5 Gejala Lo Mulai Jadi Gamer Toxic

Kalau lo lagi capek bekerja atau belajar, game bisa jadi salah satu cara untuk menghilangkan penat, ‘kan, termasuk bermain game multiplayer. Namun, yang namanya game multiplayer, lo enggak selalu mendapatkan tim yang sesuai dengan keinginan lo, apalagi kalau lo nge-match random. Kalau lagi apes, lo bisa ngedapatin rekan setim yang kerjaannya ngebacot dari awal game.

Bukannya menghilangkan penat, yang ada lo malah jadi emosi kalau dapat rekan tim yang toxic. Eits, sebelum lo marah-marah sama gamer toxic tersebut, pernah enggak bertanya kepada diri lo sendiri, apakah lo pernah melakukan hal yang sama kepada pemain lainnya?

Nah, apa saja, sih, tanda-tanda seseorang bisa dikatakan sebagai seorang gamer yang toxic? Apakah lo pernah melakukan hal-hal berikut ini kepada pemain lain?

 

1. Berkata Kasar ke Pemain Lain

Via Istimewa

Keberadaan chat dan voice chat memang penting banget dalam game multiplayer karena kedua fitur tersebut bakalan membantu lo saat berkoordinasi dengan rekan tim. Sayangnya, fungsi fitur tersebut selalu disalahgunakan oleh para gamer yang temperamental.

Enggak sedikit gamer yang tanpa ragu melampiaskan kekesalannya dengan menyampaikan kata-kata kasar. Menyebut nama binatang, unsur SARA, dan kata-kata yang bermakna enggak sopan sering terlontar oleh para gamer toxic ini. Kalau lo ketemu pemain yang kayak begini, mending cuekin aja. Kalau lo yang suka ngomong kasar, mending kurang-kurangin, deh.

 

2. Ngerasa Dirinya Paling Benar

Via Istimewa

Akui saja, deh, pasti ada saatnya lo bisa main enggak maksimal dalam satu match. Bisa karena lo mendapatkan rekan yang skill-nya lebih baik atau dapatin musuh yang skill-nya di atas tim lo. Sayangnya, ada beberapa gamer yang enggak ngerasa dirinya menjadi beban tim. Bukannya berusaha main semaksimal mungkin, gamer toxic ini malah nunjuk orang lain sebagai sumber kekalahan mereka.

Pasti pernah dalam suatu match, lo nemuin ada orang yang nyeletuk begini, “Marksman-nya noob, nih” atau “Tank, kok, takut mati”. Padahal ketika lo cek KDA (Kill, Death, Assist) orang itu, ternyata dia yang jadi feeder di tim. Malahan orang yang dia salahkan, bermain jauh lebih baik dari dia. Duh, sebelum nyalahin orang lain, mending lo ngaca dulu, deh.

 

3. AFK (Away From Keyboard)

Via Istimewa

Ini, nih, kelakuan yang paling bikin repot pemain lain. AFK merupakan istilah untuk pemain yang tiba-tiba berhenti saat game berlangsung. Nah, ada baiknya, pastiin dulu kalau lo benar-benar punya waktu saat memutuskan bermain game multiplayer. Jangan maksain main kalau lo sendiri enggak punya banyak waktu luang. Pasti lo pernah, ‘kan, nemuin rekan tim yang tiba-tiba diam saat bermain. Saat ditanya alasannya, ternyata dia AFK karena harus melakukan sesuatu.

Namun, ada kasus AFK yang lebih menyebalkan, sih. Setidaknya lo pasti pernah nemuin ada pemain yang ngancam bakal AFK jika rekannya enggak melakukan hal yang dia minta. Nah, kalau lo sendiri yang suka ngelakuin hal itu, tolonglah untuk berhenti karena enggak ada untungnya buat lo sendiri. Selain rank lo bakal turun karena kalah, lo juga pasti di-report sama rekan tim lo.

 

4. Nge-Cheat

Via Istimewa

Saat memasuki arena pertempuran, ada pemain yang bermain mengikuti peraturan. Bisa menangin pertandingan secara adil tentunya bisa menjadi kebanggaan tersendiri, ‘kan? Selain itu, skill lo pun benar-benar terasah di game yang lo mainkan.

Sayangnya, enggak semua orang punya kesabaran untuk menjadi yang terunggul di suatu game. Mereka pun memilih jalan pintas dengan nge-cheat. Hal tersebut dilakukan hanya untuk memenuhi egonya demi menjadi yang terbaik dalam waktu singkat. Bentuk kecurangannya pun bermacam-macam, ada yang pakai software cheat, ada yang beli akun yang rank-nya tinggi, atau akunnya dijokiin orang lain. Enggak malu kalau ketahuan ternyata skill lo enggak sebagus rank atau tier lo?

 

5. Protes ke Pengembang

Via Istimewa

Memberikan kritik dan keluhan ke pengembang game bukan hal yang buruk, kok. Soalnya, terkadang pengembang juga bisa melakukan kesalahan dalam gamenya, contohnya nyiptain hero dan senjata yang over-power (OP) atau melakukan perubahan dan update yang menyusahkan pemainnya. Jadi, sah-sah aja, kok, kalau mau protes ke pengembang.

Namun, enggak semua pemain menyampaikan kritik atau keluhan yang berguna. Kalau lo pernah perhatiin bagian penilaian game di Google Play Store, ada pemain yang memberikan bintang rendah ke suatu game padahal masalahnya ada di pemain itu sendiri, entah karena sinyal pemain yang memang enggak bagus atau karena handphone-nya yang memang enggak mumpuni. Eh, tapi marah-marahnya malah ke pengembang game.

***

Coba, deh, lo renungkan. Apakah lo pernah melakukan berbagai hal yang disebutkan di atas? Kalau ternyata lo sering melakukan hal-hal tadi, mending tobat, deh. Kalau bisa, berhentilah jadi gamer yang toxic.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.