(REVIEW) God of War (2018): Revolusi Sukses sang Dewa Perang

Banyak gamers di seluruh dunia bilang God of War adalah salah satu waralaba game yang timeless. Lo tetap akan merasa excited saat memainkan seri-serinya meski sebenarnya gamenya sendiri udah kemakan zaman. Mungkin lo setuju akan pernyataan ini. Nyatanya, enggak semua gamers setuju. Hingga seri ketiganya, waralaba game besutan Sony ini terasa kental unsur repetisinya. Format hack-and-slash mulai terasa “kehabisan tenaga”. Terlebih dengan hadirnya game-game bergenre action lainnya yang menawarkan fitur atau pun sistem baru.

Sony pun menjawab kekhawatiran penggemar yang mulai merasa jenuh dengan merilis bocoran seri terbaru God of War pada ajang E3 2016. Sony bilang bahwa game ini bisa dibilang sebagai remake lewat sejumlah perubahan revolusioner yang ada di dalamnya. Cerita dan gameplay disebut sebagai dua aspek yang mengalami perubahan besar.

Penggemar setia God of War pun terbagi dalam dua kubu. Mereka yang jenuh dengan kisah petualangan Kratos yang begitu-begitu aja tentu merasa antusias dan enggak sabar memainkan gamenya. Ada juga yang udah ketar-ketir dan khawatir duluan karena takut God of War kehilangan identitas aslinya.

Upaya Sony Santa Monica sebagai developer game ini pun berbuah manis. God of War terbaru terbukti disukai oleh hampir seluruh penggemarnya. Bukan hanya menjadi seri terbaik dari waralaba ini, namun juga menjadi salah satu game terbaik yang bisa dimainkan untuk PS4. Buat yang masih bingung kenapa God of War bisa mendapat pengakuan prestisius seperti ini, ada baiknya lo lihat ulasannya di bawah ini.

 

1. Kisah Antara Bapak dan Anak yang Pantas Dijadiin Film

Via Istimewa

Sony Santa Monica harus diberi empat jempol. Mereka bekerja dengan sangat baik untuk menciptakan sebuah kisah fantastis sekaligus mendalam pada God of War terbaru. Beda banget sama seri sebelumnya yang punya cerita fantastis, tapi kurang ngena bagi para pemainnya. Harus diakui, kisah petualangan Kratos di seri terbaru ini bisa dijadikan cerita yang baik untuk sebuah film.

Di game ini, Kratos masih menjadi tokoh sentral. Kisahnya sendiri masih mengadaptasi dongeng dewa-dewi populer di dunia. Setelah sukses dengan kisah mitologi Yunani, Kratos kali ini hijrah ke mitologi Nordic. Dia sekarang jadi lebih dewasa dan bijak. Enggak ada lagi sifat pemarah dan brutal. Si Dewa Perang kini memilih untuk hidup dengan damai di dunia Midgard. Di sana, dia bahkan berkeluarga hingga mempunyai anak dengan istri kedua yang ditemuinya di Midgard, Laufey.

Tragisnya, kehidupan damai nan sentosanya mulai terganggu setelah sang istri wafat. Kratos pun mau tak mau harus gantian membesarkan sang anak, Atreus, yang selama ini dibesarkan oleh sang ibu. Hubungan antara bapak dan anak ini pada awalnya seperti hubungan awal cewek dan cowok yang baru PDKT. Atreus tahu nama bapaknya, tapi enggak tahu asal-usul dan karakteristik asli Kratos. Begitu juga dengan Kratos yang merasa canggung pada awalnya karena selama ini hidupnya dihabiskan hanya untuk berburu.

Mereka berdua lalu diberi tugas untuk membawa abu Laufey ke titik tertinggi dunia Midgard untuk disebar. Namun, misi menyebar abu ini enggak segampang yang diduga. Sepanjang perjalanan, Kratos dan Atreus selalu diganggu oleh monster dan dewa. Begitu juga dengan Kratos yang harus meladeni rasa penasaran sang anak.

Via Istimewa

Alasan kenapa banyak monster dan dewa selalu mengganggu perjalanan bapak dan anak ini tentu enggak akan dijelaskan di sini. Namun, bisa dijamin keseluruhan kisah God of War sama sekali enggak mengecewakan. Kisah hubungan antara Kratos dan Atreus menjadi poin utama di game ini. Hubungan mereka berdua terus berkembang seiring progres lo dalam game. Lo bakal melihat transformasi Atreus seiring dia mengenal lebih dekat sang bapak. Begitu juga perubahan Kratos yang belajar menjadi seorang ayah yang baik.

Ikatan kuat antara Kratos dan Atreus benar-benar terbangun dalam sebuah cerita yang tersusun dengan rapi. Interaksi antara dua karakter ini punya peran penting. Makin jauh progres lo dalam game, keduanya akan saling berinteraksi dan membantu. Semuanya terasa alami layaknya kisah nyata hubungan antara lo dan bokap lo.

