5 Cedera yang Sering Dialami Atlet eSports

Tren eSports di Indonesia saat ini sedang lagi naik daun. Mungkin banyak di antara para gamers yang ingin menjadi atlet eSports kebanggaan Tanah Air. Akan tetapi, apakah lo tahu bahwa atlet eSports juga bisa mengalami cedera? Mungkin selama ini lo berpikir cuma atlet olahraga fisik aja yang bisa cedera. Soalnya, 'kan, atlet eSports hanya duduk dan enggak melakukan aktivitas berat seperti berlari atau loncat-loncatan.

Baca juga 10 Atlet eSports Indonesia dengan Bayaran Termahal

Eits, jangan salah kaprah, ya. Walaupun aktivitas mereka enggak seberat atlet olahraga fisik, bukan berarti mereka jauh dari yang namanya cedera. Atlet eSports juga bisa saja cedera seperti atlet-atlet profesional lainnya. Kira-kira apa saja, sih, cedera yang bisa dialami atlet eSports? Yuk, simak!

 

1. Spontaneous Pneumothorax atau Collapsed Lung

Via Istimewa

Spontaneous Pneumothorax atau Collapsed Lung adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja secara tiba-tiba. Bahkan, kasusnya bisa terjadi pada orang yang tak pernah memiliki riwayat penyakit ini. Awalnya, mereka yang menderita Pneumothorax biasanya merasakan nyeri yang tajam di daerah dada atau bahu mereka, serta napas yang sangat pendek.

Ini terjadi karena udara telah keluar dari dalam paru-paru dan mengisi ruang di sekitarnya. Kondisi ini lalu memberi tekanan pada paru-paru dan mencegahnya berkembang seperti seharusnya. Jika sangat parah, kasus seperti ini membutuhkan perhatian medis segera.

Pada Maret 2017, pemain Overwatch dari tim LuxuryWatch Blue, Song “Janus” Jun-hwa dilarikan ke rumah sakit karena Pneumothorax. Dia pun harus melewatkan pertandingan terakhir timnya di musim dua turnamen besar OGN ini APEX. Untungnya, Janus bisa pulih dan melanjutkan bermain di musim ketiga.

Via Istimewa

Atlet eSports lain yang pernah merasakan cedera yang sama adalah Lukas “gla1ve” Rossander merupakan pemain CS:GO untuk tim Copenhagen Wolves pada 2016 lalu. Sebenarnya, gla1ve sudah menyadari jika dirinya terkena Collapsed Lung. Namun, dia tetap ingin bermain di turnamen Assembly Winter di Finlandia. Setelah pertandingan selesai dia langsung dilarikan ke rumah sakit dan menjalani operasi untuk memulihkan kondisinya.

Cannot go to Allstars anymore, sorry everyone 🙁 pic.twitter.com/POfuXf600z

— Hai Lam (@Hai) April 28, 2014

Dari cabang eSports lainnya, Hai Du Lam, seorang pro-player dari game League of Legends pernah mengidap penyakit ini hingga terpaksa harus meninggalkan turnamen di Paris pada 2014 lalu. Dia akhirnya dibawa ke rumah sakit. Bukannya malah beristirahat di tempat tidurnya, dia malah langsung kembali melakukan apa yang paling dia lakukan, yaitu bermain League of Legends.

Menurut Caitlin McGee, seorang terapis fisik yang sering dipanggil untuk turnamen eSports, postur, merokok, dan asma bukan satu-satunya hal yang mungkin menyebabkan pemain mendapatkan masalah pernapasan yang berpotensi pada Pneumothorax. Masalah kesulitan bernapas pada paru-paru juga bisa diakibatkan karena kebiasaan bernapas yang buruk dalam waktu yang lama. Seorang gamers tanpa disadari sering menahan napasnya atau pun menarik napas dengan pendek. Untuk waktu yang lama dan berkepanjangan, hal ini akan membahayakan efektifitas paru-paru orang tersebut.

 

2. Sindrom Carpal Tunnel

Via Istimewa

Sindrom Carpal Tunnel atau sering disebut sebagai Nindendonitis dan WASD Wrist adalah rasa sakit, kesemutan, dan masalah lain pada tangan akibat tekanan pada saraf median pergelangan tangan. Jika dibiarkan, sindrom ini akan memberikan efek yang lebih bahaya. Di antaranya adalah rasa nyeri pada malam hari dan juga efek pegal berkepanjangan yang membuat genggaman tangan menjadi lemah.

Penyebab cedera ini adalah tekanan pada saraf median karena adanya pembengkakan atau penyempitan carpal tunnel akibat gerakan tangan yang sama dilakukan berulang kali, terutama jika pergelangan tangan tertekuk. Artinya, sindrom ini akan terpicu dari posisi tangan lebih rendah dari pergelangan tangan. Aktivitas atlet eSports yang cukup tinggi di depan komputer membuat mereka sangat rentan terkena penyakit ini.

