Faktor yang Bikin RRQ Begitu Dominan di Grand Final MPL Season 2

Bicara soal RRQ dan EVOS di kancah kompetitif Mobile Legends di Indonesia, penggemar pasti langsung akan terbayang betapa sengitnya rivalitas antar kedua tim. Sudah sejak lama mereka bertanding untuk membuktikan siapa yang terbaik. Partai final MPL Indonesia Season 2 pun menjadi momen terbaru perseteruan kedua tim.

Sayangnya, di saat banyak yang berharap pertandingan akan berjalan sengit, hal yang terjadi justru sebaliknya. Pertandingan berjalan anti-klimaks karena EVOS 'memberikan' kemenangan mudah untuk RRQ. Skor 3-0 menjadi hasil akhir yang jauh dari harapan penggemar Mobile Legends di Indonesia.

Hal ini pun memunculkan pertanyaan di kalangan penggemar. Apa yang sebenarnya terjadi pada EVOS? Ataukah memang RRQ se-'alien' itu sampai tak ada tim yang mampu melawannya? Untuk itu, mari kita bahas bersama analisis pertandingan antara kedua tim yang akan dipisahkan dalam beberapa poin pembahasan, khususnya hal-hal yang membuat RRQ begitu dominan.

 

1. Persiapan Matang

Mungkin lo udah dengar kabar soal jerih payah dan persiapan setengah mati EVOS untuk menghadapi MPL Season 2. Contohnya seperti pemain yang wajib 'dikarantina', jam latihan hingga 12 jam sehari, dan sebagainya. Ternyata, EVOS enggak sendirian. RRQ juga telah mempersiapkan semuanya secara matang dan sama beratnya dengan EVOS.

Apa yang dilakukan RRQ bisa dibilang lebih matang. Pasalnya, menurut pengakuan manajer tim RRQ dalam sesi media, Muhammad "Lemon" Ikhsan dan kawan-kawan ternyata dikirim langsung ke negara juara Mobile Legends Southeast Asia Cup (MSC) 2018, Filipina.

RRQ memang belum mengonfirmasi dengan siapa mereka berlatih. Namun, menurut kabar burung yang beredar di kalangan pemain, kuat indikasi bahwa RRQ berlatih dengan juara MSC 2018, Aether Main (sekarang Bren Esports).

Jika benar demikian, wajar saja jika RRQ begitu dominan di MPL Season 2 layaknya Aether Main di MSC 2018. Perbandingan antara keduanya memang enggak murni sama secara strategi dan taktik. Namun, ada kesamaan yang terlihat seperti kemiripan build item yang digunakan.

 

2. AyamJAGO dan Liam

Setelah MPL Season 1 berakhir, banyak tim yang melakukan perombakan pada skuatnya. Termasuk RRQ yang mengganti Steven "Marsha" Kurniawan dan Rizky "Barier" Gunawan dengan Tri "AyamJAGO" Widyanto dan William "Liam" Setiawan. Pada awalnya, perubahan pada skuat RRQ diprediksi akan berakhir kurang baik buat mereka. Nyatanya, hal tersebut benar-benar dibalikkan sendiri oleh dua anggota baru ini lewat performa mereka yang sangat gemilang sepanjang turnamen.

AyamJAGO menjadi kartu as bagi RRQ sepanjang partai final. Penampilannya sebagai carry/midlaner bagi RRQ terbukti merepotkan EVOS sehingga dia menjadi MVP Grand Final. Di balik tampangnya yang kalem, tersembunyi insting membunuh yang sangat sadis layaknya seorang pembunuh berdarah dingin yang selalu tepat sasaran dan tanpa ampun kepada korbannya.

Jika AyamJAGO diplot sebagai eksekutor, lain halnya dengan Liam yang menjadi seorang pelindung bagi rekan setimnya. Performanya sebagai tanker benar-benar gemilang. Beberapa kali pengorbanan dia lakukan di dalam pertandingan demi kemenangan timnya.

