Serunya Berinteraksi Sama Binatang Buas di Far Cry Primal

Adakah di antara kalian yang pernah main salah satu di antara franchise Far Cry? Atau jangan-jangan—kayak ViKi—kalian juga ngikutin semua seri game keluaran Ubisoft yang awalnya dibuat oleh Crytek Studio ini? Game tembak-tembakan dengan sudut pandang orang pertama macem Far Cry ini memang enggak kayak game tembak-tembakan kebanyakan. Cerita dan background story dari tiap seri Far Cry memang enggak pernah mengecewakan.

Di seri pertama Far Cry (2004), kita memerankan Jack Carver, seorang mantan pasukan khusus yang terdampar di salah satu pulau di Micronesia. Dia berusaha menyelamatkan seorang jurnalis perempuan yang ditawan oleh para tentara bayaran di pulau tersebut. Lalu, di Far Cry 2 (2008) kita memerangi “The Jackal” yang berusaha mengadu domba dua faksi di salah satu bagian Afrika. Dalam Far Cry 2, pondasi game dan seri Far Cry hingga kini dipakai, yaitu sistem open world dengan metode “berburu-meramu” untuk meningkatkan beragam kekuatan senjata atau kekuatan fisik tokoh utama.

 

 

 

Favorit ViKi sendiri adalah Far Cry 3 (2012), yang latar tempatnya di suatu pulau di daerah Samudera Pasifik. Bahasa tokoh-tokoh di dalam game ini pun bahasa Melayu! Kita memerankan Jason Brody—seorang turis yang doyan olahraga ekstrem dari Amerika yang secara enggak sengaja terlibat beragam masalah pelik antara pribumi melawan tentara bayaran yang bekerja untuk seorang bandar narkoba. Dan dia juga berusaha untuk menyelamatkan teman-temannya yang disandera para tentara bayaran bandar narkoba.

Di Far Cry 4 (2014), kita memerankan Ajay Ghale yang berdarah Tibet tapi besar di Amerika. Awalnya, dia cuma berniat buat meletakkan abu jenazah ibunya di suatu tempat di tanah kelahirannya, Himalaya. Akan tetapi kunjungannya itu malah berujung jadi petualangan bersama para pemberontak untuk membebaskan Kyrat dari tirani Pagan Min.

Di seri yang paling fresh berjudul Far Cry Primal ini konon katanya bakalan jadi satu-satunya Far Cry yang beda dari generasi-generasi sebelumnya. Berlatar di zaman prasejarah, kita bisa ngerasain serunya berburu hewan-hewan kayak serigala purba, sabertooth, dan mammoth. Dan yang lebih kerennya lagi, karena kita ada di zaman prasejarah, kita enggak bakalan tembak-tembakan pakai senapan, pistol, dan bazooka. Tombak, panah, dan belati dari tulang bakal jadi senjata utama saat menjelajahi open world di era prasejarah.

Selain ngerasain petualangan liar dengan senjata primitif, kita juga bisa mengendalikan serta berkomunikasi sama hewan-hewan liar sebagai beastmaster. Yah, semoga aja Ubisoft ini enggak ngasih harapan palsu. Soalnya ada loh beberapa game rilisan Ubisoft yang dianggap fail sama banyak orang karena trailer yang “wah” banget ternyata setelah rilis biasa aja, misalnya Watch Dogs.

***

Mudah-mudahan Ubisoft enggak ngecewain lagi deh! Semoga nanti game-nya bakal sesuai sama ekspektasi kita semua. Amin.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.