Atlet eSports yang pernah mengalami cedera ini adalah Olofmeister dari tim CS:GO Fnatic. Lalu ada Ladislav “GuardiaN” Kovács dari tim CS:GO Na’Vi terkena cedera yang sama.

Menurut Dr. Levi Harrison, seorang ahli bedah ortopedi, pelatih hidup sehat, penulis, dan dokter eSports, risiko Sindrom Carpal Tunnel sebenarnya bisa dicegah. Hal tersebut bisa dilakukan dengan melakukan perenggangan tangan ketika bermain game yang durasinya cukup lama.  Lo bisa pelajari lebih lanjut Sindrom Carpal Tunnel lewat video di bawah ini.

 

3. Tennis Elbow

Tennis elbow adalah rasa sakit yang muncul pada siku bagian luar. Rasa sakit ini cenderung terjadi pada bagian tendon dari otot-otot lengan bawah yang melekat ke tulang yang menonjol di bagian luar siku. Tendon adalah jaringan ikat yang melekatkan otot ke tulang. Tennis elbow umumnya terjadi akibat penggunaan siku secara berlebih. Hal ini akan menyebabkan otot-otot siku mengalami penegangan berlebihan sehingga terjadi robekan serta peradangan.

Salah satu atlet eSports yang pernah terkena cedera ini adalah Clinton “Fear” Loomis dari tim Dota 2 Evil Geniuses. Didiagnosis mengidap cedera tennis elbow pada 2014 beberapa minggu menuju TI4, Fear pun terpaksa absen di TI4. Awalnya, Fear enggak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Fear selalu mengeluh nyeri setiap kali melakukan klik di mouse. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke dokter untuk memastikan apa yang terjadi. Fear akhirnya didiagnosis terkena tennis elbow.

Via Istimewa

Meski cedera, Fear tetap bermain Dota 2. Setelah memenangkan TI5 dan hampir setahun pindah ke role Support pada periode 2015—2016, Fear akhirnya memutuskan pensiun dan menjadi pelatih EG. Pada September 2017, Fear mengumumkan bahwa dia kembali lagi ke dunia kompetitif Dota 2. Bukan sebagai pelatih, melainkan kembali menjadi atlet eSports. Dengan berbekal pengetahuan yang lebih dalam mengenai cederanya, Fear selalu melakukan perenggangan tangan sebelum memulai pertandingan.

 

4. Eye Strain

Via Istimewa

Eye strain atau mata lelah terjadi ketika mata terlalu dipaksakan untuk memandang hanya ke satu arah dalam waktu yang lama. Aktifitas yang dapat memicu eye strain adalah melihat layar komputer dalam jangka waktu yang panjang. Seorang atlet eSports profesional tentu harus menghabiskan waktu antara 8—15 jam sehari untuk latihan di depan komputer. Enggak mengherankan mengapa ada banyak atlet eSports yang sering terkena cedera ini

Meskipun terlihat sepele, jika terlalu lama dibiarkan, eye strain bisa menyebabkan kerusakan pada saraf optik mata hingga berujung pada kebutaan. Nah, untuk mencegah cedera ini, atlet eSports dianjurkan untuk melihat objek lain yang berjarak 20 kaki (6 meter) selama 20 detik setelah melihat layar selama 20 menit.

 

5. Repetitive Strain Injury (RSI)

Via Istimewa

Repetitive Strain Injuries adalah sejenis cedera pada persendian akibat ketegangan pada otot atau saraf karena suatu aktivitas fisik tertentu yang dilakukan terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama. RSI enggak hanya menyerang lengan. Bagian tubuh yang lain juga berisiko kena cedera ini jika terlalu kelelahan. Cedera ini enggak hanya terjadi pada mereka yang bermain di komputer, tapi juga pada pemain game konsol.

Selain itu, beberapa gejala RSI lainnya yang seringkali dialami adalah nyeri di bagian pinggang, bahu, dan bagian siku yang pegal atau nyeri. Biasanya, banyak orang yang enggak memperhatikan ini dan membuat postur tubuh mereka menjadi jelek.

Menurut Dr. Levi Harrison, seorang gamer wajib memperhatikan postur tubuh saat bermain. Mereka harus melakukan perenggangan selama 5—10 menit setiap satu jam. Menurutnya, keergonomisan perangkat gaming juga jadi salah satu hal yang sering terlupakan meski pengaruhnya besar.

***

Memang tak bisa disangkal banyak aspek yang bisa membuat seseorang mengalami cedera. Maka dari itu, sebagai seorang gamer, lo bisa meminimalisasinya dengan berbagai cara. Entah itu dengan menjaga pola hidup yang sehat, rajin berolahraga, memperhatikan postur bermain kita, beristirahat yang cukup, lakukan perenggangan, dan yang paling penting, jangan memaksakan tubuh untuk terus bermain.

Apakah lo pernah merasakan cedera-cedera di atas saat atau setelah bermain game?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.