5 Film Live Action Gagal Kece Adaptasi Anime/Manga (Bagian 2)

Lo pasti punya anime dan manga favorit masing-masing. Pastinya, lo pernah ngebayangin, dong, kalau anime dan manga favorit lo diangkat ke layar lebar dalam bentuk live action ? Dengan teknologi perfilman yang ada sekarang, bukan hal yang mustahil buat mengadaptasi anime/manga ke versi film live action. Tentu lo pengen lihat karakter favorit lo yang tampil lebih nyata dan hidup.

Sayang, ada kalanya adaptasi yang dilakukan enggak berjalan semestinya alias gagal. Bisa jadi efeknya terlalu lebay atau konsep jalan cerita malah melenceng jauh dari karya aslinya. Sebelum ini, pernah dibahas beberapa film live action yang ngerusak suasana hati penggemar anime dan manga.

Masih ada lagi deretan film adaptasi anime/manga yang gagal memukau penggemar. Simak, deh. Mungkin aja satu atau semuanya adalah yang bikin lo patah hati.

 

1. Fist of the North Star (1995)

Via Istimewa

Manga yang diciptakan oleh Buronson (penulis) dan Tetsuo Hara (ilustrator) ini sempet terbit di Weekly Shonen Jump pada 1983—1988. Selain itu, Fist of the North Star sempat diterbitin sama Shueisha Inc. dan memiliki 27 volume dengan jumlah 245 chapter. Latar yang bakal lo temuin dalam manga ini adalah dunia pascaapokalips akibat perang nuklir.

Animenya sendiri punya unsur gore atau berdarah-darah. Sang karakter utama, Kenshiro, merupakan seorang pendekar yang memiliki jurus andalan bernama Hokuto Shinken. Pas dia lagi marah, dia punya kemampuan menyerang titik-titik tubuh lawan yang bisa bikin badan meledak.

Tanpa disadari banyak orang, Fist of the North Star pernah diadaptasi ke live action dengan Gary Daniels sebagai pemeran Kenshiro. Sejumlah aktor enggak dikenal yang terlibat bikin film ini jadi enggak disadari banyak orang. Padahal, dengan pendekatan yang tepat, film ini seharusnya bisa jadi film yang menghibur.

Sayangnya pihak produser enggak punya kemampuan menggarap produksi yang tepat. Anggaran yang terbatas pun menghalangi film ini meraih kesuksesan. Dengan dialog yang membosankan serta koreografi dan akting yang buruk, sepertinya memang lebih baik kalau film ini enggak dikenal banyak orang.

 

2. Blood: The Last Vampire (2009)

Via Istimewa

Buat lo yang suka dengan aksi para penghisap darah, film ini mungkin cocok buat lo. Blood: The Last Vampire merupakan film anime yang diproduksi oleh Production I.G dan SPE Visual Works pada 2000 dan disutradarai oleh Hiroyuki Kitakubo. Film ini bercerita tentang seorang gadis bernama Saya yang harus menghadapi mahluk berbentuk vampir kelelawar yang dikenal dengan sebutan chiropterans.

Film ini memiliki dialog dan jalan cerita yang ringan. Namun, aksi dan mood disajikan bisa bikin lo berdebar-debar. Film anime ini pun diangkat ke versi live action pada 2009 dengan Chris Nahon selaku sutradara dan Jun Ji-hyun sebagai pemeran Saya (Gianna).

Sayangnya, film live action ini enggak mampu menghadirkan suasana seperti di film animenya. CGI yang buruk dan akting yang lebay jadi bikin film ini terkesan merusak kesan anime. Liam Cunningham yang paling berhasil nunjukin keseriusannya pun enggak cukup buat ngejadiin dia sebagai karakter yang bisa menghibur lo karena karakternya tewas di tengah perjalanan.

 

3. City Hunter (1993)

Via Istimewa

Siapa yang kangen sama Ryo Saeba? Detektif yang jago nembak dan suka ngegodain cewek ini punya banyak penggemar di era 1980-an, loh. City Hunter merupakan manga yang digarap oleh Tsukasa Hojo. Seri manga ini sempat terbit di Weekly Shonen Jump pada 1985—1991 dan pernah diterbitkan oleh Shueisha Inc. sebanyak 35 volume.

