Detective Conan: Crimson Love Letter, Konflik Tanggung di Balik Kasus Besar

Cerita: 6 | Penokohan: 6 | Visual: 7 | Sound Effect/Scoring: 7 | Nilai Akhir: 6.5

 

Petualangan Conan Edogawa memang enggak ada habisnya. Setelah tahun lalu berhadapan dengan komplotan Pria Berjubah Hitam di Tohto Aquarium, kali ini Conan harus mecahin kasus pembunuhan dan pengeboman dalam permainan Karuta. Yap, Conan balik lagi dalam film Detective Conan: Crimson Love Letter bersama Heiji Hattori, detektif remaja asal Osaka.

Secara garis besar, Crimson Love Letter nyorotin pasangan Heiji dan Kazuha Toyama. Kisah cinta mereka berdua sebelumnya udah pernah diangkat di Crossroad in the Ancient Capital. Sama kayak film ketujuh itu, film ke-21 ini sama-sama mempertanyakan masa lalu Heiji. Serunya, ada tokoh bernama Momiji Ooka yang ngaku kalau dia adalah tunangannya Heiji.

Di balik “cinta segitiga” antara Heiji, Kazuha, dan Momiji, ada kisah cinta lain yang berujung kematian. Cerita yang manis malah berbuah tragedi yang ngorbanin banyak orang enggak bersalah. Inilah yang jadi latar belakang berbagai kasus dalam film ini.

Selain kisah cinta, sorotan dalam film ini adalah Karuta, salah satu permainan kartu tradisional Jepang, sebagai latar belakang kasus. Kalau mau tahu lebih banyak soal Karuta, lo bisa baca manga Chihayafuru.

Kalau masih penasaran bagaimana cara main Karuta, coba pelajarin di video berikut, yah. Seru, loh!

Nah, balik lagi ke film ini. Kasus pembunuhan dan pengeboman yang terjadi kali ini ngelibatin para pemain Karuta profesional selama The Satsuki Cup. Ajang kejuaraan ini cukup bergengsi dan diikutin ratusan peserta. Kasus pertama terjadi di Nichiuri TV, tempat berlangsungnya wawancara sebelum kejuaraan dimulai.

Ngegantiin temannya yang terluka akibat peristiwa tersebut, Kazuha maju jadi peserta The Satsuki Cup, dibantu oleh ibu Heiji, Shizuka, yang merupakan mantan pemain Karuta profesional. Dia pun berhadapan dengan Momiji. Kazuha berjuang sekuat tenaga buat menangin pertandingan Karuta yang juga jadi pertandingan memperebutkan Heiji.

Via Istimewa

Mungkin lo jengah, ya, sama hubungan Heiji dan Kazuha yang begitu-gitu aja. Mereka masih aja enggak mau ngakuin perasaan masing-masing. Dalam film ini, hubungan keduanya diuji melalui permainan Karuta dan sebuah kasus pembunuhan. Namun, dilema yang melanda hubungan mereka dalam film ini sebetulnya cenderung dibuat-buat dan lemah banget. Masalah berupa cinta segitiga malah jadi maksa. Kazuha bisa, loh, nanya langsung ke Momiji. Cuma, ya, cara pintas kayak gitu bikin enggak dramatis, sih.

Kalau dibandingin, Capture in Her Eyes (2000) punya konflik yang lebih kece. Di film itu, nyawa Ran terancam sejak awal dan Shinichi harus berusaha mati-matian. Sedangkan, di film ini, kisah Heiji dan Kazuha cuma jadi tempelan buat ngangkat kisah cinta lain yang jadi dasar konflik.

Via Istimewa

Di film ini, sudut pengambilan gambar yang terlalu cepat berpindah dari satu karakter ke karakter lain malah ganggu pandangan. Mungkin maksudnya biar dinamis, ya, tapi kesannya berantakan dan bikin mata enggak nyaman.

Terlalu banyak yang disorot dan ditampilin dalam film berdurasi 112 menit ini. Petunjuk yang ditampilin pun jadi terlalu jelas dan bikin lo enggak penasaran. Bahkan, dari ¼ awal film, sebetulnya lo udah bisa nebak dengan mudah siapa pelakunya. Buat detektif sekelas Conan dan Heiji, agak aneh kalau mereka butuh waktu lama buat mengetahui kebenarannya.

Via Istimewa

Konfliknya juga sebetulnya kurang kuat untuk ukuran film. Viki malah ngerasa kayak lagi nonton salah satu episode biasa dalam anime. Alurnya buru-buru banget. Setelah peristiwa A, ada peristiwa B, setelah itu langsung peristiwa C. Mungkin ini biar kesannya Heiji dan Conan lagi dikejar waktu dan ngasih lihat bahwa kasus yang mereka hadapin adalah kasus yang serius. Namun, bukannya mgasih ketegangan tanpa henti, film ini malah ninggalin kesan tanggung. Kasusnya sendiri jadi enggak terlihat kayak kasus besar dan malah cukup remeh. Latar belakang kasusnya jadi kurang tereksplorasi dan bertumpuk di akhir film. Klimaksnya pun enggak meledak.

Pada akhirnya, film ini jadinya cuma bisa dinikmatin sama penggemar setia serialnya. Ide cerita yang ngaitin permainan Karuta sebetulnya udah oke, loh. Sayangnya, film ini lemah di alur dan penggarapan kasus.

Detective Conan: Crimson Love Letter adalah karya Kōbun Shizuno yang pernah nyutradarain film franchise Detective Conan sejak 2011. Naskahnya ditulis oleh Takahiro Okura berdasarkan manga Meitantei Conan karya Gosho Aoyama. Film ini udah tayang di bioskop Indonesia dan bisa lo saksiin di CGV Cinemas dan Cinemaxx.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.