Penokohan keduanya juga dibantu dengan tingkat kemajuan lo dalam game. Bermain sebagai Kratos, pada awalnya mungkin lo akan merasa keberadaan Atreus justru mengganggu dan enggak ada gunanya. Namun, semakin jauh progres lo dalam game, chemistry antara keduanya pun makin erat. Atreus pun jadi makin kuat dan benar-benar akan menjadi partner yang baik dalam pertarungan. Hal ini pun menumbuhkan kepuasan tersendiri, bahkan rasa bangga layaknya ayah yang bangga kepada anaknya.

Mungkin lo merasa kisah yang tersaji di God of War terbaru ini terlalu dalam untuk ukuran God of War. Namun, hal inilah yang bikin game ini begitu istimewa. Semuanya benar-benar terasa manusiawi layaknya kisah nyata hubungan antarmanusia. Lo juga enggak perlu harus mainin tiga seri sebelumnya untuk mengerti ceritanya. Siap-siap juga dengan berbagai twist dan momen tak terduga yang akan lo temukan di dalam game. Jadi, nikmatin aja ceritanya selagi lo bisa menikmatinya!

Ada yang kelupaan. Siapkan telinga lo juga untuk mendengarkan Kratos yang enggak ada capeknya memanggil sang anak dengan sebutan "Boy".

 

2. Dunia Semi-Open World Rasa Full-Open World

Via Istimewa

Hal yang bikin God of War terasa begitu istimewa selain karena kisah menyentuhnya adalah mekanisme dunia semi-open world. Dunianya didesain dengan sangat apik dan indah. Lo bakal menemukan banyak hal yang menarik untuk dieksplorasi. Meski sifatnya masih semi, rasanya seperti menjelajahi dunia open world yang sangat luas.

Dunia semi-open world game ini juga terasa layaknya penyempurnaan dari mekanisme full-open world. Mungkin lo sering merasa ragu untuk menjelajahi dunia open world yang begitu luas. Biasanya hal ini terjadi karena pemain takut membuang-buang waktu untuk sesuatu hal yang masih abu-abu. Di God of War, semuanya serasa begitu teratur. Dunianya memang dibagi dalam beberapa bagian yang bisa lo jelajahi. Namun, setiap dunia punya “ujungnya”, entah itu dungeon, peti harta karun, atau hutan kuno tersembunyi. Lo juga enggak akan merasa rugi berkat reward yang akan lo terima setelah saat benar-benar mengeksplorasi semuanya.

Langkah Sony Santa Monica untuk enggak menerapkan mekanisme full-open world bisa dibilang sangat tepat. Hal ini nunjukin Sony enggak latah dengan tren game open world yang lagi panas saat ini. Sistem full-open world pun juga berisiko menghilangkan identitas asli God of War.

Simak juga 10 Game Open World yang Lo Mesti Jajal.

 

3. Game dengan Pengalaman Visual Terbaik Sepanjang 2018

Via Istimewa

Di balik ceritanya yang memikat hati, God of War bisa dibilang jadi salah satu game dengan pengalaman visual terbaik sepanjang 2018. Semuanya serba-mendetail, mulai dari lanskap, pergerakan karakter, ekspresi wajah, hingga hal yang paling kecil seperti jenggot tebal Kratos yang bergerak saat dia berbicara.

Semuanya benar-benar terasa sejak lo pertama kali memainkannya. Environment-nya juga terasa sangat hidup. Petir benar-benar menggelegar layaknya petir di dunia nyata. Badai salju pun terasa benar-benar nyata dengan adanya jejak kaki saat Kratos dan Atreus melangkah. Efek animasinya juga terasa sangat fantastis saat Kratos mengeluarkan skill spesial. Begitu juga dengan karakter musuh yang memiliki serangan sihir. Ada juga beberapa momen yang bikin lo speechless karena saking fantastis sajian visualnya.

Lo benar-benar akan terpuaskan secara visual saat bermain game ini. Namun, hal tersebut datang dengan catatan. God of War terbaru benar-benar memaksa PS4 atau bahkan PS4 Pro lo untuk berkerja hingga batas akhir. Jadi, jangan heran kalau lo akan merasakan pengalaman FPS yang nge-drop saat bermain nanti. Ingat, masalah ini bukan salah konsol lo, melainkan memang karena gamenya kelewat canggih.

 

4. Sistem Pertarungan Lebih Kompleks, tapi Lebih Menyenangkan

Via Istimewa

God of War terbaru nyaris mencapai kesempurnaan berkat hadirnya sistem pertarungan baru. Semuanya benar-benar berubah. Enggak ada lagi sistem hack-and-slash asal pukul atau spam attack yang lo selama ini lakukan di tiga seri sebelumnya.

