5 Alasan Kenapa Esports Harus Masuk Olimpiade 2020

Apa yang ada di pikiran lo pas dengar kata esports? Pasti ngebayangin sebuah kompetisi resmi video game yang dilakukan oleh para gamer profesional. Sama seperti kompetisi olahraga pada umumnya, esports juga bisa disaksikan langsung oleh penonton secara langsung dan bisa disiarkan melalui streaming.

Meski euforianya baru kerasa sekarang, faktanya kompetisi esports itu udah ada sejak lama, loh! Kompetisi esports bermula sejak era 1980-an saat munculnya turnamen arcade games. Memasuki era 1990-an, game konsol menjadi lebih populer. Kompetisinya pun semakin besar dan mulai diadakan di sebuah arena besar yang bisa ditonton banyak orang. Di era 2000-an, PC esports jadi kian populer. Selama beberapa tahun terakhir, Internet telah membangun era baru dalam esports . Para pemainnya pun dapat bersaing dalam kompetisi yang dilakukan dari jarak jauh.

Pertandingan esports dilakukan seperti olahraga pada umumnya. Untuk memenangkan pertandingan, para pemain harus mematuhi aturan tertentu. Kesamaan antara olahraga fisik dan esports inilah yang memunculkan wacana bahwa cabang esports harus masuk Olimpiade.

Pada 2020, Olimpiade ke-32 akan diadakan di Tokyo, Jepang. Sebagai negara yang jadi salah satu pelopor esports, rasanya pas banget kalau Jepang jadi negara pertama yang memasukkan esports ke jejeran olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade. Nah, memang kenapa esports harus banget masuk Olimpiade? Ada banyak alasannya!

 

1. Menarik Perhatian Generasi Muda

Via Istimewa

Seperti yang dilansir Business Insider, Olimpiade 2016 mengalami penurunan jumlah penonton. Menurut statistik, penonton usia 18—49 tahun pada penayangan jam prime time 25% lebih sedikit dibandingkan Olimpiade 2012.

Nah, masuknya esports tentu dapat mengatasi masalah ini. Soalnya, 51% penggemar esports adalah generasi muda, milenial hingga gen Z. Selain itu, Olimpiade juga menambahkan cabang olahraga freestyle BMX dan bola basket three-on-three yang populer di generasi muda sehingga bisa membantu saluran TV untuk memasukkan iklan bagi penonton usia muda.

2. Meningkatkan Nilai Ekonomi dari Program Olimpiade

Via Istimewa

Program ini juga memungkinkan International Olympic Committee (IOC) untuk mengenakan biaya lebih untuk hak siar Olimpiade. Saluran TV pun berkesempatan menaikkan tarif penjualan iklan. Sebut aja Comcast yang membayar lebih dari 12 miliar dolar untuk menjamin hak penayangan Amerika Serikat atas enam periode Olimpiade sampai 2036.

Business Insider menyebutkan selama perhelatan Olimpiade 2016, NBC yang merupakan jaringan milik Comcast mencapai rekor 1,2 miliar dolar dalam penjualan iklan di perhelatan tersebut. Selain itu penjualan digitalnya naik 33% dari Olimpiade 2012. Kebayang, dong, kalau esports masuk Olimpiade?

 

3. Membuka Peluang Esports Jadi Olahraga Mainstream yang Sah

Menurut IOC, esports termasuk kategori olahraga yang relatif baru. Meski begitu, kehadirannya dalam Olimpiade dipercaya akan menyita perhatian penonton secara global.

Mungkin esports enggak jadi pilihan utama penggemar olahraga. Seenggaknya, nama esports bakal lebih dikenal dan bisa memberi dorongan yang signifikan dalam kesadaran para konsumen atas kehadiran olahraga ini.

4. Esports Bisa Punya Badan Pengawas dan Pengelola Pusat Resmi

Via Istimewa

Esports sampai saat ini belum memiliki badan pengelola yang independen dan menyeluruh untuk mengawasi industrinya secara keseluruhan. Hal ini dapat berpotensi menciptakan kegaduhan, khususnya saat terjadi masalah, karena absennya badan pengawas resmi.

Olimpiade diharapkan bisa menjadi pencetus adanya badan pengawas dan pengelola pusat resmi yang mengawasi industri esports, sama halnya dengan FIFA yang mengawasi sepak bola internasional.

5. Menciptakan Atmosfer Olimpiade yang Lebih Geeky

Olimpiade enggak selalu berfokus pada aspek olahraga fisik. Seperti yang dilansir Guardian, IOC juga memberikan medali atas town planning, drawing, dan poetry (puisi). Status Jepang sebagai tuan rumah Olimpiade tentunya bisa bikin publik merasakan atmosfer ala geeky yang unik dan asyik.

Kehadiran esports juga enggak bisa lepas dari karakter-karakter video game yang disukai oleh para penggemarnya. Sebagai salah satu negara yang kaya dengan budaya pop lewat anime dan manga, Jepang berpeluang membuka kesempatan untuk menghadirkan para cosplayer. Hal ini memberi kesempatan untuk kompetisi cosplay, merakit Gundam, dan kompetisi geeky lainnya, tentu dilihat dari aspek Olimpiade yang juga menilai hal lain di luar aspek olahraga fisik.

Sekali lagi, hal ini bisa menarik perhatian generasi muda untuk berpartisipasi dalam Olimpiade.

***

Meskipun sedang berkembang pesat, esports masih belum diterima secara meluas. Masih banyak pihak menilai esports alias main game sebagai kegiatan yang enggak berfaedah. Makanya, kalian harus maklum kalau perjalanan esports untuk masuk ke Olimpiade bakal alot.

Akan tetapi, kalian jangan berkecil hati. Esports telah menjadi cabang olahraga demonstrasi dalam Asian Games 2018. Selain itu, Olympic Council of Asia (OCA) juga mengumumkan bahwa esports akan menjadi olahraga medali yang akan dipertandingkan di Asian Games 2022 di Tiongkok.

Memang, awalnya terlihat mustahil bagi esports untuk hadir di Olimpiade 2020. Akan tetapi, penggemar esports di seluruh dunia wajib optimis. Soalnya, semua upaya di atas akan memantapkan langkah esports untuk bisa hadir dalam Olimpiade 2024 yang bakal diadakan di Perancis.

Olahraga ini akan memantapkan generasi muda untuk mengambil gairah dan permainan kompetitif serta meraih penghasilan dari esports. Hal inilah yang jadi alasan untuk merayakan dan mendukung olahraga secara umum.

Nah, menurut kalian sendiri bagaimana? Setuju kalau esports turut dipertandingkan dalam kejuaraan olahraga dunia?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.