5 Manga Legendaris yang Layak Dibikinin Anime

Dalam industri hiburan Jepang, udah biasa banget manga diadaptasi jadi anime dan live action. Namun, enggak semua manga pernah diadaptasi dalam bentuk anime, loh. Soalnya, ada banyak banget pertimbangan yang perlu dilalui sebuah manga buat bisa dijadiin anime. Mungkin hal ini enggak pernah dibahas secara blak-blakan sama para pelaku industri ini di Jepang, tapi lo bisa lihat penggambaran yang lumayan mendetail di Bakuman.

Patut diakuin, peluang manga yang udah populer buat dijadiin anime lebih besar dibandingin manga yang cuma disukain sama kalangan terbatas. Dengan kata lain, industri ini tetap enggak bakal bertaruh bikin anime dari manga yang enggak populer. Jadi, meski ada manga yang ceritanya keren banget, belum tentu bakal dibikinin animenya.

Cerita dalam semua manga ini enggak kalah sama manga seinen (ditujuin buat cowok dewasa) yang udah populer, bahkan lebih kompleks lagi. Mungkin karena ceritanya terlalu kompleks atau manga-manga ini cuma disukain sama pembaca usia dewasa, lima manga yang bakal Viki bahas kali ini enggak pernah diadaptasi dalam bentuk anime.

 

1. Alive: The Final Evolution

Via Istimewa

Ada yang pernah baca manga ini? Alive: The Final Evolution adalah manga karya mendiang Tadashi Kawashima (meninggal karena kanker hati saat menyelesaikan manga ini) yang digambar sama Adachitoka. Manga ini pernah diterbitin secara resmi di Indonesia sebanyak 21 volume. Kisahnya sendiri tentang gelombang bunuh diri yang menyerang Jepang dan mengakibatkan satu pekan yang disebut sebagai Pekan Mimpi Buruk.

Taisuke Kanou, seorang anak berusia 16 tahun, bertahan dari gelombang bunuh diri tersebut bersama temannya, Yuichi Hirose. Media menyebut bahwa peristiwa bunuh diri tersebut disebabkan oleh virus. Kenyataannya, alien memasuki tubuh manusia dan beradaptasi. Mereka yang berhasil ngelewatin fase tersebut bakal berevolusi dan memiliki kekuatan istimewa. Sayangnya, beberapa “teman” yang berevolusi memiliki niat yang gelap buat seisi dunia.

Via Istimewa

Sebenarnya, manga ini memang enggak begitu menonjol dibandingin manga shounen (buat cowok remaja) kayak Naruto atau One Piece. Namun, manga ini juga punya konflik yang kuat dan perkembangan karakter yang ngebawa emosi banget. Gambarnya pada beberapa volume pertama memang enggak bisa dibilang keren, tapi semakin baik dalam beberapa volume berikutnya. Pengembangan karakternya pun digarap dengan baik sehingga jadi sesuatu yang emosional.

Sesungguhnya, manga ini udah pernah direncanain buat diadaptasi dalam bentuk anime pada 2010 oleh Studio Gonzo. Namun, karena mengalami kesulitan finansial dan defisit pada tahun pembukuan 2008—2009, Studio Gonzo dihapus dari Bursa Efek Tokyo dan produksinya dibatalin. Sayangnya, meski keuangan studio ini udah stabil sekarang, enggak ada kabar lebih lanjut soal adaptasi anime ini. Semoga masih ada kesempatan adaptasi Alive: Final Evolution dilakuin sama studio lain di masa mendatang, ya!

 

2. I Am a Hero

Via Istimewa

Kalau lo pencinta film horor thriller tentang zombie apocalypse, bisa dipastiin lo bakal suka sama manga ini. Manga seinen karya Kengo Hanazawa ini punya 22 volume yang ngisahin tentang Hideo Suzuki, seorang asisten mangaka berusia 35 tahun yang ngerasa hidupnya enggak lebih dari kehidupan yang melelahkan dengan bayaran kecil. Makanya, dia punya pandangan bahwa di film-film dia pasti cuma jadi karakter pendamping. Namun, saat seluruh dunia terserang penyakit yang bikin orang-orang berubah jadi pembunuh yang menyerang dan melahap orang di dekatnya, kehidupan Hideo berubah. Dia harus berjuang mati-matian demi bertahan hidup.

