(Mobile Legends) MPL Season 4: Liga yang Adil, Seru, dan Menguntungkan

Situasi panas menjelang turnamen akbar Mobile Legends Pro League (MPL) Season 4 merekah gara-gara isu franchise league dengan biaya daftar Rp15 miliar. Selain itu, Moonton hanya menyiapkan delapan slot untuk tim yang akan beraksi dipanggung MPL. 

Setelah lama bungkam soal detail turnamen franchise league yang diprakarsainya, Moonton pun akhirnya membeberkan semuanya pada acara konferensi pers MPL Season 4 yang diadakan di Jakarta Barat (23/7).

Melengkapi klarifikasi yang telah dua kali dirilisnya, Moonton menjelaskan bahwa sistem liga waralaba MPL Season 4 merupakan sebuah kejuaraan yang adil serta menjamin keuntungan finansial bagi tim maupun pemain.

“MPL Season Season 4 kali ini berbeda dengan sebelumnya karena kami mengadopsi model franchise league. Tujuan digunakannya model franchise league adalah untuk mengembangkan dan membangun keamanan finansial bagi tim maupun pemain, serta menciptakan struktur yang sistematis pada ekosistem esports di Indonesia,” ungkap Dylan Chia selaku Marketing Director MPL-ID.

Nah, kalau kalian masih belum paham betul, penjelasan Moonton di bawah ini siapa tahu bisa membuka wawasan lebih lanjut soal keuntungan model franchise league.

 

Menjamin Keamanan Finansial

Via Istimewa

Keuntungan finansial menjadi sorotan utama sebagai respons isu "biaya pendaftaran" Rp15 miliar. Seperti yang dijelaskan oleh Dylan, Rp15 miliar menjadi investasi yang membuahkan keuntungan bagi tim maupun pemain.

Lewat sistem bagi hasil, delapan tim yang berpartisipasi di MPL Season 4 akan mendapatkan lebih dari 50% pendapatan liga sebelum dikurangi biaya operasional dan biaya pemasaran liga yang ditanggung sendiri oleh liga (MPL).

Tak hanya tim, pemain juga menjadi pihak yang kecipratan untung sistem franchise league. Seperti yang dijelaskan Moonton, pemain akan mendapatkan jaminan kontrak selama minimal enam bulan untuk tiap musim.

Sayangnya, Moonton masih menutup mulut soal upah minimum yang akan didapatkan pemain. Namun, Dylan pada acara konferensi pers sedikit membocorkan upah minimum yang disebutkannya tidak beda jauh dengan peraturan daerah soal upah minimum rata-rata (UMR).

Mendorong Sistem Permainan yang Adil

Moonton juga menerapkan sistem salary cap untuk MPL Season 4. Peraturan ini kurang lebih sama dengan sistem yang diberlakukan di liga bola basket Amerika Serikat (NBA) yang kebetulan juga menerapkan sistem franchise league.

Sistem ini akan membuat setiap tim akan memiliki standar upah maksimal yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan pemain. Sayangnya, lagi-lagi mereka masih bungkam soal berapa batasan maksimal salary cap untuk tiap tim.

"Sistem ini diberlakukan untuk mendorong keseimbangan kekuatan antar tim serta terjaminnya biaya operasional berkelanjutan," ujar Dylan. 

Via Istimewa

MPL Season 4 juga tidak menerapkan sistem degradasi berkat status permanen yang didapatkan dengan mendaftar sebagai investor liga. Jadi, delapan tim akan terus bermain untuk musim-musim selanjutnya. Moonton pun berencana melakukan ekspansi dan memberi kesempatan bagi tim lain untuk ikut ke liga model waralaba ini di musim selanjutnya.

Sayangnya, hingga tulisan ini terbit, Moonton juga enggan menjelaskan lebih lanjut soal bagaimana penerapan aturan jika tim mengundurkan diri dari liga. Begitu juga dengan aturan sanksi bagi tim yang melakukan pelanggaran.

 

Upaya Moonton Menjangkau Seluruh Kalangan

Selama ini, model liga waralaba (MPL Season 4) dianggap negatif karena tidak menjangkau semua kalangan. Namun, Dylan menampik hal tersebut karena mereka juga menyiapkan program khusus sesuai slogan "Esports for Everyone".

Menurutnya, banyak pihak yang akan mendapat keuntungan dengan penerapan sistem liga waralaba. Enggak hanya Moonton selaku developer tapi juga kepada seluruh pihak yang terlibat, termasuk komunitas esports yang akan mendapat investasi sebesar 8 juta dolar.

Salah satu upaya yang sudah diterapkan untuk merangkul kalangan amatir adalah dengan diselenggarakannya Mobile Legends Intercity Championship (MIC). Turnamen ini memang diselenggarakan secara khusus untuk tim amatir dari daerah. 

Selain itu, mereka juga komitmen akan mengadakan turnamen antar kampus sebagai implementasi tujuan tersebut. Dylan juga menekankan akan memberi izin third party untuk menyelenggarakan turnamen selagi sesuai dengan aturan.

“Kami ingin mengembangkan esports-esports yang masih amatir. Untuk mengubah itu semua, kami membutuhkan dukungan dari para pemain baik amatir maupun regular. Harapan kami, seluruh kalender esports yang ada di Indonesia enggak hanya diisi oleh pemain MPL, tapi juga dari turnamen third party,” lanjut Dylan.

Moonton enggak hanya memperhatikan pemain serta timnya saja. Mereka pun akan mencari talenta-talenta baru yang akan dikembangkan untuk caster atau pembawa acara di ajang esports di Indonesia.

Nantinya, mereka akan berkerja sama dengan para partner untuk membuat program magang guna mencari orang di balik layar seperti manajer dan pelatih.

***

Bagaimana menurut kalian tentang keuntungan yang akan didapat dengan adanya model franchise league? Apakah model ini akan berjalan di Indonesia? Jangan sungkan untuk memberikan komentar kalian dengan menulis di kolom bawah ya! Ikuti terus KINCIR agar kalian enggak ketinggalan berita seputar esports.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.