Aksi Ryo juga pernah diangkat jadi anime yang diproduksi oleh Sunrise Studios pada 1987. Percaya enggak percaya, aktor laga kawakan Jackie Chan pernah meranin karakter ini, loh. City Hunter pernah dijadiin film live action dengan disutradarai oleh Wong Jing. Selain Jackie Chan, aktris cantik Joey Wang juga terlibat dalam film ini sebagai Kaori yang merupakan sidekick andalan Ryo.

Kalau lo lihat di anime dan manganya, aksi Ryo dalam membongkar kejahatan enggak pernah jauh dari sosok wanita cantik dan kehidupan gemerlap. Sayangnya, sebagian besar petualangan Ryo dalam film ini bertempat di kapal pesiar. Dengan kata lain, kesan dari film ini berbeda dari versi anime dan manganya.

Selain itu, terdapat adegan fantasi yang mengganggu saat Ryo berimajinasi lagi berhadapan dengan Ken dari game Street Fighter 2. Yap, Wong Jing jelas menyisipkan adegan paling aneh dan menyebalkan dalam film ini. Jackie Chan mencoba bikin film ini jadi berhasil. Namun, dengan selera komedi yang buruk dan alur yang datar, film ini ini malah makin jauh dari kesan sukses.

 

4. The Guyver (1991)

Via Istimewa

Bio Booster Armor Guyver atau juga dikenal dengan Guyver adalah manga yang diciptakan oleh Yoshiki Takaya. Serial manga ini awalnya terbit di Monthly Shonen Captain pada 1985. Nama Guyver sendiri adalah semacam biomechanical device yang  bikin penggunanya memiliki kekuatan super.

Pada 1991, Guyver sempat diangkat ke versi live action. Cerita dalam film ini berfokus pada Sean Barker (Jack Armstrong) yang nemuin semacem military suit alien. Ikatan antara Sean dengan kostum alien tersebut malah bikin dia jadi superhero yang polos.

Film yang disutradarai oleh Screaming Mad George dan Steve Wang ini sebenernya punya daya tarik tersendiri karena Mark Hamill terlibat di dalamnya. Yap, poster film ini berusaha ngejual sosok Hamill dengan statusnya sebagai aktor terkenal. Orang-orang bakal ngira pemeran Luke Skywalker ini bakal meranin Guyver, padahal kenyataannya cuma sebagai karakter pendukung.

Meskipun ngelibatin Hamill, film ini tetap aja jadi live action yang enggak berhasil. Soalnya, film ini benar-benar digarap dengan bujet rendah, naskah yang nyebelin, dan adegan berantem yang receh.

 

5. Oldboy (2013)

Via Istimewa

Manga karya Garon Tsuchiya (penulis) dan Nobuaki Minegishi (ilustrator) ini berkisah tentang Shinichi Goto yang dipenjara selama 10 tahun dalam sebuah penjara pribadi. Setelah dibebaskan, Goto harus nemuin siapa orang yang telah menculiknya dan mencari alasan kenapa dia sampai harus dipenjara.

Manga ini pernah diadaptasi ke film live action sebanyak dua kali. Versi bikinan Korea Selatan pada 2003 disukai banyak orang  karena memiliki sentuhan misteri yang menawan, adegan berantem yang keren, dan sentuhan akhir yang bisa bikin penonton takjub. Pada 2013, Oldboy juga diadaptasi ke versi Amerika dengan Spike Lee sebagai sutradaranya. Enggak tanggung-tanggung, Josh Brolin digaet buat meranin sang karakter utama.

Sayangnya, sang sutradara enggak mampu menyalin konsep dari versi Korea-nya dengan baik. Adegan pertarungan yang disajikan cenderung sia-sia. Sentuhan orisinalnya pun enggak lagi terasa. Sepertinya, Lee enggak suka dengan bahan yang dia punya dan Brolin enggak selamanya bisa jadi andalan.

***

Adaptasi manga atau anime ke versi live action memang enggak selalu berjalan mulus. Tentunya, kegagalan ini disebabkan bujet yang enggak mendukung  atau hal-hal teknis yang seakan-akan kurang serius atau mendalami rasa anime atau manga yang jadi sumbernya. Sutradara yang mau mengadaptasi karya anime/manga ke versi live action tentunya harus punya persiapan lebih, apalagi kalau ogah berhadapan dengan para penggemar yang banyak ngeluh.

Dari lima film adaptasi di atas, mana yang menurut lo paling gagal?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.