Rangkuman Perjalanan Esports Dota 2 di Indonesia

Dota 2 punya cerita dan sejarah yang panjang. Di Indonesia, game yang sempat menjadi mods untuk Warcraft III tersebut punya perjalanan yang panjang. Dari mulai sajian game multiplayer, DotA berubah menjadi skena esports yang berkembang seiring waktu. Perlahan banyak pemain yang mulai dikenal sebagai persona hingga mewakili kancah esports di tanah air.

Penasaran sama cerita sejarah Dota 2 di Indonesia? Yuk, simak rangkuman perjalanannya dari KINCIR berikut ini!

 

Defense of the Ancient dan Kejayaan Battle.Net

Via Istimewa

Sebelum Valve mengambil alih pengembangan game ini menjadi Dota 2, Defense of the Ancient merupakan sebuah mods atau custom map yang diimplementasikan untuk game Warcraft III. Meminjam permainan dari game tersebut, pemain bisa bertemu dengan lawan lainnya lewat layanan Battle.Net yang dibuka oleh Blizzard Entertainment.

Pada patch 1.21, pemain bisa bermain Defense of the Ancient dalam mode Custom Game bersama pemain lainnya. Karena layanan resmi Blizzard dibatasi oleh lisensi, lahirlah banyak penerbit layanan online untuk Battle.Net di Indonesia. Dua yang cukup besar adalah NusaGamer dan Indogamer. Sebagai komunitas, kedua nama ini cukup mewadahi layanan online dan mempertemukan ribuan pemain DotA di Indonesia pada zamannya.

 

Era Turnamen Warnet

Via Istimewa

Popularitas DotA dan Battle.net berkembang menjadi skena. Meski belum bisa dibilang sebagai esports, perlahan komunitas pemain DotA di Indonesia tertarik sama kompetisi. Beberapa pemain yang mungkin merasakan zaman warnet alias internet cafe merasakan turnamen kecil yang digelar langsung di tempat tersebut.

Kompetisi kecil yang diselenggarakan oleh pengelola warnet ini biasanya baru menggulirkan hadiah jutaan. Meski begitu, kompetisi seperti ini punya peran mengembangkan talenta lokal. Beberapa pemain lama mungkin pernah merasakan kompetisi kecil yang berkembang di skena warnet seperti ini. Enggak jarang banyak pemain yang bisa menemukan teman serta anggota tim terbaiknya saat kompetisi semacam ini bergulir.

 

Legenda XCN, Dewa yang Tidak Terkalahkan

Via Istimewa

Meski gegap gempita esports baru dirasakan lantaran Dota 2 menggulirkan kompetisi besar berhadiah jutaan dolar Amerika, ternyata nama Indonesia sempat mencuri perhatian ketika masa Defense of the Ancient masih populer. Adalah tim XCN alias Executioner asal Jakarta yang dulu dikenal sebagai salah satu tim mengerikan dari Asia Tenggara.

Tim yang dianggotai oleh "Ritter" Rusli, Romi "Melen" Gunawan, Jefri "St@m" Suwiryo, Ariyanto "Lakuci", dan Sugiarto "Bahamut" Cahyadi ini menjadi salah satu raksasa yang hampir tidak terkalahkan. Terhitung sejak 2006 hingga 2008 saja, XCN telah menjuarai berbagai turnamen lokal dan internasional. Salah satu yang jadi prestasi signifikan dari tim legendaris ini adalah keberhasilannya menjuarai Asia Dota Championship pada 2008 silam.

Berkat prestasi signifikan ini, perlahan XCN digaungkan menjadi salah satu tim esports yang mulai mendapat perhatian banyak dari komunitas. Jika dibandingkan, tim NXL saat itu juga mendapat perhatian yang sama lantaran berprestasi pada game Counter Strike. Bersama NXL, tim XCN menjadi dua raksasa tim esports dalam negeri yang mulai mencatutkan namanya di sejarah esports Indonesia.

 

Masa Transisi Dota 2

Via Istimewa

Pada 2010, komunitas pencinta DotA tentu dikejutkan dengan kabar bahwa pengembangan DotA yang sempat dipegang IceFrog bakal dipinang oleh Valve dan Steam. Hampir 10 tahun meminjam Warcraft III, Valve menilai sudah saatnya DotA dikenal sebagai sebuah game baru yang rencananya bakal diberi judul Dota 2.

Pada 2010 silam, Dota 2 dibagikan secara gratis di Steam. Pemain yang telah mendaftar open beta mendapatkan Guest Pass yang bisa mereka gunakan untuk menambahkan game ini ke dalam library di Steam. Perlahan komunitas pencinta DotA bisa memasuki komunitas baru yang lebih stabil saat berada di bawah kendali Steam.

Via Istimewa

Jika dibandingkan dengan era Battle.Net, komunitas pemain kini lebih terpusat pada satu layanan yang sama. Sebelumnya, pemain harus masuk ke server penyedia layanan server di dalam Battle.Net yang sama dan untuk bermain bersama, mereka harus mengantre untuk masuk custom room di dalam game. Saat Dota 2 diluncurkan, pemain bisa membentuk party serta mencari match dengan otomatis.

Ekosistem baru ini tentu menunjang aktivitas yang lebih produktif. Selain itu, pemain juga kini bertemu dengan pemain di luar negeri dan masuk ke dalam ikatan server di Asia Tenggara. Tentunya ada semacam gesekan baru yang membuat pemain lokal harus bisa menyesuaikan permainan mereka dengan ruang yang lebih luas.