 

 

3. Chemistry Juara

Bicara soal juara, bukan cuma mental yang bisa dikaitkan, tapi juga chemistry alias kekompakan tim. Meski punya dua pemain baru, RRQ justru terlihat jauh lebih kompak daripada sebelumnya. Hal ini terlihat jelas di setiap pertandingan yang RRQ jalani selama MPL Season 2. Di pertandingan-pertandingan awal, chemistry mereka memang belum terlihat sempurna. Namun, semuanya seakan tinggal menunggu waktu sebelum mereka benar-benar 'mengikatnya' dengan rapi.

Benar saja. Di pertandingan final, skuat RRQ pun memperlihatkan kepada semua orang bahwa mereka lah tim Mobile Legends terbaik di Indonesia saat ini. Tampak tak ada miskomunikasi di partai final. Semuanya tampak sudah percaya dengan satu sama lain.

 

4. Drafting

Di game multiplayer online battle arena (MOBA) seperti Mobile Legends, strategi pemilihan hero alias drafting bisa dibilang menjadi momen paling krusial sepanjang pertandingan. Pasalnya, di sinilah semuanya akan dimulai. Salah memilih hero, pertandingan akan selesai buat lo. Enggak peduli juga jika lo sudah memilih hero yang (menurut lo) tepat. Semuanya akan buyar jika tim musuh melakukan strategi counter hero dengan baik.

Meski enggak sempurna, RRQ melakukannya selama bertanding di Grand Final MPL Season 2. Strategi drafting mereka bisa dibilang menjadi yang paling melenceng dari meta kekinian. Misalnya Diky "Tuturu" yang sering memilih hero-hero seperti Clint, Harley, dan Thamuz.

Contoh lainnya ada pada game 2 partai final versus EVOS. RRQ dengan lihai langsung memilih Harley sebagai last pick setelah tahun enggak ada hero EVOS yang bisa menahan gempuran burst damage RRQ sejak awal game. Hasilnya pun sesuai prediksi lewat durasi pertandingan yang sangat singkat.

 

5. Rotasi dan Eksekusi Sempurna

Sepanjang Grand Final MPL Season 2, terlihat tim yang dilawan RRQ selalu jatuh ke ritme permainan RRQ. Khususnya EVOS yang beberapa kali terpancing gemuruh Lord di babak kedua upper bracket. Hal ini disebabkan eksekusi taktik yang sangat baik oleh RRQ yang didukung dengan rotasi cepat nan efektif.

Di partai final, rotasi yang dilakukan skuat RRQ begitu on-point. Setiap ada yang kena gank, rekan setim yang lain pasti dengan sangat cepat mampu melindungi. Tak hanya dalam bertahan, rotasi yang sempurna juga diperlihatkan saat menyerang. Beda dengan EVOS yang beberapa kali gagal dalam mengeksekusi situasi gank, RRQ justru benar-benar efektif dalam soal eksekusi hingga mereka bisa menang dengan mudah.

Permainan objektif juga menjadi kunci dominasi RRQ atas EVOS. Saat perang, RRQ pasti meninggalkan salah satu pemainnya untuk menggerogoti satu lane lewat strategi split push. Hasilnya, di saat tim sedang sibuk perang, offlaner RRQ yang biasa diisi Tuturu atau Lemon pun dapat meratakan turret dengan mudah.

Rotasi saat split push skuat RRQ bisa dibilang udah berada di level berbeda. Jika inisiasi war yang mereka lakukan gagal, mereka tetap fokus dan tetap mengincar objektif meruntuhkan turret atau mengacaukan formasi EVOS.

 

***

Harus diakui, RRQ layaknya alien di antara manusia-manusia biasa jika melihat performa superapik mereka sepanjang Grand Final MPL Season 2. Mau dicari celahnya sekalipun, misalnya kata 'keberuntungan', rasanya sulit untuk menodai kemenangan RRQ. Semuanya tampak mudah dan sempurna bagi RRQ. Entah itu dari segi chemistry, strategi, taktik, mental, dan sebagainya. Jika RRQ mampu mempertahankan semua hal itu di kejuaraan-kejuaraan berikutnya, jangan heran jika mereka bisa kembali menjadi juara yang sangat dominan.

Bagaimana tanggapan lo tentang performa RRQ di MPL Season 2? Apakah sangat memuaskan, atau justru biasa aja?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.