Perjalanan Jonathan “Emperor” Liandi, Pro Player yang Hijrah Jadi Streamer

Kebiasaan masyarakat bermain game tampaknya telah menjadi gaya hidup. Berhasil membuat industri kreatif baru, esports kini jadi pilihan karier anak muda di Indonesia. Banyak anak muda yang kini tertarik untuk terjun ke ranah ini untuk menjadi seorang pro player. Pasalnya, enggak hanya mendapat pundi-pundi rupiah, mereka juga dapat membanggakan keluarga serta Indonesia di kancah dunia.

Meski demikian, enggak selamanya pro player akan berada di atas. Pemain muda akan terus bermunculan dengan skill yang lebih matang. Kejenuhan pun pastinya menghampiri, mengingat mereka hanya harus fokus bermain tanpa henti.

Salah satu contoh pro player yang memutuskan untuk berhenti dari skena kompetitif adalah Jonathan “Emperor” Liandi. Kejenuhan untuk menjalani rutinitas yang sama kini membuatnya untuk berhenti dan memfokuskan diri menjadi seorang streamer.

Lantas, apa keputusan Emperor untuk terjun ke ranah hiburan? Apakah kariernya sebagai content creator “sekadar” pelarian dari perjalanannya di skena kompetitif? Yuk, ikuti perjalanannya yang telah dirangkum di bawah ini!


Niat Iseng Berujung Upaya Serius

Berawal dari hobi masa kecil, kini Emperor dikenal sebagai pro player di skena kompetitif Mobile Legends. Sebelumnya, mantan pemain dari REVO ini telah mengenal game sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu, pemain yang berzodiak Pisces ini telah mencicipi game GTA dan Dota 2.

Lahir di Prabumulih, Sumatera Selatan, Jonathan kecil hanya mengandalkan game untuk mengisi waktu luang dan liburannya. Sebelum beralih ke game PC, dirinya juga telah mencicipi main game di PlayStation (PS).

Beranjak masa kuliah, Emperor yang mengambil pendidikan di Bandung ini beralih mengisi kekosongannya dengan mulai menjajal game Mobile Legends.

“Waktu zaman kuliah, saya iseng-iseng saja main Mobile Legends. Ternyata, seru juga main MOBA di smartphone. Enggak ribet dan bisa main di mana saja. Hanya butuh sinyal buat HP, terus bisa langsung main. Melihat antusiasme yang lumayan besar, saya memutuskan untuk menekuni game ini. Siapa tahu akan membuahkan hasil,” ungkap cowok yang kini berusia 22 tahun tersebut.

Via Emperor (ketiga dari kanan) bersama tim Bigetron PK di MPL Season 1. Via Istimewa

Emperor sempat membentuk skuad kecilnya bersama dengan teman kuliahnya di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Enggak hanya dengan teman kuliahnya, Emperor juga bergabung dengan skuad kecil yang ada di Bandung. Dari sana, Emperor juga telah mengikuti turnamen-turnamen kecil yang diadakan.

Kegemaran Emperor membuahkan hasil dengan masuk ke tim esports pertamanya, Bigetron. Bersama Bigetron, Emperor memulai perjalanannya di skena kompetitif Mobile Legends dengan mengikuti Mobile Legends Professional League (MPL) Season 1.

Selesai mengikuti ajang terbesar Mobile Legends tersebut, Emperor mulai dilirik oleh salah satu tim esports besar di Indoneisa, yaitu EVOS Esports. Dia menerima ajakan Eko “Oura” Julianto yang sudah terlebih dahulu berada di bawah naungan tim berlambang macan putih itu berkat dukungan dari Sebastian “Ios” Klemens. Terpilihnya Emperor untuk bergabung di EVOS juga berkat usul dari Ios.

Bersama EVOS, Emperor berhasil meraih gelar runner up di ajang MPL Season 2. Belum puas, Emperor menggandeng Eiduart, Fabiens, Dongkey, dan Wann membentuk tim REVO.

Piala Presiden Esports 2019 pun menjadi langkah perdana REVO di skena kompetitif Mobile Legends. Berhasil mewakili regional Surabaya, mereka harus tumbang melawan Louvre.JG di babak delapan besar.

Hijrah Menjadi Streamer

Via dok. kincir

Enggak hanya mengikuti gelaran Piala Presiden Esports 2019, REVO juga mengikuti babak kualifikasi MPL Season 3. Sayangnya, mereka harus kembali menelan kegagalan untuk berlanjut ke babak Playoffs. Akhirnya, mereka memutuskan bubar.

Seiring berjalannya waktu, ketertarikan Emperor pada skena kompetitif enggak sebesar sebelumnya. Hal ini jadi salah satu alasan yang mendorongnya ingin fokus pada platform video miliknya di YouTube dan NimoTV.

“Dulu, kalau kalah di turnamen, saya akan menonton ulang untuk mencari kesalahan dan mempelajari pergerakan musuh. Saat saya di REVO, mengalami kekalahan jadi biasa saja. Keinginan saya untuk belajar dan berkembang sudah enggak sebesar dulu,” ungkap Emperor.

Walaupun ada perasaan kangen untuk mengikuti turnamen, dirinya mengurungkan niat untuk kembali ke ranah kompetitif. Apalagi, latihan yang harus dia lakukan sebelumnya cukup menguras tenaga dan waktu. Saat ini, Emperor mengakui sudah cukup puas dengan pencapaiannya sebagai pro player.


