(HOTLIST 2019) Kasus Esports Paling Menghebohkan

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, banyak kasus kontroversial yang terjadi di ranah esports. Dari perjudian, memanfaatkan bug untuk menang, hingga mengatur pertandingan untuk keuntungan suatu pihak. Bahkan, beberapa ada yang menggunakan cheat demi mendapatkan gelar juara.

Kasus-kasus ini pun ternyata tidak berhenti di 2019. Beberapa kasus yang telah dipilih KINCIR ini bukan hanya soal keuntungan sepihak. Lebih parahnya, hal tersebut bisa berakibat fatal bagi “korbannya” hingga dapat mencoreng dunia esports.

Mau tahu apa saja kasus yang terjadi di ranah esports selama 2019 ini? langsung saja simak artikel berikut.

1. Kisruh Pemotongan Hadiah SEA Games 2019

Via istimewa

Selama SEA Games 2019 berlangsung, semuanya berjalan dengan lancar. Bahkan, cabang esports mampu menyumbang dua medali perak untuk Indonesia. Prestasi yang membanggakan ini jadi pembukti bahwa esports Indonesia patut diperhitungkan di ajang internasional.

Namun, sepulang dari Filipina, kabar tak sedap tersebar dari seorang mantan pemain AOV, yaitu Mikael Anthony. Lewat postingan stories di akun Instagram miliknya, dia mengungkapkan adanya pemotongan hadiah yang telah didapat oleh atlet berprestasi. Mikael juga menegaskan bahwa pemotongan ini pun dilakukan oleh pihak pengelola yang dalam kasus ini adalah IESPA.

Via istimewa

Tentu, bagi orang awam hal ini pun dirasa tidak adil. Sebab, uang yang telah diperoleh tersebut merupakan hasil dari jerih payah para atlet yang berlaga di SEA Games 2019. Para penggemar esports pun akhirnya berkomentar dan kritik-kritik pedas pun tidak sedikit yang terlontar.

Selaku pihak pengelola, IESPA memang bisa dibilang lambat dalam memberikan klarifikasi. Melalui ketua umumnya, Eddy Lim, IESPA mengklaim bahwa telah ada kesepakatan sejak awal antara pihaknya dan kontingen. Artinya, seluruh pihak yang berangkat dan berlaga di SEA Games 2018 telah menyetujui perjanjian tersebut.

2. Ultimatum Valve kepada GESC

Via istimewa

Indonesia pernah berbangga pernah menjadi tuan rumah dari ajang berkelas Minor Dota 2 musim 2018 lalu. Turnamen GESC Indonesia Minor 2018 pun berlangsung meriah tanpa adanya kendala. Apalagi turnamen yang masuk ke dalam rangkaian Dot Pro Circuit musim 2018-2019 ini merupakan pertama kali diadakan di Indonesia.

Ironisnya, ada satu kasus yang cukup memalukan di balik kemegahan turnamen ini. GESC selaku penyelenggara ternyata tidak membayarkan uang hadiah serta gaji para pelaku acara di GESC Indonesia Minor 2018 meliputi pemain, caster, hingga agensi yang membantu menyiapkan keseluruhan acara.

Sebenarnya, kasus ini telah diusut sejak 2018 lalu. Tepat tujuh bulan setelah acara, Valve memberikan surat terbuka kepada GESC untuk melunasi seluruh transaksi yang tertunda tersebut. Namun, surat terbuka tersebut seperti diabaikan dan pihak penyelenggara juga tidak menyelesaikan masalah tersebut.

Via istimewa

Hingga akhirnya, pihak Valve pun “gerah” dan kembali mengangkat isu ini setahun kemudian. Bahkan, Valve telah menjatuhkan tuntutan kepada GESC di Pengadilan Tinggi Singapura pada 8 April 2019.

Efek dari kasus ini pun tidak sedikit. Sebab, dari rencana awal, Valve dan GESC akan menggelar empat turnamen Minor di Asia Tenggara. Namun hanya dua yang telah terlaksana, yaitu Indonesia Minor dan Bangkok Minor.

Sebelum menggelar dua sisa turnamen, Valve ternyata sudah memutus kontrak dengan GESC hingga kasus ini selesai. Namun, belum juga ada respon dari sang penyelenggara. Meskipun tuntutan sudah naik, belum ada kejelasan atau pun penyelesaian dari GESC.

3. Bugha Kena PrankSwatting

Via istimewa

Budaya prank memang kini tengah ramai dilakukan oleh para penggiat konten hiburan di YouTube atau pun platform streaming lain. Namun, prank yang menimpa sang miliarder muda ini memiliki resiko tinggi. Dirinya terkena kasus “swatting” ketika sedang melakukan live stream di Twitch.

Pasca kemenangannya pada Fortnite World Cup, nama Kyle “Bugha” Giersdorf semakin terkenal di kalangan para gamer. Tentunya, ketenaran ini memiliki dampak positif dan juga negatif. Contohnya adalah kasus swatting yang menimpanya pada Agustus lalu.

