(REVIEW) Death Stranding

Death Stranding
Genre
  • action adventure
Publisher
  • Sony Interactive Entertainment
Developer
  • Kojima Productions
Release Date
  • 08 November 2019
Rating
3.5 / 5

Saat pertama kali diumumkan secara publik pada E3 2016, Death Stranding berhasil mengundang banyak perhatian para pencinta game. Sebab, menjelang game ini rilis, para penggemar karya Hideo Kojima pun merasakan euforia yang begitu besar. Terlebih setelah sang maestro tidak lagi bersama Konami.

Dengan proses pengerjaan selama kurang lebih tiga tahun, Death Stranding diharapkan mampu menjadi mahakarya sang maestro selanjutnya. Pasalnya, sebelum hengkang dari Konami, para penggemarnya sangat terpaku pada seri Metal Gear Solid.

Nah, pertanyaannya, apakah waktu pengembangan selama tiga tahun sudah cukup membuat Death Stranding jadi sebagus itu? Ataukah yang terjadi justru sebaliknya? Yuk, simak ulasan khas KINCIR di bawah ini untuk mengetahui jawabannya!


Premis Menarik dengan Alur yang Lamban

Via tangkapan layar

Seperti game-game mahakarya Hideo Kojima lainnya, Death Stranding tetap mengusung premis menarik dengan narasi yang sangat mendalam. Game ini bahkan bisa diibaratkan layaknya sebuah film. Sebab, komposisi cerita di dalam game ini 60% adalah adegan sinematik. Sisanya, kalian bertualang di padang sabana yang sangat luas.

Di dunia Death Stranding, diceritakan bahwa dunia yang kalian tinggali adalah Amerika Serikat pascakiamat. Di dunia yang sudah hancur ini, kalian harus membangun kembali “koneksi” dengan para penyintas lain yang telah terpisah-pisah pascakiamat.

Masuk ke cerita, kalian akan berperan sebagai seorang kurir bernama Sam Porter Bridges. Awal kisah menceritakan kejadian Sam yang kehilangan kendaraannya karena kecelakaan dan harus mencari jalan lain untuk sampai ke tujuan awal.

Singkat cerita, Sam akan dibebani oleh misi penting. Sebagai tokoh utama, peran “pahlawan” akan kalian lakoni. Menyelamatkan Amerika dari kondisi terpuruk ini adalah misi utama. Namun, seluruh alur diceritakan dengan gaya yang lambat dan cukup bertele-tele.

Kalian akan bertemu dengan beberapa tokoh penting yang akan mengantarkan kalian pada setiap misi utama. Di sinilah letak kebosanan akan menimpa kalian. Terlalu banyak dialog di dalam game hingga kalian harus mencerna cerita tersebut secara seksama.

Bukan hanya pusing soal menyelesaikan misi, kalian juga akan dipusingkan dengan pemahaman cerita yang cukup kompleks. Apalagi mengingat banyak istilah-istilah yang harus kalian ingat seperti BT, MULE, BB, DOOMS, dan sebagainya.

Maka dari itu, melewatkan cutscene bisa jadi langkah yang fatal. Sebab, kalian enggak akan menikmati keunggulan utama yang dibawa oleh Kojima di Death Stranding-nya. Lagipula, meski lamban, kalian akan tetap menikmati ceritanya secara keseluruhan. Kehadiran selebritas ternama seperti Guillermo del Toro, Mads Mikkelsen, dan lainnya juga menjadi bumbu yang membuat narasi bisa dinikmati.

Simulasi Realistis Jadi Kurir di Hari Kiamat

Via tangkapan layar

Ketika memainkan game ini, kalian akan disuguhkan dengan banyak fitur yang cukup merepotkan. Sebab, banyak fitur penting yang tidak disediakan secara instan. Misal, ketika menjalankan misi kalian harus menentukan dulu jalur ke tempat tujuan. Sebab di dalam game tidak tersedia mini map layaknya game lain yang mengusung tema besar open world.

Ketika menentukan jalur pun, jangan harap bahwa medan yang akan kalian tempuh akan mudah. Sebab, tidak ada peringatan atau pun tanda jalur terjal dan menanjak di dalam map. Jadi, meskipun kalian telah menentukan jalur kalian tetap perlu mencari jalur paling mudah dan terdekat menuju lokasi tujuan.

