(REVIEW) Spider-Man: Homecoming, Kolaborasi Manis Marvel Studios dan Sony!

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 9.5| Penokohan: 9.5| Visual: 8.5| Sound Effect/Scoring: 8.5| Nilai Akhir: 9/10

 

"With great power, come great responsibility."

Yap, kata-kata mutiara dari almarhum Paman Ben ini cocok banget ngegambarin waralaba film Spider-Man. Sejak film pertamanya, Spider-Man adalah salah satu yang paling berani. Sony Pictures berani bertaruh "all in" buat bikin film superhero dengan biaya yang amat besar di masanya.

Perjudian ini ternyata berhasil. Spider-Man (2002) sukses bertanggung jawab atas "kekuatan besar" yang dimilikinya. Efeknya pun terlihat jelas. Trilogi Spider-Man-nya Sam Raimi diakui jadi salah satu trilogi film superhero terbaik sepanjang masa dan bikin Spider-Man jadi superhero paling terkenal dan dicintai penggemarnya hingga saat ini.

Masa bahagia ini, sayangnya, enggak berlangsung lama. Keputusan Sony buat nge-reboot film superhero kesayangan semua orang ini berbuah pahit. Seri The Amazing Spider-Man ternyata enggak mampu bikin Spider-Man jadi sosok superhero yang dicintai semua kalangan. Rencana triloginya pun akhirnya batal.

Ini bikin semua orang dan penggemarnya, termasuk Viki sendiri, jadi ragu dan bertanya-tanya: apakah Spider-Man bakal balik lagi? Mampukah Sony bikin film Spider-Man yang benar-benar keren kayak seri pertamanya?

Spider-Man: Homecoming adalah pertama kalinya Marvel Studios berkolaborasi dengan studio pemegang lisensi karakter Marvel lainnya, yaitu Sony, dengan satunya lagi adalah 21st Century Fox. Film ini diproduksi bersama oleh Marvel dan Sony, tapi dengan kontrol kreatif dan lisensi distribusi yang hanya dipegang oleh Sony. Jon Watts jadi sutradara dengan skenario yang ditulis sama tim penulis yang dipimpin oleh Jonathan Goldstein dan John Francis Daley.

Film ini sendiri punya kisah orisinal yang enggak bakal lo temuin di komik. Kali ini, Peter Parker, diceritain sebagai anak SMA, masih dalam euforia menjadi anggota Avengers. Padahal, Tony Stark/Iron Man (Robert Downey Jr.) sendiri enggak nganggep Peter sebagai anggota resmi.

Selanjutnya, kisah berlanjut pada konflik antara kesibukan Peter sebagai anak sekolah yang cerdas sekaligus pembela kebajikan di Kota Queens, New York. Kemampuannya sebagai Spider-Man pun diuji dengan kehadiran Adrian Toomes/Vulture (Michael Keaton), penyelundup yang secara ilegal bikin dan ngejual senjata mematikan dari bekas puing-puing invasi Chitauri di film The Avengers.

Kesan pertama yang bakal lo rasain pas pertama kali nonton film ini adalah pengalaman yang biasa lo alamin saat nonton film-film MCU. Cerita dibuat dengan tempo cepat tanpa basa-basi, tapi gampang dimengerti. Unsur komedinya pun terasa cerdas ala film-film Disney/MCU. Lo bakal ketawa lepas tanpa ngerasa kalau candaan itu dibuat-buat. Makanya, film ini cocok banget ditonton bareng anak atau ponakan lo yang masih bocah. Aman kok, guys. Tenang aja. Di film ini, enggak ada adegan ciuman antara dua remaja yang berpotensi bikin anak kecil jadi mau cepat dewasa.

Yap, di film ini, Spider-Man/Peter Parker is not an emo anymore! Mungkin, dulu lo ngerasa kalau film-film Spider-Man terasa kayak sebuah film drama remaja berkedok film superhero, khususnya seri The Amazing Spider-Man. Satu hal yang Viki perhatiin, di Homecoming, Peter cuma sekali nangis. Adegan kayak begitu pastinya sering banget lo temuin di Spidey-nya Andrew Garfield. Hal inilah yang ngebedain Homecoming sama film-film Spider-Man sebelumnya. Homecoming lebih terkesan sebagai film keluarga dibanding film-film sebelumnya yang terasa kayak FTV alias drama remaja.

Secara keseluruhan, film ini termasuk sempurna dari segi cerita. Lo enggak bakal nemuin plot hole yang bikin lo bingung pas filmnya selesai. Sedikit bocoran, Homecoming ini punya banyak twist yang benar-benar bikin lo enggak nyangka, loh. Twist ini dibikin secara sempurna dan enggak terkesan murahan. Mungkin, buat sebagian orang, twist ini kelihatan sepele dan gampang ketebak. Akan tetapi, Viki jamin, twist ini bakal terasa amazing banget buat lo yang nikmatin dan menghayati film ini dari awal.

Pemilihan dan penampilan para aktor di Spider-Man: Homecoming memang jadi salah satu aspek terbaik di film ini. Lewat penokohan ini, Watts juga cerdas mainin pikiran dan emosi penontonnya. Jadi, enggak usah heran kalau lo nantinya bakal terkaget-kaget dengan bagaimana caranya film ini ngenalin karakternya.

