5 Atlet Esports yang Pernah Tersandung Kasus Poaching

– Kasus pembajakan atlet esports alias poaching bukannya cuma terjadi sekali dua kali.
– Kasus poaching bisa dikatakan terjadi karena belum ada regulasi yang tegas.

Untuk bisa bertahan di ranah esports, enggak hanya pemain saja yang harus berjuang untuk tetap jadi yang terbaik. Tim esports pun melakukan hal yang sama dengan mencari talenta-talenta dengan skill mumpuni. Sayangnya, tim yang mencari pemain kerap melakukan cara yang curang untuk merekrut pemain. Salah satunya adalah tindakan poaching.

Di esports, tindakan ini dianggap sangat tidak sportif. Sebab, mereka akan berusaha untuk mengambil pemain dari tim lain tanpa izin dan kesepakatan antara kedua belah pihak. Beberapa pemain Indonesia pun pernah merasakan tersandung kasus ini sehingga mencoreng reputasinya.

Penasaran siapa aja para atlet esports yang pernah terjerat kasus poaching? Yuk simak pembahasannya di bawah ini!

1. Supriyadi “Watt” Dwi Putra: Patahkan Hati Dua Tim Esports Besar

Via istimewa

Berhasil jadi juara di turnamen Mobile Legends Pro League (MPL) musim pertama, Watt dikabarkan hengkang dari skuad Aerowolf. Perpisahan secara tiba-tiba ini memang menimbulkan pertanyaan besar dari para penggemar.

Berita tentang poaching pun santer terdengar ketika sang pemain diberitakan bergabung dengan ONIC Esports. Sayangnya, keberadaan sang pemain juga enggak bertahan lama di ONIC hanya sekitar tujuh bulan.

Tak hanya sekali, berita Poaching pun kembali beredar yang kala itu sang pemain telah mendekat ke sisi Louvre. Hal ini pun mengharuskan tim tersebut untuk buyout sang pemain karena masih terikat kontrak dengan landak kuning.

2. Ilham “Susugajah” Bahrul: Pemain Incaran Macan Putih

Dalam kasus ini, Susugajah pun jadi perebutan antara dua tim Arena of Valor (AoV) besar di Indonesia, yaitu GGWP dan EVOS Esports. Pemain jungler ini pun berusaha di poaching oleh tim yang berlambang macan putih tersebut.

Bertepatan dengan gelaran ASL Season 2, pihak GGWP pun melaporkan kejadian ini ke Garena sebagai publisher dan penyelenggara turnamen AoV. Setelah dilakukan investigasi, EVOS Esports pun terindikasi melakukan usaha perekrutan ke jungler tersebut. EVOS Esports yang terbukti bersalah oleh pihak Garena, diganjar hukuman verbal alias teguran.

3. Muhammad “Bobbs” Yurryansyah: Pelanggaran Kontrak Berakhir Pemecatan

Via istimewa

Belum lama terbentuk, The Pillars mampu menunjukkan performa baiknya di ranah kompetitif PUBG Mobile. Tim besutan Ariel “Noah” ini pun jadi kuda hitam di gelarang PUBG Mobile Pro League 2019 lalu dengan menempati posisi ke 4.

Sayangnya, tim ini pun mendapat ujian di tahun pertamanya dengan indikasi poaching yang dilakukan oleh Morph. Bobbs pun dianggap melanggar kontrak dan wajib untuk meminta maaf serta dikeluarkan dari The Pillars. Sebagai CEO The Pillars, Rayhan pun melaporkan kejadian ini ke Tencent selaku publisher dan penyelenggara turnamen.

4. Gustavo “Sacy” Rossi: Kasus Pembajakan Bikin Rugi 5000 Dolar

Selaku publisher dari League of Legends, Riot Games menjatuhkan hukuman pada salah satu tim besar di ranah ini, yaitu INTZ. Kala itu, tim yang berbasis di Brasil ini melakukan poaching terhadap pemain Red Canids, yakni Gustavo “Sacy” Rossi.

INTZ pun selalu menepis kalau enggak ada poaching yang dilakukan. Hasil investigasi pun menyebutkan jika tim tersebut bersalah dan dijatuhkan denda sebesar 5000 dolar Amerika. Sang pemilik, yaitu Rogério Rodrigues de Almeida di banned selama 10 bulan. Almeida sempat mengatakan jika kedatangan Rossi ke rumahnya bukan urusan kontrak.

5. Bakyt “Zayac” Emilzhanov: Tergiur Rumput Tetangga yang Lebih Hijau

Meninggalkan rekan-rekannya di Na’Vi , Zayac berpaling ke Virtus.pro. Emilzhanov sebagai CEO dari Na’Vi pun membicarakan situasi yang terjadi pada publik atas kepindahan pemain tersebut.

Dalam video yang yang diunggah ke Youtube, Emilzhanov pun menceritakan tepat setelah turnamen Leipzig Major semuanya masih baik-baik saja. Para pemain pun menerima kekalahan tersebut. Selagi mengatur strategi untuk menghadapi turnamen berikutnya, secara mendadak Zayac mengatakan ingin pindah ke Virtus.pro.

Sang pemain pun langsung mengabarkan ke Director Na’Vi, yaitu Yevhen Zolotarov dan menunjukkan beberapa hal dari kontrak yang memungkinkannya untuk meninggalkan tim tanpa kewajiban.

***

Walaupun dianggap kegiatan yang merugikan, poaching pun masih kerap dilakukan oleh pihak-pihak yang enggak bertanggung jawab. Untuk menghapus perbuatan negatif ini, publisher pun turun tangan untuk melindungi para pemainnya. Namun, dibutuhkan regulasi yang tegas agar kasus-kasus seperti ini tidak pernah terjadi lagi.

Bagaimana tanggapan kalian dengan deretan atlet esports yang pernah tersandung kasus poaching? Jangan sungkan untuk memberikan komentar kalian di kolom bawah, ya! Tetap di KINCIR agar kalian enggak ketinggalan berita seputar esports.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.