7 Film Fantasi Ini Gagal Populer

Semua orang pasti suka film fantasi, itulah alasan kenapa hampir setiap hari film fantasi diputar berulang kali di layar televisi. Dari mulai film Harry Potter, Lord of the Rings, hingga film-film Disney. Karena terlalu sering diulang, banyak orang mulai jenuh dan bosan sama film-film fantasi yang itu-itu aja. Nah, buat nambah referensi lo semua. Viki bakal kasih rekomendasi 7 film fantasi terbaik yang enggak banyak orang tonton.

 

7. Jack The Giant Slayer

Via Istimewa

Film ini merupakan adaptasi dari dongeng legendaris “Jack dan Pohon Kacang Raksasa”. Dengan beberapa perubahan, film ini menceritakan seorang anak petani bernama Jack yang secara enggak sengaja bertemu dengan seorang biarawan. Sang biarawan ternyata baru saja mencuri biji kacang yang disimpan oleh Lord Roderick di dalam istana. Sebelum tertangkap, biarawan tersebut menitipkan kacang itu pada Jack untuk dikirimkan pada biarawan lainnya dengan syarat jangan sampai biji tersebut basah. Bukannya langsung mengirimkan biji tersebut, Jack malah menyimpannya terlebih dahulu tanpa sadar bahwa salah satu biji terjatuh di bawah lantai kayu rumahnya. Kecerobohan itulah yang kemudian akan membawa Jack pada petualangan hebat.

Film yang rilis pada tahun 2013 ini diprediksikan bakal mencetak keuntungan di  awal penayangan. Sayangnya, prediksi tersebut melenceng jauh. Biaya produksi Jack the Giant Slayer sebesar Rp3 triliun, namun hanya menghasilkan Rp1,6 triliun. 

Sebenarnya, sutradara Bryan Singer ingin film ini lebih ke cerita yang rumit dan gelap. Tapi, pihak studio memiliki pendapat lain. Mereka ingin Jack the Giant Slayer jadi film keluarga yang menghibur. Karena perbedaan pendapat ini, akhirnya, hasil dari film enggak memuaskan kedua belah pihak. Film ini pun menderita kerugian sampai 101 juta USD atau Rp1,4 triliun.

 

6. Dark Shadows

Via Istimewa

Pada tahun 1760, Tuan dan Nyonya Collins beserta puteranya yang bernama Barnabas berlayar dari Liverpool menuju Amerika Serikat. Di sana mereka memulai usaha jual beli ikan yang akhirnya berujung pada kesuksesan. Kesuksesan itu bahkan mampu membuat keluarga Collins membangun sebuah kastil megah yang dinamai Collinwood. Selama bertahun-tahun, Barnabas tumbuh menjadi seorang playboy yang kerap mempermainkan hati wanita. Salah satu wanita yang ia permainkan adalah Angelique, pelayannya sendiri. Angelique yang ternyata adalah seorang penyihir kemudian merasa sakit hati dan akhirnya memberikan kutukan pada keluarga Collins berupa nasib buruk dan malapetaka. Barnabas sendiri dikutuk menjadi seorang vampir dan semua wanita yang jatuh cinta padanya akan mati.

Film yang dibintangi Johnny Deep dan diarahkan oleh Tim Burton ini hanya mampu menempati posisi kedua dibawah The Avengers. Lebih sedihnya lagi, Dark Shadows hanya mendapatkan 28,8 juta USD atau Rp380 miliar. Padahal sebelumnya Warner Bros punya prediksi kalau film ini bakal daat 100 Juta USD hanya dari minggu pertamanya seperti juga film kolaborasi Tim dan Johnny Deep sebelumnya yang berjudul Alice in Wonderland.

 

5. The Troll Hunter

Via Istimewa

Film asal Norwegia ini berkisah tentang Thomas, Johanna, dan Kalle; tiga orang mahasiswa yang sedang membuat film dokumenter tentang penembakan beruang di sebuah hutan. Salah satu narasumber yang mereka wawancara adalah Hans, salah seorang tersangka penembakan beruang di hutan tersebut. Pada awalnya, Hans memang sulit untuk diajak bekerja sama dalam pembuatan film dokumenter. Meski begitu, Thomas, Johanna, dan Kalle tetap enggak menyerah dan terus mengikuti ke mana pun Hans pergi. Hingga suatu malam, mereka bertiga sampai di sebuah hutan. Di hutan itulah akhirnya mereka mengetahui bahwa ternyata Hans bukanlah seorang pemburu beruang, melainkan seorang pemburu troll atau raksasa hutan. Sialnya, ketika itu ada satu troll yang sedang mengamuk dan mengancam keselamatan mereka semua.

Film yang dibuat oleh Neil Marshall ini, enggak sesuai ekspektasi. Nyatanya, para penggemar enggak puas dengan karya Marshall. Saat menggarap film ini, nyatanya Marshall juga tengah menggarap serial Game Of Thrones. Bahkan, beberapa penggemar mengkritik Marshall agar fokus dengan satu filmnya supaya maksimal. 

 

4. The Fall

Via Istimewa

Film ini berkisah tentang seorang gadis cilik bernama Alexandria yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit setelah terjatuh dari atas pohon yang mengakibatkan tangannya patah. Suatu hari, Alexandria bertemu dengan seorang aktor laga bernama Roy yang mengalami kelumpuhan di kakinya setelah mengalami kecelakaan saat shooting. Pertemuan pertama mereka ternyata langsung membuat Alexandria nyaman mengobrol bersama Roy, hal ini disebabkan karena Roy selalu memberinya cerita-cerita penuh imajinasi kepadanya. Salah satu cerita favoritnya adalah sebuah cerita tentang lima orang pahlawan yang bersatu untuk membunuh seorang gubernur yang kejam. Dengan mendengarkan dongeng dari Roy, Alexandria mulai mengembangkan imajinasinya untuk memvisualisasikan kisah dari Roy, sehingga dongeng itu menjadi seolah-olah hidup di dunia nyata.

