7 Momen Terbaik di GESC: Indonesia Dota 2 Minor

Turnamen GESC: Indonesia Dota 2 Minor 2018 memang sudah berakhir. Akan tetapi, banyak sekali pertandingan seru yang bikin penggemar Dota 2 di Indonesia enggak bisa move on dan kepengen ada turnamen Minor atau Major Dota 2 lagi di Indonesia. Apalagi kalau kalian yang mendapat kesempatan untuk nonton langsung di ICE BSD, pasti seru banget, kan?

Nah, enggak perlu kecewa kalau lo kemarin enggak bisa nonton langsung GESC: Indonesia Dota 2 Minor 2018. Rangkuman momen-momen terbaik sepanjang turnamen berlangsung yang bakal dibahas di bawah ini seenggaknya bisa sedikit mengobati rasa penasaran lo. Check this out!

 

7. Morphling Terlalu OP?

Momen terbaik ketujuh merupakan pertandingan playoff antara Na’Vi melawan Digital Chaos (DC) yang terjadi di menit ke-42. Awalnya David “MoonMeander” Tan yang menggunakan Batrider berhasil menculik Elder Titan yang digunakan Ilya “Lil” Ilyuk. Langkah ini pun memaksa Na’Vi untuk melakukan team fight.

Selanjutnya, Kurtis “Aui_2000” Ling dengan Clockwerk-nya berhasil mengenai Hookshot-nya ke Lil dan mengurungnya dengan Power Cogs. Sayangnya Clockwerk harus mati karena terkena combo “shotgun” dari Morphling (Vladislav “Crystallize” Krystanek) dan Fiend’s Grip dari Bane (Nikola LeBronDota Popović). Permainan DC langsung berantakan dan membuat mereka harus kabur. Morphling mengejar Gyrocopter (Ravindu “Ritsu” Kodippili), lalu melakukan Morph yang berubah menjadi Gyrocopter. Dia pun mengaktifkan Flak Cannon dan berhasil mendapatkan double kill. OP banget!

 

6. Salah Sasaran?

Momen terbaik keenam adalah pertandingan perempat final antara Infamous melawan The Final Tribe. Di menit ke-37, Death Prophet (Mariano “p4pita” Caneda) yang sedang melakukan push sendirian, tiba-tiba dicegat Centaur Warrunner (Jonas “jonassomfan” Lindholm) dan Lifestealer (Fontus “Frost”). p4pita dengan sigapnya menggunakan BKB dan berhasil terhindar dari cegatan The Final Tribe. Hal ini pun harus memaksa Infamous untuk melakukan team fight. The Final Tribe langsung memberikan serangan dan berhasil membunuh Night Stalker (Steven “StingeR” Vargas) dan Disruptor (Miku).

Melihat pertempuran masih panjang, Night Stalker dan Disruptor melakukan double buyback. The Final Tribe tak menyangka bahwa Infamous melakukan buyback dan terpaksa harus kabur. Sayang, mereka terlambat. Infamous berhasil memenangkan team fight dan lolos ke babak semifinal setelah mengalahkan The Final Tribe dengan skor 2-1.

 

5. Hati-hati dengan Rubick

Pertandingan antara Na’Vi melawan Evil Geniuses (EG) di babak grup di game kedua menjadi momen terbaik ke-5. Pada menit ke-29 Rubick (Andreas “Cr1t-“ Nielsen) melakukan inisiasi dengan dengan berhasil menculik Shadow Demon (Ilya “Lil” Ilyuk) hingga membuat Na’Vi langsung bermain sembunyi-sembunyi. Sayangnya, Tidehunter (Victor “GeneraL” Nigrini) ketahuan oleh Viper (Clinton “Fear” Loomis). Tidehunter yang merasa terancam pun langsung menggunakan Ravage. Sayangnya, respon Na’Vi enggak mampu mengubah keadaan setelah skill tersebut dicuri oleh Rubick.

Na’Vi yang berhasil membunuh Luna (Artour “rtz” Babaev) tak berdaya dengan kombo Ravage+Epicenter yang dilakukan oleh Rubick dan Sand King (Sumail “SumaiL” Hassan). Kekalahan dari team fight tersebut membuat Na’Vi harus mengetikkan GG. Benar-benar permainan yang well played dari Cr1t-.