Kasus ini bukanlah prank biasa. Sebab, pernah ada korban jiwa akibat kasus swatting. Seorang pemain Call of Duty, yaitu Andreq Finch ditembak mati oleh tim SWAT pada tahun 2017 akibat kabar hoaks tentangnya. Kabar tersebut pun dibuat-buat oleh lawannya di room publik, yaitu Tyler Barriss.

Via istimewa

Untungnya, ketika penyergapan Bugha, ada tetangga yang mengenali salah satu pihak SWAT dan juga Bugha. Akhirnya orang tersebut menjelaskan secara detail tentang Bugha dan kondisi keluarganya yang ternyata baik-baik saja. Sebelum kebenaran terungkap, Bugha dilaporkan telah membunuh sang ayah dan mengikat ibunya di garasi.

Namun, pihak kepolisian Upper Posttsgrave telah mengklarifikasi adanya berita hoaks dan akan menindaklanjuti kasus ini. Meskipun Bugha berhasil selamat, kasus ini memang cukup berbahaya. Pasalnya, tim SWAT tidak bisa langsung mengonfirmasi bahwa berita tersebut.

4. Pemain Hearthstone Di-ban Gara-gara Politik

Via istimewa

2019 bisa dikatakan jadi tahun yang penuh “hikmah” bagi Ng “Blitzchung” Wai Chung. Atlet esports Hearthstone ini dilarang mengikuti turnamen resmi Blizzard selama satu tahun. Pelarangan ini dijatuhkan kepada akibat dari aksinya yang menyerukan dukungan terhadap kondisi Hong Kong.

Aksi ini pun dilakukan ketika sesi wawancara pasca pertandingan pada saat siaran langsung. Blitzchung yang tengah diwawancara ketika itu memakai atribut layaknya para demonstran Hong Kong serta meneriakan kalimat “Liberate Hong Kong, revolution at our age!.” Seketika aksi tersebut berlangsung, siaran pun dihentikan secara paksa dan ternyata berdampak panjang.

Terkait hal ini, Blizzard menjatuhkan hukuman sesuai dengan peraturan resmi Hearthstone GrandmasterOfficial Rule Version 1.4. Salah satu poinnya menjelaskan bahwa bagi siapa saja yang menyerang kelompok publik tertentu dan merusak citra Blizzard, maka pemain tersebut dijatuhkan hukuman berupa pelarangan mengikuti turnamen Grandmaster dan penghapusan uang hadiah.

Via istimewa

Blitzchung pun angkat bicara terkait masalah ini. dia mengatakan bahwa aksi yang dilakukannya untuk menyebarkan kondisi yang sedang terjadi di negaranya. Meskipun apa yang dilakukan Blitzchung adalah sikap positif, hal tersebut berlawanan dengan regulasi Blizzard.

Tentu saja, Blizzard begitu melarang pemainnya menyangkut-pautkan Hearthstone dengan politik. Mungkin, menurut sang pengembang, kasus ini bisa mencorang entitas game itu sendiri. Oleh sebab itu, wajar jika Blizzard mengambil tindakan tegas atas perbuatan tersebut.

5. Polemik Franchise League MPL Season 4

Via istimewa

Musim keempat Mobile Legends Professional League (MPL) menjadi yang paling menarik untuk dibahas di 2019. Pasalnya, baru musim ini Moonton mengubah format dari MPL menjadi franchise league.

Kabar diinisiasinya franchise league untuk MPL Season 4 pun mengundang reaksi keras. Pasalnya, terungkap bahwa setiap tim harus membayar uang sebesar Rp15 miliar untuk bisa berpartisipasi di liga tersebut.

CEO Louvre, Erick Herlangga, menjadi salah satu sosok yang paling vokal dalam penolakan format franchise league MPL Season 4. Dia pun membuat petisi online yang bertujuan agar Moonton membatalkan rencananya.

Kisruh pun terus dilakukan dan menyeret beberapa pihak untuk ikut serta dalam adu argumentasi ini. Moonton pun angkat bicara dan menjelaskan bahwa format franchise league yang mereka canangkan adalah proyek investasi angka panjang yang akan menguntungkan kedua belah pihak.

Setelah beberapa lama, gencatan senjata pun terjadi antar dua pihak. Erick dan Moonton mengakui adanya kesalahpahaman tentang format dan sistem MPL yang baru. Setelah semua pertikaian ini selesai, Moonton tetap menjalankan turnamen MPL Season 4 yang dimenangkan oleh EVOS Esports.

***

Bagaimana tanggapan kalian terkait daftar kontroversi yang terjadi di ranah esports sepanjang 2019? Yuk share pendapat kalian di kolom komentar. Ikuti terus KINCIR untuk berita terbaru serta informasi menarik seputar esports!

`

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.