Soal pemeran, Viki kasih empat jempol buat Tom Holland. Doi sukses banget ngegambarin sosok Peter Parker yang masih muda, polos, dan antusias. Memang, sih, sepanjang film, doi termasuk cerewet. Namun, hal itu enggak bakal terasa mengganggu, kok. Soalnya, lo bakal kebawa sama penampilan kocaknya. Chemistry antara satu pemeran lain juga kelihatan kuat banget, terutama interaksinya sama Robert Downey Jr./Tony Stark dan Ned (Jacob Batalon), sang sidekick.

Keputusan buat masukin Ned jadi karakter ini tepat banget. Batalon terbukti sukses ngimbangin akting Holland akting kocaknya. Semuanya terasa makin lengkap dengan tampilan Ned yang kocak dan polos. Marisa Tomei juga pas banget jadi pemeran Tante May. Uniknya, dia sempat ditentang karena dianggap terlalu muda jika dibandingin sama film-film sebelumnya atau di komik. Namun, enggak bohong, deh, lo pasti bakal kesengsem dan nikmatin penampilan Tomei.

Di antara semuanya, Michael Keaton jadi bintang selain Holland dan Batalon. Perannya di Homecoming ini sendiri bukanlah yang pertama baginya di film superhero. Makanya, aktingnya "lepas banget". Perannya sebagai sosok villain ini cocok banget baginya. Soalnya, dia enggak cuma sukses nampilin sisi jahat. Keaton juga bikin kita terkesima dengan sisi lain yang lo enggak sangka.

Spider-Man: Homecoming juga masih punya potensi besar di aspek penokohan. Selain karakter-karakter yang Viki sebutin tadi, ada salah satu karakter (serta pemerannya) yang bakal potensial banget. Buat lo yang anak gamers, pastinya sadar kalau Michael Mando, pemeran Vaas Montenegro di game Far Cry 3, tampil di adegan post-credit.

Sedikit bocoran, dia bakal meranin karakter villain bernama Scorpion. FYI, di komik, dia jadi salah satu supervillain yang cukup ngerepotin Spidey. Nah, tentunya menarik, 'kan, aksi Scorpion di film Spider-Man berikutnya? Ditambah, kemampuan akting Mando sebagai karakter villain udah terbukti brilian di Far Cry 3.

Meski semuanya terlihat tanpa cacat, ada hal yang Viki rasa agak mengganjal. Rasa mengganjal ini ialah penampilan dari Donald Glover yang enggak lain adalah pengisi suara Miles Morales/Spider-Man di serial animasinya. Sedikit bocoran, karakter yang dia perankan enggak punya peran penting.

Viki sendiri sebelumnya ngira kalau dia bakal jadi sosok penting yang bakal punya pengaruh di film-film Spider-Man berikutnya. Apalagi kalau kita melihat perannya sebagai Spider-Man di versi animasi. Bagi penggemar Spider-Man, tentu hal ini bikin kita menduga-duga kalau dia bakal punya peran penting, sekalipun mustahil rasanya ada dua Spider-Man di film ini. Sayangnya, prediksi Viki salah. Dia murni hanya sebagai cameo dengan porsi tampil yang lebih banyak. Padahal, bakal menarik jika Glover punya porsi lebih di Homecoming atau pun film-film selanjutnya.

Meski enggak begitu istimewa, Sony dan Marvel enggak ngelakuin hal yang salah dalam aspek scoring serta pemilihan soundtrack. Komposer film Doctor Strange, Michael Giacchino, kembali terpilih buat nyusun scoring untuk Spider-Man: Homecoming. Lo bakal cukup nikmatin musik yang disusun sama Giacchino ini. Dari adegan pertama, lo bakal dibawa nostalgia dengan theme song Spider-Man yang di-mix ala musik film-film MCU. Selain itu, soundtrack ala serial kartun jadul ini juga kedengaran pas buat ngegambarin kehidupan Peter Parker/Spidey sebagai anak muda yang cerdas dan energik.

Secara keseluruhan, Spider-Man: Homecoming sukses ngasih persembahan yang terbaik buat para penggemarnya yang udah cukup lama nungguin Spidey beraksi di MCU. Kalau lo penggemar sejati film-film MCU, pastinya nikmatin banget film ini. Sentuhan Marvel Studios terbukti ampuh bikin film ini jadi lebih menyenangkan dan cerdas. Sayangnya, mungkin Homecoming bakal terasa kayak film superhero remaja receh buat lo yang suka film-film superhero dark ala trilogi Batman-nya Christopher Nolan.

Meski enggak bisa dibilang jadi film Spider-Man terbaik, Spider-Man: Homecoming mampu nampilin sebuah pengalaman sinematik yang unik dan menyenangkan. Makanya, film ini kudu lo tonton sebelum nyesel gara-gara dengar bocoran-bocorannya. Selain itu, patut ditunggu juga bagaimana kelanjutan petualangan Spider-Man bersama superhero-superhero MCU lainnya.

BTW, jangan beranjak sebelum filmnya benar-benar selesai, ya. Sedikit bocoran, post-credit scene film ini patut dibilang sebagai yang terbaik dan paling epik di antara film-film MCU lain. Jadi, jangan sampai menyesal dan enjoy it while it lasts!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.