Review Film Dokumenter Our Father (2022)

Our Father
Genre
  • Documentary
  • Psychological Thriller
Actors
  • Donald Cline
  • Jacoba Ballard
Director
  • Lucie Jordan
Release Date
  • 11 May 2022
Rating
3.5 / 5

Spoiler Alert: Review film dokumenter Our Father ini mengandung bocoran yang membuat kamu merasa enggak nyaman sebelum menonton

Apa yang bakal kamu lakukan jika ayahmu bukanlah ayahmu? Atau, bagaimana jika ternyata apa dokter kesuburanmu, justru adalah ayahmu? Kengerian itu yang jadi tema besar yang diceritakan dalam sebuah dokumenter Netflix bertajuk Our Father.

Aturan pendonoran sperma saat ini cukup ketat secara kesehatan dan genetik. Para pendonor sperma harus melalui wawancara dan tahap tertentu yang memastikan dirinya sehat. Mereka harus tidak menularkan penyakit tertentu, tidak menggunakan obat-obatan suntik, terkena AIDS atau pernah berhubungan di tempat yang ramai kasus AIDS, dan sebagainya. Berdasarkan penelitian dari Universitas Stanford, cuma lima persen relawan yang mampu memenuhi hal tersebut.

Kendati demikian, banyak penerima donor yang memilih pendonor anonim. Mereka tidak akan mendapatkan informasi yang jelas mengenai siapa pendonor sperma. Mereka hanya bisa mengetahui informasi riwayat kesehatan, informasi mengenai ras, informasi tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Hal ini akan memberikan insight mengenai apa yang diturunkan seorang ayah kepada anaknya. Lalu, apa masalah dari Our Father?

Review film dokumenter Our Father (2022)

Ada dua permasalahan. Pertama, ketika pendonor enggak lain adalah dokter kandungan dan kesuburan itu sendiri, Dr. Donald Cline. Ia adalah dokter yang terhormat dan tersohor di Indianapolis. Ia bahkan dihormati di komunitasnya, menjadi penatua di gereja, dan juga dikenal memiliki reputasi yang sangat baik sebagai laki-laki salih.

Pada dekade 70-80an, Cline mendonorkan sperma kepada hampir 100 pendonor. Nah, kondisinya menjadi pelik ketika enggak ada sama sekali aturan yang ketat mengenai jumlah maksimal pasien yang dapat menerima sperma dari satu pendonor.

Negara seperti Inggris, misalnya, memiliki aturan ketat dari HFEA (Human Fertilisation and Embryology Authority) mengenai jumlah maksimal bagi pendonor untuk memberikan spermanya kepada pasien (maksimal 10). Pembatasan di Amerika Serikat biasanya tergantung pada aturan negara bagian, rumah sakit, atau klinik yang memberikan fasilitas donor sperma. American Society for Reproductive Medicine hanya memberikan rekomendasi saja.

Jika nanti akan menikah, maka anak-anak ini bisa mencari tahu mengenai akar keluarga melalui tes DNA misalnya. Maka, hal itu bisa mencegah seorang kakak menikahi adiknya sendiri. Meski begitu, ini memang sebuah hal yang rumit, kontroversial, dan pada akhirnya bikin masalah baru seperti yang ada di dalam Our Father.

Lalu, apa permasalahan kedua?

Permasalahan pertama memang agak lemah secara etika dan hukum. Toh, identitas pendonor memang anonim. Namun, Donald Cline menjadi penjahat keji ketika ia menghamili banyak orang yang menyangka bahwa sperma berasal dari suami mereka sendiri. Enggak hanya pada “pasien biasa”, ia melakukannya kepada kawannya sendiri, Mark dan Shereen Farber.

Berawal dari pencarian atas jati diri

“Setiap kali saya menghubungi satu saudara, saya seperti menghancurkan hidup mereka satu per satu” – Jacoba Ballard

Jacoba Ballard, seorang anak dari donor sperma, mencari siapa half siblings alias saudara separuhnya dan menemukan kecocokan sebanyak tujuh saudara. Ia mengontak saudara-saudaranya dan mereka pun memulai investigasi tentang asal-usul mereka.

Jacoba Ballard dalam Our Father
Jacoba Ballard dalam Our Father Via Istimewa.

Mereka pun terkejut ketika menemukan bahwa ternyata ada kemungkinan jika dr. Donald Cline, dokter kesuburan ibu mereka, adalah pendonor sperma mereka sendiri.

Mereka lebih terkejut lagi ketika menemukan kalau beberapa orang yang hanya berkonsultasi kesuburan dan melakukan inseminasi buatan, ternyata justru mendapatkan sperma bukan dari pasangannya, melainkan dari Cline.

Begitu alotnya membawa Cline ke pengadilan. Ada beberapa alasan. Pertama, pada dekade-dekade itu enggak ada pengaturan yang mengikat mengenai apakah seorang dokter boleh mendonorkan spermanya sendiri. Kedua, enggak ada batasan pendonor dan ketiga, lemahnya hukum yang melindungi para istri yang ingin mencoba hamil dari sang suami.

Dalam waktu yang berbeda-beda, para istri ini datang bersama suami mereka dengan harapan ingin punya anak. Dalihnya, Cline berkata bahwa ia dapat mencoba melakukan inseminasi dengan sperma sang suami. Namun, sperma sang suami ditukar dengan spermanya sendiri. Setelah ketahuan, Cline berkata bahwa ia membantu karena niat awal pasutri-pasutri ini adalah memiliki anak.