Media Sosial Jadi Pundi Rupiah

Via istimewa

Enggak bisa dimungkiri, media sosial berperan penting untuk karier seorang Jonathan Liandi. Setelah memutuskan untuk berhenti dari skena kompetitif, kini sang pemain telah memfokuskan dirinya menjadi seorang content creator. Pikirannya kini bukan lagi tentang strategi di dalam pertandingan, melainkan bagaimana membuat banyak orang menonton video yang dikreasikan dan diunggahnya.

Penghasilan lebih besar juga dia dapatkan dari karier baru yang dia tekuni selama setahun belakangan. Kini, Emperor telah mempunyai 873 ribu penonton setianya di kanal YouTube miliknya serta 328 ribu di Nimo TV.

“Pola pikir saya sudah berubah. Saya sudah lelah di ranah kompetitif. Waktu jadi pro player, saya enggak punya kehidupan nyata, hanya berlatih terus. Kini, kehidupan saya jadi lebih seimbang,” ungkap Emperor.

Kesuksesan Emperor di ranah streaming yang kini digelutinya memang enggak lepas dari peran media sosial miliknya. Apalagi, di akun Instagram milikinya kini memiliki lebih dari 349 ribu pengikut. Hal ini membuat mantan pemain Bigetron ini sadar untuk lebih berhati-hati ketika sedang melakukan live streaming.

“Saya menyadari bahwa ketika melakukan live streaming, saya akan menjadi diri sendiri. Apalagi jika sedang dalam keseruan bermain game. Pasti akan ada momen yang membuat saya lupa akan ucapan yang terlontar. Namun, sebagai seorang streamer, saya sadar untuk tetap menyaring perkataan yang keluar dari mulut saya,” ungkap Emperor.

Menurutnya, untuk menjaga sikap saat melakukan live streaming, seorang streamer tetap harus memperhatikan tutur katanya. Jangan sampai membuat citra streamer jadi terlihat buruk dengan melakukan filter ucapan dan menahan diri.

Hal ini dilakukan Emperor agar dirinya memiliki citra yang baik agar setiap brand tertarik bekerja sama dalam hal endorsement. Apalagi, Emperor kini sudah menjadi seorang publik figur yang punya kuasa untuk menyebarkan pengaruh besar kepada para pengikutnya.

Menjaga ucapan jika sedang melakukan streaming merupakan tantangan sendiri untuk Emperor. Pasalnya, kini Emperor enggak hanya seorang content creator, dirinya juga dikenal sebagai Brand Ambassador sebuah brand milik tim esports EVOS.

Pemain veteran yang memutuskan untuk berhenti dari skena kompetitif ini, sangat menyadari jika dirinya akan mudah terbawa suasana ketika sedang bermain game.

“Menurut saya, idealnya untuk menjadi streamer jadilah diri sendiri. Tatapi tetap ingat untuk di filter. Enggak semua harus kalian omongin ketika sedang melakukan live streaming. Hal ini sangat saya perhatikan, mengingat saya merupakan seorang Brand Ambassador dari sebuah Brand,” jelas Emperor.

Pro Player dan Streamer, Dua Bidang yang Terikat Erat

Via istimewa

Saat ini, aktivitas bermain game telah bergeser ke arah yang lebih besar. Bukan hanya soal hobi, kini penggiat game telah melebarkan sayap ke arah yang lebih serius, yaitu esports. Bidang olahraga elektronik yang kini semakin menggema telah menarik perhatian publik secara besar. Dari raihan uang berjuta-juta hingga jenjang karier yang luas jadi alasan utama.

Di samping itu, para penggiat esports yang telah meraih popularitas mulai merambah bisnis lain. Di Indonesia, ada banyak nama bekas pemain profesional selain Emperor yang akhirnya bergeser ke lahan streaming. Sebut saja Justin “Jess No Limit” Tobias yang sebelumnya menjadi penggawa EVOS. Daripada memilih untuk pensiun dan meninggalkan game, dua sosok ini bergeser menjadi content creator sekaligus streamer di akun YouTube milik EVOS.

Beralih ke luar negeri, pemain asal Amerika Selatan, yaitu Shroud, juga memilih untuk terjun ke bidang streaming setelah tidak aktif di tim Cloud9. Bisa saja peralihan ini merupakan salah satu hasil dari pemanfaatan momentum glorifikasi esports dalam tingkat global.

Ini menunjukkan dua bidang pekerjaan tersebut memiliki kesinambungan. Di sisi lain, peran media sosial punya kontribusi besar bagi keduanya. Pemetaan pasar yang dilakukan oleh para penggiat esports saat ini sebagian besar menggunakan media sosial. Berbagai kanal yang sedang digandrungi pun jadi pasar yang tepat, seperti Instagram, YouTube, bahkan Twitch.

***

Keputusan Emperor untuk mengakhiri karier di ranah kompetitif memang membuat penggemar patah hati. Namun, aksi Emperor menggeluti Mobile Legends masih bisa disaksikan di media sosial yang digarapnya. Yap, saat ini media sosial merupakan senjata andalan untuk menghubungkan dirinya dengan para penggemar.

Nah, tertarik memahami lebih dalam peran media sosial untuk perkembangan esports dan para pemainnya? Kalian bisa mengikuti acara Social Media Week Jakarta 2019 yang akan diselenggarakan pada 11—15 November di Senayan City, Jakarta. Untuk info lebih lanjut, silakan kunjugi situs resminya.

Ikuti terus KINCIR untuk mendapatkan kabar terbaru serta informasi menarik seputar esports!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.