indonesia. Saat itu, mungkin Nintendo jadi konsol paling laku di Indonesia. Entah kapan.

***

Meski punya ketidakcocokan dengan selera kebanyakan gamers di Indonesia, bukan berarti Nintendo Switch enggak layak dimiliki. Nah, pernahkah terlintas di benak kalian untuk membelinya? Atau, apakah di antara kalian sudah ada yang memilikinya? Coba ceritakan pengalaman kalian di kolom komentar!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.