Di awal game, kalian hanya bisa berjalan kaki. Akan tetapi, hal ini menambah sensasi bertualang. Sebab, medan yang kalian tempuh bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tebing terjal yang harus dilalui. Belum lagi mencari jalur yang terbilang sulit.

Via tangkapan layar

Layaknya seorang kurir, kalian diwajibkan membawa perlengkapan untuk menyelesaikan misi. Bukan hanya barang “pesanan”, tapi juga perlengkapan lain seperti tangga dan tali untuk mempermudah kalian melewati jalur yang terjal. Serunya, kalian akan melihat sang kurir keberatan ketika membawa barang yang overload.

Kesulitan lain yang akan kalian hadapi adalah bagaimana caranya menyeimbangkan barang bawaan. Saking realistisnya, Sam bisa jatuh jika bawaan melebihi batas normal. Begitu juga saat berjalan menuruni tebing yang jadi lebih cepat sehingga kalian harus terus-menerus menekan tombol L2 dan R2 agar seimbang.

Memang pada nantinya di Chapter 3 ada fitur kendaraan yang cukup membantu. Sebelum itu, kalian benar-benar harus merasakan lelahnya jadi Sam Porter Bridge yang harus melewati lika-liku United City of America (UCA) pascakiamat.

Dalam perjalanan misi, kalian akan dihadapkan oleh rintangan lain yaitu MULE, sebuah pasukan khusus yang berperan sebagai bandit di dalam game. Jika kalian tertangkap, mereka akan meludes barang bawaan kalian bahkan cargo penting untuk menyelesaikan misi.

Selain itu, kalian juga akan dihadapkan oleh kumpulan “makhluk” bernama BT. Di sinilah sensasi game stealth khas Kojima terasa. Kalian akan dihadapkan dengan pilihan harus menghindari atau “melawannya” dengan berlari.

Untuk bisa menghindarinya, game ini mengharuskan kalian menahan napas. Kalian juga harus melangkah dengan senyap jika ingin BT tidak menyerang. Harus diakui, sistem ini jadi inovasi yang bikin Death Stranding terasa menarik.


Game Aksi Rasa Simulasi

Via tangkapan layar

Satu hal penting lain yang harus kalian tahu dari awal sebelum bermain Death Stranding adalah minimnya elemen aksi. Jangan berharap akan banyak adegan tembak-tembakan atau berkelahi dengan tangan kosong seperi game bergenre action pada umumnya.

Seperti yang disebutkan di poin pertama, waktu kalian akan habis dengan mendengarkan cerita saja. Bahkan, ketika bertualang pun kebanyakan rintangan adalah medan yang terjal dan penuh bebatuan.

Untuk musuh lain seperti MULE dan BT, kalian bisa menghindari mereka semua tanpa harus memberikan perlawanan (mungkin memang harus dilewati saja). Sebab, minimnya perlengkapan tempur hanya akan menyusahkan kalian.

Via tangkapan layar

Kalian memang akan dilengkapi dengan beberapa senjata dan alat ledak seperti pistol dan bom. Namun, alat tersebut lebih berguna untuk tindakan preventif saja. Sebab kalian akan sangat jarang menggunakan dua perangkat tersebut.

Minimnya aksi makin terasa dengan relatif mudahnya musuh yang akan kalian hadapi. Baik MULE maupun BT tidak memberikan tantangan berarti. Khususnya MULE yang sangat mudah dikalahkan sehingga Sam jadi terasa begitu overpowered.

BT yang tidak bisa disentuh secara fisik memang jadi tantangan tersendiri. Namun, sensasi tersebut hanya terasa saat kalian bermain di fase-fase awal. Semakin jauh progres game, menghadapi BT pun akan terasa mudah dan membosankan.

Penantian yang Terbayarkan Secara Estetika

Via tangkapan layar

Seperti biasa, Kojima kembali hadir dengan sebuah game yang terasa dan terlihat istimewa secara estetika. Yap, Death Stranding akan benar-benar memanjakan kalian, baik dari pandangan mata maupun yang didengar telinga.

