Konsol Video Game yang Gagal Populer (Bagian 1)

Kita semua pastinya udah pada tahu sama konsol-konsol game yang jadi “candu”, kayak Sony PlayStation atau Microsoft Xbox. Konsol game sukses ini bisa ngejual jutaan unit dan menghasilkan keuntungan yang luar biasa bagi perusahaan, baik dari penjualan maupun biaya lisensi buat tiap game yang terjual.

Enggak diraguin lagi, bisnis konsol game punya peran besar bagi kesuksesan perusahaan teknologi/game veteran kayak Sony atau Nintendo. Karena kesuksesan itulah, mereka enggak ragu buat terus berinovasi dalam ciptain konsol baru atau ngembangin teknologi yang lebih canggih demi pengalaman bermain game yang lebih asyik.

Pertanyaannya, apakah semua konsol game punya nasib sama seperti PlayStation?

Jawabannya, tentu aja enggak. Nyatanya, ada banyak konsol yang gagal populer dan enggak diterima masyarakat. Mungkin hal ini jadi alasan kenapa cuma PlayStation, Nintendo, Xbox, atau pun PC sebagai nama mesin game yang dikenal sama gamers zaman sekarang.

Dari era 1980-an sampai 2000-an, hampir semua nama besar di dunia teknologi ngerilis konsol kebanggaan mereka. Sayangnya, konsol-konsol tersebut enggak berhasil menarik perhatian para gamers dan makin tenggelam hingga membuat perusahaannya bangkrut. Berikut Viki akan ulas nama-nama konsol gagal yang namanya benar-benar asing di telinga lo. Cekidot!

 

1. Pioneer LaserActive System (1993)

Kebayang, enggak, punya konsol game yang bisa mainin semua game dari konsol mana pun? Kedengaran menarik, ‘kan? Tentunya, konsol kayak gini bakal laku keras karena lo enggak perlu lagi beli PlayStation, Xbox, atau Nintendo secara terpisah. Konsol ideal seperti itu sebenarnya udah pernah ada pada 1993, yaitu Pioneer LaserActive System. Saat itu, konsol ini bisa mainin game-game dari konsol yang ada di masanya, sepeti Sega Mega System, Genesis, TurboGrafx 16, dan game-game CD. Saking banyak fungsinya, lo juga bisa karaokean di konsol ini.

Sebenarnya, konsol ini cuma punya dua kelemahan. Namun, dua hal itu jadi kelemahan yang amat fatal. Pertama, konsol ini mainin game berformat laserdisc yang sama sekali enggak populer. Kedua, konsol ini hampir seharga motor bebek. Hal tersebut diperparah dengan pembelian lain yang harus lo lakukan buat bisa mainin game-game konsol lain. Selain itu, game-game yang ditawarin juga mahal dan enggak menarik sama sekali. Pioneer LaserActive System akhirnya gagal total dan cuma terjual 10.000 unit.

 

2. Gizmondo (2005)

Pada masanya, konsol genggam buatan Tiger Telematic ini jauh lebih canggih dibanding pesaingnya. Namun, Gizmondo gagal total gara-gara dibanderol seharga 400 dolar atau sekitar Rp5 juta. Sebenarnya, Tiger Telematics juga bikin Gizmondo versi murah yang dijual seharga 229 dolar (setara Rp2,9 juta). Sayangnya, versi murah ini didukung oleh tayangan iklan yang dianggap gamers ngeganggu dan nyebelin abis.

Selain itu, Gizmondo enggak didukung oleh pengembang game pihak ketiga. Apa boleh buat, Tiger Telematics yang saat itu belum sekuat pesaingnya, Nintendo, mau enggak mau narik dan enggak nerusin produksi Gizmondo setelah satu tahun penjualan. Selama setahun, Gizmondo cuma laku sekitar 25.000 unit.

 

3. Apple Bandai Pippin (1996)

Pernah tahu kalau produsen iPhone canggih yang mungkin lo lagi genggam sekarang pernah bikin konsol game? Yap, sebelum iPhone atau Macbook yang sukses besar seperti sekarang, apa yang dibuat Apple dulu enggak lebih dari produk yang enggak populer dan gagal total. Konsol game Pippin yang dibuat bersama Bandai adalah salah satunya.

Pippin ini secara harfiah adalah gabungan antara konsol game dan komputer. Harga 599 dolar yang diberikan Apple buat Pippin tentu terasa sepadan dengan kombinasi dua format tersebut. Nyatanya, Pippin cuma jadi konsol mahal dengan pilihan game yang benar-benar terbatas. Pippin pun gagal populer. Bahkan, buat masyarakat, nama Pippin sering tertukar dengan nama pebasket legendaris di masanya, Scottie Pippen. Apple pun sempat terancam bangkrut dan hampir aja bikin iPhone dan Macbook yang lo punya sekarang enggak eksis.

