(REVIEW) War for the Planet of the Apes: Akhir Trilogi yang Menegangkan

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 8| Penokohan: 8.5| Visual: 9| Sound Effect/Scoring: 8.5| Nilai Akhir: 8.5/10

Selama rentang waktu hampir 50 tahun, waralaba Planet of the Apes udah ngalamin evolusi besar. Primata yang ditampilin terus mengambil bentuk baru seiring kemajuan teknologi. Dari yang tadinya live action, jadi animasi CGI dan motion-capture yang diolah di komputer.

War for the Planet of the Apes merupakan film ketiga dari seri The Planet of the Apes. Film ini merupakan garapan ulang versi asli yang awalnya ada lima seri (1968—1973). Kisahnya diadaptasi dari novel La Planete des Singes (1963) karangan Pierre Boulle.

Kalau lo ingat film pertamanya, The Rise of the Planet of the Apes (2011), diceritain sebuah kecelakaan dari percobaan ilmiah lalu menghasilkan spesies kera cerdas sekaligus virus bernama Simian Flu yang membahayakan ras manusia. Lalu, film kedua, Dawn of the Planet of the Apes (2014) ngelanjutin cerita mengenai sekumpulan kera cerdas tersebut yang akhirnya berkembang di hutan utara San Francisco. Koloni manusia dan kera berusaha hidup berdampingan, tapi terjadi konflik karena kera bernama Koba ingin membalas dendam pada manusia yang dahulu pernah menyiksanya. Caesar (Andy Serkis) hadir sebagai pimpinan para kera yang menginginkan perdamaian.

Sebenarnya, para kera pimpinan Caesar udah bersembunyi jauh di dalam hutan agar terhindar dari konflik dengan manusia yang masih berniat buat musnahin mereka. Namun, perdamaian itu kembali terusik dengan kehadiran pasukan militer yang datang dari luar San Francisco. Lalu, terjadilah perang yang enggak terhindarkan antara bangsa kera pimpinan Caesar dan prajurit militer manusia yang dipimpin oleh Kolonel McCullough (Woody Harrelson).

Pasukan militer ini menyerang habitat dan keluarga Caesar. Caesar yang awalnya berusaha sabar jadi dendam kesumat dan ingin sekali ngebunuh sang kolonel. Dia pun bergumul dengan insting terdalamnya dan berencana buat memulai sebuah perjalanan demi membalas dendam atas kaumnya.

Dalam perjalanannya, Caesar dipertemukan dengan anak gadis manusia bernama Nova (Amiah Miller) yang bikin Caesar kembali ingat sama sisi humanisnya. Klimaksnya, Caesar berhadapan langsung dengan sang kolonel dan mengalami sebuah pertempuran dasyat. Pertempuran ini akan sangat menentukan masa depan planet dan masing-masing kelompok.

Melihat sinopsis di atas, pasti lo udah bisa nebak kalau penceritaan film ketiga ini lebih eksklusif dibandingin film-film yang sebelumnya. Film pertama lebih didominasi cerita dari seorang ilmuwan bernama Will Rodman (James Franco), sedangkan film kedua cerita dari Malcom (Jason Clarke). Nah, dalam War for the Planet of the Apes ini hanya ada Caesar dan teman-teman keranya, ditambah dengan Nova sebagai karakter pendukung.

Dalam film garapan Matt Reeves ini, selain Caesar yang menjadi karakter favorit, kita bakal kagum sama karakter kera bernama Bad Ape (Steve Zahn). Sosok unik ini cukup menarik dan bikin jalan cerita yang tadinya tegang bisa jadi lebih berwarna karena kekonyolan yang dibuatnya. Bad Ape adalah kera tua. Meski semi-pelupa, dia punya andil sebagai penyelamat dalam perang antara pasukan militer dan pasukan kera.

Yap, lo bakal berterima kasih banget sama karakter yang satu ini! Soalnya, secara kesuluruhan, War for the Planet of the Apes hampir enggak nunjukin kegembiraan. Banyak banget adegan sedihnya. Ini dipicu sama karakter sang kolonel yang sadis dan diktatoris. Lo bakal nemuin banyak adegan tentang penderitaan kera. Yap, film ini memang punya unsur emosional yang kuat. Namun, tenang aja, lo enggak bakal sampai termehek-mehek, kok.

Sisi emosional ini juga didukung oleh efek visual film yang perlu diberi jempol atas kualitasnya yang enggak mengecewakan. Kualitas gambar dan animasi merupakan salah satu dari keunggulan War for the Planet of the Apes. Penggambaran para kera begitu mendetail, seolah para kera yang ada di film ini adalah sungguhan. Bahkan, karakteristik setiap kera begitu kuat meski ada beraneka jenis kera yang bakal lo temuin.

Karakteristik kuat para tokoh ini jadi kemasan menarik meski cerita yang ditampilin sekadar konsep umum akan perseteruan antarkubu yang berbeda. Ditambah, walau enggak banyak memberikan kilas balik dari dua film sebelumnya, War for the Planet of the Apes tetap bisa dinikmatin meski lo belum sempat nonton keduanya.

Oh, ya. Dalam film ini, selain bertindak sebagai sutradara, Reeves ternyata ikut menulis naskah bersama Mark Bomback, salah satu produser eksekutif. Rick Jaffa dan Amanda Silver, penulis naskah dua film sebelumnya, kembali menjadi produser bersama Peter Chernin dan Dylan Clark.

War for the Planet of the Apes dijadwalin tayang di Indonesia pada 26 Juli 2017. Jadi, jangan sampai ketinggalan dan mending tonton dulu aja cuplikannya di bawah ini.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.