 

4. EZPZ4RTZ (Easy Peasy, Very Easy for Arteezy)

Momen terbaik keempat terjadi di pertandingan semi-final antara EG melawan Na’Vi di game kedua. Arteezy yang menggunakan Morphling ingin mengambil bounty rune yang ada di hutan tim Radiant. Na’Vi melakukan smoke gank berhasil menemukan Morphling dan berusaha untuk membunuhnya. Inisiasi dilakukan dengan Snowball oleh Tusk (Ilya “Lil” Ilyuk), tapi dapat dihindari Morphling dengan menggunakan skill Waveform.

Morphling yang ingin kabur digagalkan oleh Disruptor dengan skill Glimpse dan Kinetic Field. Ditambah dengan Duel dari Legion Commander yang digunakan oleh GeneraL. Sayang, hal tersebut enggak membuat Morphling mati karena Arteezy menukarkan statistik agility-nya menjadi strength membuat darahnya menjadi tebal. Arteezy pun berhasil kabur dengan menggunakan Waveform lalu teleport. Benar-benar reaksi yang luar biasa dari Arteezy.

 

3. “Nyanyian” Kemenangan

Momen terbaik ketiga GESC: Indonesia Minor 2018 ada di pertandingan semifinal antara VGJ Thunder melawan Infamous di game pertama. Game yang sangat lama ini disebabkan oleh pertahanan yang sangat apik oleh VGJ walaupun mereka harus kehilangan semua set barrack mereka.

Permainan semakin intens ketika Medusa yang digunakan Liu “Sylar” Jiajun memiliki dua Rapier dan membuat Infamous bermain dengan sangat hati-hati. Di menit ke-59 akhirnya Infamous mengakhiri kebuntuan dengan permainan ratdoto! Ratdoto tersebut berhasil karena Song of Siren dari Naga Siren (Elvis “Scofield” De la Cruz Peña) berhasil mengenai empat orang pemain VG.J Thunder. Bukan hanya sekali, melainkan dua kali karena menggunakan Refresher Shard. Death Prophet dari P4pita dan Templar Assassin dari Minoz berhasil menyudahi pertandingan di game pertama.

 

2. “Terpancing”

Peringkat kedua momen terbaik ada di pertandingan antara EG melawan VGJ pada game kedua. Di menit ke-19, VGJ berusaha untuk menculik Visage yang digunakan Fear. Sayangnya, hasil mereka digagalkan oleh kerja sama apik yang diperlihatkan EG.

Melihat Fear dalam kesulitan, para pemain EG lainnya langsung teleport untuk membantunya. Sebaliknya, VGJ justru jadi ragu-ragu entah harus melanjutkan teamfight atau mundur. Membaca raut ragu di VGJ, EG langsung memberikan serangan balik. Dan benar saja, EG mampu melibas VGJ di teamfight kali ini.

 

1. Na’Vi Comeback

Yap, mungkin lo udah menebak momen terbaik dari yang terbaik sepanjang gelaran GESC: Indonesia Minor 2018. Apa lagi kalau bukan pertandingan perempat final antara Na’Vi melawan Fnatic di game ketiga. Pertandingan ini benar-benar menyuguhkan keseruan yang sangat luar biasa. Fnatic yang berhasil menghancurkan top tower hingga barrack membuat Na’Vi harus melakukan segala cara agar bisa bertahan.

Lina (Danil “Dendi” Ishutin) dan Tiny (Victor “GeneraL” Nigrini) harus melakukan buyback agar bisa bertahan. Walaupun Fnatic berhasil menghancurkan semua bangunan hingga tersisa ancient milik Na’Vi, mereka harus dipukul mundur karena matinya Death Prophet (Jacky “EternaLEnvy” Mao) dan Templar Assassin (Abed “Abed” Azel L. Yusop). Pertaruhan Na’Vi pun dilakukan dengan Dendi membeli Divine Rapier untuk melakukan push terakhir. Fnatic pun bertaruh dengan Templar Assassin yang melakukan teleport untuk menghancurkan ancient milik Na’Vi. Sayangnya, Na’Vi lebih dulu menghancurkan ancient yang dimiliki oleh Fnatic. What a comeback!

***

Itu dia tujuh momen terbaik sepanjang gelaran GESC: Indonesia Minor 2018. Semoga saja, di tahun depan bakal ada turnamen Dota Pro Circuit (DPC) berikutnya yang diadakan di Indonesia. Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian setuju dengan urutan di atas? Ataukah lo punya pendapat sendiri tentang momen terbaik lainnya? Yuk, diskusi di kolom komentar di bawah ini!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.