Ballard, mewakili para saudara dan saudarinya pun kemudian menghubungi Fox 59, yang dikenal dengan sosok Angela Ganote sebagai presenter. Sayangnya, Ganote pun kesulitan menginvestigasi Cline bahkan seperti menerima ancaman. Cline takut jika hal ini terbongkar, maka akan menghancurkan pernikahannya.

Perlu bertahun-tahun untuk membuat kasus ini meledak, menemukan kenyataan bahwa Cline menggunakan spermanya untuk program infertilitas, dan juga menyeretnya ke pengadilan atas asas kebohongan. Perlu keberanian dan kerjasama dari para saudara-saudari sekaligus bantuan dari Fox 59 untuk membuat Cline mau dites DNA dan membuktikan bahwa ia adalah ayah dari (sejauh ini) 94 anak.

Memperlihatkan dunia yang enggak adil

Keinginan para anak dari penerima donor memang sangat lemah di mata hukum. Namun, bagaimana dengan para anak yang orang tuanya ditipu dengan dalih menggunakan sperma ayah mereka sendiri kepada sang ibu? Dilemahkan trik dan opini publik.

Donald Cline di pengadilan
Donald Cline di pengadilan Via Istimewa.

Donald Cline adalah laki-laki yang sangat dihormati. Kejahatannya pun kabarnya sudah dilakukan belasan tahun lalu. Maka, ketika ia pada akhirnya bisa dibawa ke pengadilan, hal itu hanya karena statement bohong bahwa ia bukan ayah kandung dari anak-anak hasil donor sperma di kliniknya.

Namun, karena Cline mengaku bersalah, karena adanya dukungan kuat di Indianapolis, dan karena hakim yang seolah berbelas kasihan kepadanya, Cline pada akhirnya pun bebas dengan hanya membayar denda yang ringan.

Tontonan menarik dengan ilustrasi, sayang minim pengetahuan hukum

Our Father adalah sebuah dokumenter menarik karena menyenggol isu yang sensitif. Banyak negara yang enggak melegalkan pendonoran sperma. Di Amerika Serikat sendiri, pendonoran bahkan baru dimulai pada tahun 1945 dan diliputi kontroversi.

Film ini menegaskan bahwa pendonoran sperma hingga saat ini masih berisiko sangat besar. Sperma yang didonorkan belum tentu sesuai dengan konsensus pasien. Para pasien enggak mengetahui dengan jelas siapa ayah dari anak mereka. Anak mereka, suatu saat ingin tahu asal-usul dari diri mereka sendiri dan akan melakukan pencarian yang mungkin bisa berakibat buruk karena kurangnya attachment dari sang ayah. Tentu saja, para ayah mereka hanya mendonorkan sperma, bukan kasih sayang.

Film ini, lewat ilustrasi dari para pemeran yang mirip sama aslinya, bikin kita mampu menyelami perasaan mereka. Asal-usul ternyata penting bagi manusia, untuk mendefinisikan diri mereka dan untuk menegaskan siapa mereka. Adanya perubahan fakta soal ayah biologis para anak ini bikin kecemasan dan risiko kehilangan jati diri.

Sebagai sebuah karya, Our Father juga memberikan alur yang menarik dan kuat. Setelah dibuat kesal dan takut dengan sosok Cline dengan topeng kesalihannya, kita dibawa untuk memahami sosok Cline yang arogan dan merasa diri pintar. Trauma soal dirinya pernah menabrak seorang anak hingga meninggal juga seolah menjustifikasi aksinya ini sebagai “penggantian atas anak yang dulu meninggal”.

Creepy? Itulah hal yang disampaikan oleh Mark dan Shereen Farber, mantan kolega Cline yang juga ditipu lewat pendonoran sperma ini. 

Julie Harmon selama ini mengira sang ibu mendapatkan donor dari ayahnya
Julie Harmon selama ini mengira sang ibu mendapatkan donor dari ayahnya Via Istimewa.

Sayangnya, film ini minim penjelasan hukum. Jadi, kita hanya tahu bahwa apa yang dilakukan Cline enggak etis dan bahwa negara bagian sangat jahat. Padahal, hukumnya memang enggak ada. Hukum yang melarang para dokter di Indianapolis untuk mendonorkan spermanya baru ada setelah kasus ini mencuat.

Kita, sebagai penonton, enggak diberi kejelasan mengenai hukum pendonoran sperma dan apa yang bisa dan enggak bisa dilakukan dokter –berdasarkan hukum, bukan etika saja.

Mungkin Our Father akan lebih berbobot jika film mau menjelaskan aturan umum pendonoran sperma dan memberikan rekomendasi mengenai seperti apa seharusnya hukum berlaku. Ini akan memberikan pemahaman baik-buruk pendonoran sperma, terutama bagi penonton di negara yang masih asing dengan hal semacam itu. 

***

Terlepas dari beberapa kekurangannya, Our Father adalah dokumenter investigasi yang penting. Kendati negara maju, begitu banyak hal “ajaib” dan menyebalkan di Amerika Serikat. Lemahnya hukum pendonoran sperma baru terkuak dengan adanya investigasi ini. Selain itu, dokumenter ini juga memberikan fakta dan renungan.

Pertama, bahwa ternyata ada setidaknya 44 dokter kesuburan yang menggunakan spermanya sendiri di Amerika Serikat, kurang layak secara etika dan harus diatur dalam hitam di atas putih. Kedua, apakah donor sperma adalah cara tepat dan bijak untuk anak-anak yang dilahirkan? Ini tentu bergantung pada siapa yang melakukan, di mana mereka melakukan, dan sudahkah aturannya sesuai.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.