Sebagai gantinya, hadir sistem pertarungan yang jauh lebih kompleks dengan sudut pandang third-person. Enggak ada lagi mode sinematis yang selama ini diterapkan pada game-game God of War sebelumnya. Mekanisme kameranya diganti menjadi fixed third-person dengan posisi POV (point-of-view) berada di atas bahu Kratos.

Sementara itu, mekanisme pertarungannya mirip dengan For Honor yang pernah diulas sebelumnya. Enggak ada lagi serangan bertempo cepat atau combo 50-hit. Lo benar-benar harus menyerang sekaligus bertahan dengan penuh perhitungan. Artinya, lo harus mengincar momen saat musuh lengah untuk melancarkan serangan yang efektif. Jika lo menyerang musuh secara asal, jangan kesal sendiri kalau lo gampang tewas saat bermain.

Kratos enggak lagi menggunakan Blades of Chaos yang selama ini digunakannya pada tiga seri sebelumnya. Kali ini, Kratos menggunakan senjata kapak berelemen es bernama Leviathan Axe. Kapak ini punya mekanisme yang sama dengan Mjolnir milik Thor. Lo bisa menggunakannya untuk jarak dekat atau jarak jauh dengan cara melemparkannya. Leviathan Axe bisa kembali lagi ke tangan Kratos sesuai perintah lo.

Mekanisme ala Mjolnir ini sejujurnya bikin permainan jadi lebih asyik dan menarik. Lagi-lagi, lo harus menggunakannya dengan penuh perhitungan. Semakin ahli lo menggunakannya, kombinasi lemparan dan serangan jarak dekat udah cukup mampu mengalahkan musuh kuat sekalipun. God of War juga memungkinkan lo bisa memanfaatkan environment untuk mengalahkan musuh. Contohnya adalah melemparkan Leviathan Axe ke arah batu yang ada di atas kepala monster. Batu tersebut akan runtuh dan mengenai kepala monster. Sayangnya, mekanisme ini masih terbatas karena enggak semua environment yang ada bisa dimanfaatkan.

Via Istimewa

Elemen RPG juga sedikit terasa di game ini. Saat awal bermain, lo akan terbatas pada serangan atau skill dasar. Nah, semakin sering mainin dan makin banyak XP yang lo dapatkan, lo akan bisa membeli skill baru yang bikin serangan makin bervariasi. Begitu juga dengan senjata atau armor yang lo gunakan. Tersedia fitur upgrade untuk meningkatkan kemampuan bertahan dan serangan lo. Karakteristik dasarnya pun juga beragam. Ada senjata yang punya damage besar, ada juga yang defense-nya lebih besar.

Sistem pertarungan juga makin menarik dengan kehadiran Atreus. Sama dengan Kratos, kemampuanya juga bisa di-upgrade dengan XP. Anak cowok sang dewa perang ini benar-benar akan membantu menyelamatkan hidup lo dalam pertarungan penting. Memang pada awalnya Atreus cenderung enggak berguna. Namun, dia akan makin GG seiring progres lo dalam game. Lama kelamaan, dia bisa mengalahkan musuh sendirian. Dia bahkan bisa menembakkan panah api atau panah listrik yang bisa nge-stun musuh.

Ada sedikit catatan untuk God of War edisi 2018. Game ini memang terlihat sempurna. Namun, ada sedikit kelemahan dari segi gameplay. Saat lo mengganti tingkat kesulitan menjadi "Hard", Kratos benar-benar enggak akan berdaya menghadapi musuhnya. Yap, musuh jadi benar-benar sulit dan beda jauh dari tingkat kesulitan sebelumnya yang lo pilih. Mungkin kelemahan ini bukan sebuah masalah besar. Namun, tetap aja efeknya kerasa jika lo ingin mencari tantangan baru.

Baca juga 5 Waralaba Video Game yang Penggemarnya Paling Banyak.

***

Rasanya sangat sulit untuk enggak membeli God of War jika lo merasa sebagai penggemar setia Kratos atau pun seorang gamer sejati. Game ini punya berbagai nilai plus yang bikin gamers kepincut. Pertama bisa lo lihat dari kisahnya yang luar biasa, menyentuh, dan emosional. Keunggulan dari segi cerita ini didukung dengan gameplay yang benar-benar akan bikin lo lupa diri. Grafisnya yang memukau juga akan memberikan lo pengalaman visual yang enggak akan terlupakan.

Jadi, aneh rasanya jika lo terus-terusan khawatir jika waralaba God of War keluar jalur gara-gara game terbarunya. Kalau lo masih berpendapat seperti itu, artinya lo enggak pernah mainin game ini atau cuma ikut-ikutan tren anti-mainstream. Nah, selagi lo punya kesempatan untuk mendapatkan game ini, jangan ragu lagi untuk memainkannya. Marilah tenggelam dalam kisah antara ayah dan anak dalam mitologi Nordic!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.