Semuanya benar-benar ditampilkan sangat detail dan indah. Penggambaran karakter tampak sangat realistis sehingga terasa seperti mendekati asli. Di dalam game wajah Norman Reedus (Sam) ditampilkan semirip mungkin dengan aslinya.

Begitu juga lanskap yang tampak imersif dan epik. Efek-efek lain seperti air dan bebatuan disajikan dalam kualitas yang memukau. Sebab saking nyatanya, Sam bisa tersandung ketika berlari di tengah bebatuan tersebut. Belum lagi penampilan tiap tokoh muncul dengan gerakan yang lebih luwes dan ekspresif.

Nuansa mencekam juga kerap ditampilkan tatkala kalian bertemu dengan BT. Perubahan suasana yang dihadirkan benar-benar mampu membawa kalian pada nuansa horor yang cukup menyebalkan.

Satu nilai positif lain dari game ini adalah nihilnya bug. Tentunya hal ini jadi kelebihan yang patut dibanggakan oleh Kojima mengingat game open world kerap bermasalah pada bagian ini. Hal ini pun juga jadi bukti bahwa Kojima dan timnya benar-benar apik dalam mengembangkan gamenya selama tiga tahun terakhir.


Bukan buat Penikmat Kepraktisan

Via tangkapan layar

Mengusung format dunia terbuka, game ini bikin perjalanan Sam di jagat UCA makin melelahkan. Selain letak antar lokasi yang terbilang jauh, kalian juga harus berjalan kaki untuk sampai ke tujuan.

Situasi tersebut mungkin yang akan membuat kalian para gamer yang ingin serba cepat tidak cocok memainkan Death Stranding. Sebab hampir semua alur yang terdapat pada game ini memang sengaja dibuat lamban oleh Kojima.

Kalau kalian para pencinta game genre FPS, fighting, atau RPG, kalian sebaiknya jangan terlalu berharap akan banyak adegan tembak-tembakan dan perang di dalam game. Sebab, fokus utama di dalam game ini adalah mengembalikan Amerika pada keadaan semula melalui koneksi gaib dan hal-hal yang unik lainnya.

Via tangkapan layar

Akan tetapi, berbeda jika kalian memang penikmat game petualangan. Sebab, dalam menjalankan misi kalian bisa menikmati banyak pemandangan yang cukup indah. Hamparan pegunungan dan padang rumput bisa memanjakan mata kalian. Apalagi ada musik yang akan menambah efek relaksasi di setiap perjalanannya.

Setiap lagu yang terdapat di dalam game ini pun dipilih dengan tema yang berbeda-beda. Unsur inilah yang mampu membuat kalian keluar dari rasa tegang selepas melawan BT atau MULE. Belum lagi ditambah dengan efek visual yang membawa kesan tenang.

Untuk bisa menamatkan game ini, kalian memang butuh waktu berjam-jam. Sebab kalian harus mencermati setiap cerita di dalam game yang durasinya bisa sangat lama. Memang ada opsi skip, tapi kalian akan tidak akan mengetahui tujuan utama dari game ini.

***

Game kurir di tengah dunia antah berantah ini memang bisa dijadikan opsi game untuk kalian yang ingin main sambil santai. Sebab, Death Stranding terbilang minim aksi. Bahkan waktu kalian akan banyak dihabiskan untuk mencari jalan mengantarkan barang.

Akan tetapi, perjalanan kalian dalam mengantarkan barang tidak akan bosan, sebab kalian akan dimanjakan dengan tampilan visual yang memukau serta audio yang dikemas sesuai dengan situasi game. Nuansa gelap dan absurd dari game ini juga jadi daya tarik tersendiri.

Kita harus apresiasi upaya Hideo Kojima untuk berinovasi dengan menciptakan genre baru yang disebutnya sebagai “strand” ini. Namun, untuk saat ini, harus diakui Death Stranding belum mampu memuaskan hasrat gamer yang menuntut sebuah sajian aksi fantastis nan seru.

Apa kalian sudah memainkan Death Stranding? Kalau sudah, boleh banget berbagi pengalaman ketika bermain game ini. Kalau belum, baca dulu review dari KINCIR sebelum mencoba memainkannya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.