 

Absennya Talenta Lokal di Esports Internasional Dota 2

Via Istimewa

Ketika pertama kali meluncurkan Dota 2 setelah masa open beta, Valve langsung menggelar turnamen besar berhadiah satu juta Dolar Amerika. Peristiwa bersejarah ini mulai membuat Dota 2 diperhatikan oleh banyak pemain. Perlahan skena esports Dota 2 terbentuk dan sepanjang tahun mulai bergulir banyak turnamen yang hadiahnya selalu naik setiap tahun.

Ajang The International yang digelar setahun sekali menjadi turnamen terbesar yang menjadi panggung tim terbaik dunia. Sayang, sejak The International pertama digelar pada 2011 lalu, belum ada tim asal Indonesia yang berhasil masuk ke turnamen berskala internasional ini. Ketatnya kompetisi di wilayah Asia Tenggara dan minimnya regenerasi sering ditengarai hilangnya talenta lokal di panggung internasional Dota 2.

 

Tim Indonesia di Balik Bayang-bayang

Via Istimewa

Meski absen lama di ajang The International, perlahan banyak tim Indonesia berkembang dan mulai mengadaptasi organisasi esports. Legenda tim XCN sudah lama menggantungkan mouse mereka. Namun, beberapa penerusnya mulai unjuk gigi di kancah esports lokal. Sebut saja tim Rex Regum yang didirikan pada 2013. Sejak bergabung bersama Qeon dan mengganti namanya menjadi Rex Regum Qeon, perlahan tim ini tumbuh jadi salah satu organisasi esports yang besar.

Divisi Dota 2 dari tim RRQ sempat merajai pertandingan lokal. Talenta muda yang berprestasi seperti Xepher, Yabyoo, Varizh atau Rusman sempat melabuhkan dirinya di tim yang berjuluk "Raja dari segala raja" ini. Selain RRQ, tim besar semisal EVOS Esports atau BOOM ID juga menunjukkan kompetensinya untuk bersaing di kancah Asia Tenggara. 

 

Lahirnya Sang Pubstar Indonesia, InYourDream

Via Istimewa

Harapan besar sempat menyinari kancah esports Dota 2 Indonesia kala InYourDream dianugerahi takhta MMR tertinggi di Asia Tenggara. Pemain yang memiliki nama asli Muhammad Rizky ini sontak menjadi buah bibir komunitas Dota 2 internasional. Wajar kalau banyak tim luar negeri melirik talenta pemain muda ini. 

Pemain yang sempat dijuluki sebagai Miracle- dari Indonesia ini sempat mengisi skuat pertama BOOM ID ketika tim tersebut dibentuk. Kiky juga sempat terjun ke The Prime setelah pisah dari tim berjuluk Hungry Beast ini. Di luar negeri, IYD sempat direkrut Fnatic dan Tigers hingga menjuarai DreamLeague Minor menjadi prestasi Kiky di kancah esports internasional. Kini, InYourDream bergabung bersama skuat EVOS Esports dengan harapan mampu membawa talenta lokal ini bersaing menuju The International 2019.

 

GESC Minor Jakarta, Bukti Pengakuan Valve

Via Istimewa

Menuju The International 2018, Valve mengumumkan musim turnamen di penyelenggaraan esportsnya selama setahun ke depan. Laga besar yang dijuluki Major bakal didampingi oleh beberapa seri Minor menuju perhelatannya. Salah satu yang menarik perhatian komunitas Dota 2 dalam negeri adalah pertandingan GESC Minor yang diselenggarakan di Jakarta pada Maret 2018.

Turnamen ini tentu menjadi tolak ukur kalau komunitas Indonesia mendapat perhatian langsung dari Valve. Kala itu, Rex Regum Qeon menjadi wakil Indonesia yang bersaing dengan tim luar negeri semisal Fnatic, Natus Vincere, dan juara The International 2015, Evil Geniuses. Komunitas Dota 2 Indonesia akhirnya bisa merayakan kesempatan bertemu legenda Dota 2 seperti SumaiL, Arteezy, dan Dendi.

 

BOOM ID Bersinar di Tiga Minor Dota Pro Circuit 2019

Via Istimewa

Harapan mulai muncul kembali kala tim lokal BOOM ID mampu menunjukan kapasitasnya dengan menghadiri tiga gelaran Minor di Dota Pro Circuit 2019. Bersama skuat yang tampil kompak dan merajai kompetisi lokal ini, BOOM ID berhasil masuk ke gelaran Bucharest Minor, Starladder Season 1, hingga OGA Dota Pit Minor 2019. 

Meski belum mampu merengkuh trofi jawara, BOOM ID tentu berhasil menaikkan ekspektasi kalau tim lokal punya kesempatan yang besar untuk unjuk gigi di Dota Pro Circuit kali ini. Dengan lolos kualifikasi, setiap tim mampu tampil dan berkesempatan meraih trofi jawara di gelaran besar milik Valve.

Meski kini BOOM ID dipastikan tidak bakal mendapat undangan dari DPC, skuat yang dikomandoi oleh Khezcute ini bisa saja lolos di kualifikasi terbuka The International 2019 dan menjadi tim dalam negeri pertama yang tampil di panggung besar The International Dota 2.

***

Bagaimana menurut kalian sejarah panjang esports Dota 2 di Indonesia? Tentu banyak cerita yang tersisip di dalamnya mulai dari harapan regenerasi hingga tampil kuat di turnamen berskala internasional. Kalau buat kalian sendiri bagaimana? Apakah ada talenta lokal yang sangat kalian gemari? Jangan sungkan untuk bagikan pendapat kalian di kolom komentar bawah, ya. Terus ikutin juga berita serta tulisan menarik seputar game lainnya hanya di kanal KINCIR!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.