5 Hal yang Bikin A Silent Voice Layak Menuai Pujian

Industri film animasi Jepang kayaknya lagi mau ngebuktiin diri bahwa mereka masih bisa bikin film animasi berkualitas. Meski Opa Hayao Miyazaki udah enggak ada di Studio Ghibli, masih banyak film animasi kece yang diproduksi akhir-akhir ini. Setelah Kimi no Na wa garapan Makoto Shinkai, sekarang ada film animasi yang diangkat dari manga karya Yoshitoki Oima, Koe no Katachi atau A Silent Voice.

 A Silent Voice mengisahkan seorang murid cewek pindahan bernama Shoko Nishimiya yang berbeda dari teman-temannya yang lain karena tuli. Dia berusaha berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya. Bukannya didengar, dia malah jadi bahan rundungan karena enggak bisa bicara dan mendengar. Salah satu yang cukup sering merundungnya adalah Shoya Ishida.

Saat Nishimiya pindah sekolah lagi karena dirundung, akhirnya Ishida dijadikan kambing hitam dan balik dirundung oleh teman-temannya. Mengalami trauma, Ishida pun akhirnya merasa tak ada gunanya memiliki teman dan menghabiskan masa remaja dengan menyendiri. Akan tetapi, begitu bertemu lagi kembali dengan Nishimiya di SMA, Ishida merasa perlu memperbaiki semuanya. Dia mau berteman dengan Nishimiya dan menebus kesalahan yang pernah dia lakukan dulu. Nah, mulai saat itulah film ini bakal ngebawa lo melihat dunia dari sudut pandang Ishida.

A Silent Voice udah tayang di Jepang sejak 17 September 2016 dan duduk di posisi kedua daftar box office Jepang, di bawah Kimi no Na wa. Enggak heran, sih, soalnya film ini emang kece banget. Bahkan, Makoto Shinkai sendiri sampai memuji film ini melalui akun Twitter-nya, loh.

映画『聲の形』試写で観てきました。素敵な作品でした。どこまでも真摯で丁寧な組み立てで、絵も色彩もエモーションに美しく奉仕していて。上品で端正な演出は、真似したくてもとても真似られそうもなく。キャストも皆素敵でしたが、個人的には入野自由さんの芝居に度肝を抜かれました。すごすぎ。

— 新海誠 (@shinkaimakoto) September 8, 2016


Kurang lebih begini terjemahannya:

“Aku datang ke pemutaran film Koe no Katachi. Itu adalah karya yang fantastis. Ditangani dengan kesungguhan dan kepedulian, film itu sukses menggambarkan berbagai seni, gambar, dan emosi yang indah. Ini adalah karya yang dipoles dan dibuat dengan sangat baik sehingga berapa kali pun kamu mau menirunya, kamu tak akan bisa. Meskipun semua pemerannya sangat luar biasa, aku sendiri terpesona dengan akting Irino Miyu (Shoya). Sungguh luar biasa.”

Pujian yang luar biasa banget itu datang dari salah seorang masterpiece animasi Jepang, loh. Wajar, sih, Makoto Shinkai ngomong begitu. Makanya, kali ini Viki bakal simpulin buat lo 5 hal yang bikin A Silent Voice layak mendapat pujian. Viki juga enggak bakal ragu ngajak lo semua untuk nonton film ini di bioskop (jaringan CGV Blitz dan Cinemaxx), apalagi udah mulai tayang di Indonesia sejak 3 Mei lalu.

 

1. Animasi yang Lembut

Via Istimewa

 Dilihat dari trailer di atas, tentu lo bisa ngerasain tone warna yang lembut banget dan manjain mata. Animasinya mungkin memang enggak menangkap gerakan per gerakan sampai detail banget. Namun, pemilihan warnanya yang lembut bikin lo enggak bisa berpaling nikmatin gambarnya. Yang jelas, pemilihannya warnanya pun bikin lo terbawa emosi. Lo jadi ngerasa sendu sejak awal film dan terbawa suasana banget.