 

3. Delicatessen

Via Istimewa

Film ini berkisah tentang kondisi distopia di masa depan. Diceritakan bahwa di masa depan, manusia hidup menderita karena suhu bumi yang semakin panas dan persediaan makanan yang semakin sulit untuk didapat. Orang-orang enggak pernah lagi menikmati makanan bergizi terutama daging. Namun di sebuah apartemen kumuh milik seorang tukang jagal bernama Clapet, orang-orang masih bisa menikmati daging yang dijual oleh sang tukang jagal. Akan tetapi, ada rahasia mengerikan yang disembunyikan oleh Clapet. Walaupun toko daging miliknya menampilkan lambang babi, tapi sebenarnya bukan daging babi yang ia jual, melainkan daging manusia! Dengan licik dan kejam, Clapet memasang iklan lowongan pekerjaan di koran. Ketika para pelamar datang, mereka dijebak dan dibunuh untuk dijual dagingnya! Suatu hari datanglah pria bernama Louison, mantan badut sirkus yang membaca lowongan pekerjaan dari Clapet. Tanpa tahu bahwa Clapet berniat membunuhnya, Louison langsung melamar kerja pada Clapet. Kemudian ia tinggal dan bekerja di sana dengan senang hati, apalagi setelah ia berkenalan dengan Julie, puteri tunggal dari Clapet. Hubungan keduanya pun semakin lama semakin dekat. Julie yang khawatir akan nasib Louison mulai mencari cara untuk menyelamatkan Louison dari ayahnya sendiri.

Film ini bisa dibilang gagal populer karena cerita yang disajikan berlatar old dan monoton. Film ini mencoba menggambarkan keadaan masa depan dengan setting yang enggak menunjukkan masa depan.

 

2. A Monster Calls

Via Istimewa

Masih berusia 12 tahun, Conor jelas terlalu muda untuk mengurus kebutuhannya sehari-hari ketika ibunya harus terbaring lemah akibat kanker. Namun ia pun terlampau tua untuk dianggap normal memiliki teman imajiner berupa monster pohon raksasa. Permasalahan Conor bukan sebatas penyakit sang ibu saja. Di sekolah, ia menjadi korban bully dari Harry yang sering memukulinya sepulang sekolah. Conor juga berselisih dengan neneknya berkaitan dengan pengobatan bagi sang ibu di mana sang nenek ingin puterinya mendapat perawatan intensif, yang berarti Conor harus tinggal bersamanya. Di tengah kondisi tersebut, tiap tengah malam pukul 00:07, Conor kerap mendapat mimpi buruk tentang sebuah bencana destruktif. Hingga suatu malam di jam yang sama, pohon raksasa di dekat rumahnya berubah menjadi monster, mendatangi Conor dan berkata akan menceritakan tiga buah kisah.

 Walaupun film ini menghasilkan untung yang enggak banyak,  tapi tetep aja dibilang gagal karena waktu rilisnya bersamaan dengan Rogue One: A Star Wars Story. So, film ini jadi pilihan kedua para penikmat film.

 

1. Journey To The West : Conquering The Demons

Via Istimewa

Siapa yang enggak kenal kisah Journey To The West atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan kisah Kera Sakti? Semua orang pasti sangat familiar dengan kisah tersebut. Selain serial TV-nya yang begitu populer di Indonesia, enggak banyak yang tau kalau kisah ini juga telah diangkat ke layar lebar dengan judul “Journey To The West : Conquering The Demons”. Namun agak berbeda dengan versi lainnya, film ini lebih banyak berkisah tentang masa lalu Biksu Tang Sanzang daripada menceritakan kisah petualangan sang Kera Sakti. Dalam film ini, Tang Sanzang masih muda dan belum menjadi biksu suci, melainkan masih menjadi seorang pemburu siluman yang enggak begitu hebat. Karena kemampuan Tang Sanzang yang masih dangkal, ia sering kesulitan dalam menghadapi para siluman. Pada saat sedang menghadapi siluman ikan di sebuah sungai, ia bertemu dengan seorang wanita pemburu siluman bernama Duan. Pertemuan tersebut ternyata membuat Duan jatuh citna pada Tang dan membuatnya terus menggoda dan mengikuti Tang kemanapun dia pergi.

Kalau lo penggemar film-film arahan Chow, lo bisa ngerasain bahwa Journey to the West: The Demons Strike Back menampilkan banyak alur pengisahan komedi khas aktor sekaligus sutradara asal Hong Kong tersebut. Sayangnya, sentuhan komedi Chow enggak memiliki koneksi yang kuat dengan tata pengarahan. Film ini tampil datar dalam penyajian komedinya. Bahkan, film ini nyaris enggak memiliki momen-momen komedi yang dapat memancing tawa penonton seperti yang dahulu berhasil dilakukan Chow pada  Journey to the West: Conquering the Demons.

Naskah cerita juga bermasalah. Deretan konflik yang muncul  enggak pernah mampu dikembangkan dengan baik. Begitu pula dengan karakter-karakter yang mengisi pengisahan film. Enggak tampil menarik untuk benar-benar diikuti perjalanan ceritanya. Ikatan antar karakter juga gagal terjalin dengan baik.

 

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.