Meski kelihatannya manga ini kayak manga zombie biasa, karakter Hideo bikin manga ini layak banget dibaca dan dijadiin anime. Hideo yang ngerasa hidupnya stuck di situ-situ aja punya kecenderungan berhalusinasi. Kadang, dia enggak bisa ngebedain halusinasinya sendiri dan kenyataan. Makanya, pas dia ngelihat seseorang bangkit lagi setelah tertabrak, Hideo ngira itu cuma halusinasinya. Semua jadi terlihat normal buat dia pada awalnya, sampai seluruh Tokyo berubah jadi mimpi buruk buat dia.

Via Istimewa

Karakter Hideo bikin semua perjuangannya bertahan hidup di manga ini jadi enggak boleh dilewatin. Belum lagi penggambaran zombie-nya yang bakal bikin lo bergidik ngeri. Frame demi frame yang dibikin demi ngegambarin ‘kegilaan’ yang terjadi di Jepang pun terasa nyata banget.

Meski enggak diadaptasi dalam bentuk anime, manga ini pernah dibikin versi live action pada 2015 menuai kritikan positif. Namun, tetap aja, ya, rasanya kurang kalau belum lihat animenya. Selain itu, enggak jarang versi anime bisa lebih keren daripada versi live action. Semoga aja, ya!

 

3. Homunculus

Via Istimewa

Lo tahu trephination alias trefinasi? Ini adalah cara pengobatan kuno yang banyak dilakuin pada abad ke-15. Selain demi kepentingan pengobatan, trefinasi juga dipercaya dilakuin dalam rangka ritual. Meski sampai sekarang enggak diketahui ritual macam apa itu, dalam Homunculus, trefinasi ini dipercaya bisa ngebangkitin indra keenam seseorang.

Nah, dalam manga karya Hideo Yamamoto ini, Susumu Nakoshi terlibat dalam eksperimen seorang mahasiswa kedokteran bernama Manabu Itoh yang mau ngebuktiin kebenaran soal trefinasi. Susumu dibayar 700.000 yen atas partisipasinya itu. Setelah serangkaian tes ESP dilakuin, Susumu sadar bahwa dia bisa ngelihat homunculi. Lo tahu homunculi? Gampangnya, sih, homunculi adalah manusia mini (kalau di Indonesia mungkin mirip sama jenglot atau tuyul, ya). Nah, Susumu ngaku bahwa dia bisa lihat makhluk ini lewat mata kirinya.

Via Istimewa

Homunculus punya cerita yang enggak klise dan menyentuh nilai-nilai filosofis. Jelas banget bahwa manga ini punya konsep yang enggak biasa, yaitu soal trefinasi dan homunculi yang dua-duanya sampai saat ini enggak bisa dibuktiin manfaat dan keberadaannya. Manga ini enggak berusaha ngasih gambaran soal kebenaran di balik trefinasi. Soalnya, yang Susumu lihat dan anggap sebagai homunculi itu bukannya bisa jadi cuma halusinasi dia. Makanya, daripada ngajarin soal trefinasi, manga ini lebih fokus ke karakter Susumu yang berusaha nemuin diri sendiri dalam kegilaannya. Apakah manga ini layak dijadiin anime? Buat Viki, sih, yes!

 

4. 20th Century Boy

Via Istimewa

Pada 1969, Kenji, Occho, Yoshitsune, Maruo, Yukiji, dan Donkey membangun markas rahasia mereka lalu membayangkan masa depan saat dunia di ambang kehancuran dan mereka jadi pahlawan di dalamnya. Naskah tersebut mereka tulis dan diberi label sebagai “Yogen no Sho” atau “Buku Ramalan”. Menjelang akhir abad ke-20, lima sahabat itu telah dewasa. Namun, setelah Donkey dikabarkan bunuh diri, ada banyak hal terjadi seperti apa yang mereka tulis di “Buku Ramalan”.

Itu adalah pembukaan yang menarik dan mengejutkan dalam 20th Century Boy karya Naoki Urasawa (mangaka Pluto). Ditulis dalam 22 volume dan sekuel sebanyak dua volume, manga ini diawali dengan kisah persahabatan biasa. Namun, yang terjadi setelahnya ada di luar bayangan lo.

Manga ini punya cerita yang orisinal banget dan enggak bakal lo temuin di manga lainnya. Menyoroti masa milenial dan berbagai perubahan yang dialami selama peralihan, manga ini nunjukin bahwa manusia selalu takut sama perubahan, kapan pun itu. Keberadaan sekte yang dipimpin oleh “Sahabat” juga nunjukin bahwa manusia adalah makhluk lemah yang butuh sosok tertentu buat ngerasa aman.