 

4. Atari Jaguar (1993)

Keberanian berinovasi sering kali bikin sebuah produk sukses besar dan merajai pasar. Sayangnya, hal itu enggak berlaku buat Atari dengan konsol yang namanya sangar abis, Jaguar. Pada saat perilisannya, Atari bangga banget sama Jaguar-nya yang udah ngedukung grafis 64-bit. Sedangkan, pada saat itu, konsol-konsol saingannya, kayak NES dan SEGA, masih terbatas pada 16-bit.

Atari Jaguar nyatanya enggak sesuai dengan ekspektasi gamers yang ngarep kalau konsol ini bakal lebih bagus daripada NES atau SEGA. Kualitas grafis yang dihasilin ternyata lebih buruk daripada kedua konsol yang Viki sebut tadi. Lebih parahnya lagi, Atari enggak berhasil bikin game seasyik Mario atau pun Sonic. Stik berukuran besar dengan tombol nomor yang lebih mirip pesawat telepon pun bikin gamers ogah ngelirik.

 

5. Philips CD-i (1991)

Awalnya, Philips bikin CD-i buat keperluan edukasi. Sayangnya, mesin ini enggak laku dan bikin Philips harus mikirin strategi lain. Muncullah ide buat ngubah CD-i jadi sebuah konsol game. Sayangnya, keputusan besar tersebut lagi-lagi harus disesali oleh Philips karena CD-i versi konsol game pun gagal.

Konsol ini enggak didukung oleh pengembang pihak ketiga yang bikin game-game yang ada di CD-i ngebosenin dan kalah jauh kalau dibandingin sama Nintendo, SEGA, atau PlayStation. Selama tujuh tahun penjualan, konsol ini hanya laku sebanyak 570.000 unit. Saking buruknya, CD-i digosipin menjadi biang keladi kerugian besar Philips yang mencapai miliaran rupiah.

 

6. Nintendo Virtual Boy (1995)

Jauh sebelum teknologi VR eksis, Nintendo udah 20 tahun selangkah lebih maju dengan konsol Virtual Boy. Cara kerja konsol ini hampir sama dengan cara kerja VR masa kini. Lo harus menggunakan headset buat bisa mainin game ini. Ternyata, berada jauh di depan itu enggak selamanya lebih baik. Virtual Boy dianggap sebagai proyek ambisius yang setengah matang.

Sama kayak teknologi VR saat ini, Virtual Boy punya efek samping motion sickness yang bikin penggunanya ngerasa pusing. Lebih parahnya lagi, game Virtual Boy cuma bisa nampilin dua warna, hitam dan merah, yang bikin gamers makin enggak tertarik. Nintendo cuma berhasil ngejual 770.000 unit setelah tujuh bulan dan akhirnya berhenti memproduksi konsol ini.

 

7. Atari Lynx (1989)

Sebelum Jaguar, Atari udah suka namain konsol terbarunya dengan nama yang diambil dari nama kucing besar. Pada 1989, Atari ngerilis konsol genggam Lynx. Konsol ini awalnya terlihat menjanjikan. Lynx jadi konsol genggam dengan layar warna pertama di dunia. Hal ini pun bikin Lynx jadi hype banget.

Sayangnya, Atari ternyata enggak begitu siap karena terkesan terburu-buru mengejar Nintendo dengan GameBoy yang dirilis dua bulan sebelumnya. Hasilnya, Atari cuma bisa ngerilis Lynx dalam jumlah yang sangat terbatas. Hal ini pun bikin Nintendo GameBoy makin dominan di pasar, sedangkan Lynx makin tenggelam bersama nama Atari.

 

Honorable Mention: N-Gage (2003)

N-Gage ini dulu bikin hampir semua anak muda di dunia heboh. Bagaimana enggak? Udah jadi impian banget punya HP yang didesain bisa main game dengan enak tanpa harus ribet mencet tombol nomor. Entah apa yang dipikirin Nokia, N-Gage ternyata enggak sesuai harapan. Dari segi desain, HP ini terlihat asal jadi. Desainnya bikin penggunanya bingung apa sebenarnya kegunaan utama N-Gage, HP biasa atau memang buat gaming.

Kalau dilihat dari fungsinya sebagai alat komunikasi, HP ini benar-benar bikin pengguna enggak nyaman. Posisi speaker yang berada di samping bikin pengguna terlihat aneh saat menelepon. Sedangkan, buat gaming pun, N-Gage enggak mampu ngasih pengalaman bermain game yang praktis. Lo harus nyabut baterai buat ngeganti kaset game. Kalau aja enggak ada nama Nokia yang populer saat itu, bisa diprediksi N-Gage bakal gagal total di pasaran.

***

Industri konsol game memang menjanjikan. Akan tetapi, kalau bikinnya cuma ikut-ikutan dan takut dibilang cupu sama pesaingnya, udah pasti enggak bakal dilirik sama para gamers. Nah, dari delapan konsol gagal di atas, ada yang pernah lo pakai? Meski gagal, kalau sekarang masih ada yang jual, bolehlah jadi koleksi.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.