Via Istimewa

Hal lain yang bikin manga ini kece adalah latar penceritaannya yang dibagi dalam tiga masa, yaitu masa kecil Kenji dan kawan-kawan, masa saat mereka dewasa, dan masa kejayaan “Sahabat”. Jadi, perkembangan para karakter di dalamnya berasa banget. Belum lagi twist yang bakal bikin lo geregetan. Pokoknya, lo enggak bakal berhenti baca sampai benar-benar selesai.

Di Indonesia, manga ini mungkin bisa dibilang sebagai manga “terberat” yang diterbitin pada masa itu. Wajar, sih, soalnya kebenaran enggak menang dengan mudah di manga ini. Ngelihat semua hal itu, wajar enggak, sih, kalau manga ini seharusnya diadaptasi dalam bentuk anime? Meski enggak ada animenya, manga ini udah diadaptasi dalam bentuk tiga film live action pada 2008—2009. Namun, Viki tetap berharap bisa ngelihat animenya, apalagi saat Kenji ngebom “robot” berisi virus dari dalam. Pasti aksinya bakal keren banget di anime!

 

5. Vagabond

Via Istimewa

Kalau empat manga di atas sebetulnya punya cerita yang cenderung ngelibatin fiksi ilmiah dan hal-hal mistis, manga terakhir ini punya kisah yang lebih esensial, yaitu tentang kehidupan dan kematian. Diadaptasi dari novel Eiji Yoshikawa yang berjudul Musashi, manga karya Takehiko Inoue (mangaka Slam Dunk) ini mengisahkan kehidupan Miyamoto Musashi dari tempat terburuk sampai dia jadi seorang samurai yang tercerahkan. Makanya, manga ini dikasih judul Vagabond yang artinya pengembara.

Miyamoto Musashi adalah tokoh bersejarah yang hidup pada abad ke-16 saat Sengoku Jidai di Jepang. Dengan nama kecil Shinmen Takezo, Musashi dijauhin penduduk desanya dan dianggap sebagai anak setan karena keliaran dan kekerasan yang jadi sifat dasarnya. Setelah melarikan diri dari rumah pada usia 17 tahun, Musashi muda yang masih menyandang nama Takezo bergabung dengan tentara Toyotomi buat ngelawan klan Tokugawa dalam Pertempuran Sekigahara.

Tokugawa menang telak dan memimpin era Shogun. Takezo dan temannya yang berhasil bertahan dalam pertempuran tersebut bersumpah akan melakukan hal besar dalam hidup mereka. Setelah mengambil jalan yang berbeda, Takezo menjadi buronan sehingga harus mengganti nama dan sifat agar bisa lolos dari kematian yang tidak terhormat.

Via Istimewa

Manga ini dipuji banyak kritikus sampai menangin penghargaan Tezuka Osamu Cultural Prize pada 2002 karena sudut pandang segar yang diambil buat ngegambarin kehidupan Musashi. Perubahan Takezo menjadi Musashi adalah satu hal jenius yang bikin manga ini berharga. Manga ini juga populer banget karena udah terjual lebih 82 juta kopi di seluruh dunia. Lantas, kenapa enggak dijadiin anime?

Pertimbangannya bisa jadi karena konten yang terlalu eksplisit di dalam manga. Adegan kekerasan (kepala ditebas sampai dihancurin pakai rantai) digambar dengan mendetail sampai terlihat nyata. Selain itu, dialog yang berat banget dan gambar yang melewati standar manga kebanyakan (dengan kata lain, susah digambar ulang) bakal bikin studio animasi kesusahan. Kalau gambarnya jelek, bisa jadi bulan-bulanan, deh. Yah, semoga aja keajaiban terjadi kayak di lagu Sailor Moon, ya, Jadi, studio animasi Jepang berani ngangkat kisah manga ini dalam bentuk anime.

Via Istimewa

***

Sebetulnya, masih banyak lagi manga kece yang enggak pernah diadaptasi dalam bentuk anime, baik berupa serial maupun OVA. Yotsuba&!, misalnya, adalah manga yang udah punya banyak penggemar, tapi enggak pernah dijadiin anime karena sang mangaka, Kiyohoko Azuma, enggak mau. Nah, menurut lo, manga apa lagi yang layak dijadiin anime? Berbagai sama Viki, yuk, di kolom komentar!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.