 

2. Musik yang Bangkitin Suasana

Via Istimewa

 

Musiknya juga patut jadi perhatian. Soalnya, enggak cuma tone warnanya aja yang bikin “sendu-sendu tabah”. Musiknya pun bikin lo enggak bisa lepas sedetik pun dari layar dan nikmatin ceritanya. Awalnya, film ini dibuka sama “My Generation”-nya The Who’s. Dari sini, terbangun banget suasana hangat masa kecil. Ishida yang bisa dibilang semacam ketua geng di kelasnya selalu senang-senang sama teman-temannya. Sampai suatu hari, datang Nishimiya dan orientasi kesenangan Ishida dan teman-temannya pun berubah. Mereka jadi suka senang-senang di atas penderitaan Nishimiya.

Dari musik menyenangkan yang ngegambarin kehangatan masa kecil sampai dentingan piano yang lembut, tapi menguras emosi, semuanya dihadirkan dengan tempo yang pas banget. Bikin lo rasanya bisa ngerasain emosi yang juga dirasain sama Ishida dan Nishimiya. The best-lah pokoknya!

 

3. Kisah yang Menyentuh

Via Istimewa

 

Jelas banget, sih, film ini enggak menjual karakter anime yang ganteng atau cantik, kayak anime populer yang lagi hit belakangan ini. Film ini benar-benar menggodok cerita dengan sangat baik. Awalnya, lo bakal diajak untuk prihatin sama Nishimiya yang dirundung cuma karena dia tuli. Lama kelamaan, rasa prihatin lo bakal terbelah ke Ishida yang juga ngalamin trauma masa kecil gara-gara balik dirundung teman-temannya setelah Nishimiya pergi.

Lanjutlah saat remaja, Ishida yang ketemu lagi sama Nishimiya berusaha memperbaiki kesalahannya dulu dan berteman lagi sama Nishimiya. Meski dia berusaha sekuat tenaga buat jadi teman Nishimiya, tetap aja dia enggak bisa ngelupain hal-hal jahat yang udah dilakuinnya ke Nishimiya pada masa lalu. Baik Ishida maupun Nishimiya pada akhirnya enggak bisa move on dari masa lalu. Bahkan, bukan cuma Ishida yang enggak bisa move on, teman-temannya pun demikian. Mereka nyalahin satu sama lain.

Kisah Ishida yang mau nebus dosa masa lalunya justru jadi mendalam ke makna persahabatan yang sebenarnya. Ishida tumbuh jadi remaja yang senang menyendiri, bahkan sampai enggak bisa lihat muka orang lain, apalagi sampai bersahabat. Masalahnya, saat ketemu Nishimiya lagi, Ishida akhirnya mau enggak mau berusaha memperbaiki dirinya juga. Tanpa sengaja, Ishida juga berusaha memperbaiki persahabatan dia sama teman-temannya dulu. Pokoknya, lo bakal butuh banyak tisu untuk memahami Ishida serta beban yang dirasakan dia dan Nishimiya.

 

4. Alur yang Pas

Via Istimewa

Ini juga satu hal yang bikin Viki takjub. Alurnya beneran pas dan asyik dinikmati. Biarpun kisahnya melankolis, ini enggak bikin A Silent Voice jadi film dengan alur yang lambat. Adegan demi adegan ditampilin dengan porsi yang pas. Enggak ada bagian yang terlalu dominan, semuanya ditampilkan dengan tempo yang pas. Sampai filmnya selesai pun, lo bakal ngerasa masih ngikutin filmnya. Lo bakal ngerasa, “Yah, kok udah selesai? Enggak berasa!” Yah, semacam itulah, karena sepanjang film lo bakal nikmatin alur dengan tempo yang enggak terburu-buru, tapi juga enggak lambat.

 

5. Karakter yang Tergali Dalam

Via Istimewa

 

Ini hal terbaik yang ada di film ini. Setiap karakter di film ini tergali dalam, khususnya Ishida. Viki suka banget cara Naoko ngegambarin Ishida yang enggak bisa lihat muka orang lain dengan sudut pengambilan gambar yang diambil dari Ishida. Belum lagi, stiker yang tertempel di wajah orang-orang yang enggak dianggap teman sama Ishida itu bagus banget untuk ngegambarin pikiran Ishida. Saat Ishida mulai menerima kembali teman-temannya, satu per satu stiker di wajah teman-temannya terjatuh. Itulah momentum ketika Ishida membuka dirinya dan merasa bisa nerima orang itu sebagai temannya.

Bukan cuma Ishida, Naoko juga berhasil nampilin karakter Nishimiya yang enggak bisa nyuarain isi hatinya meski dia berusaha sekuat tenaga untuk didengar. Dia juga nampilin karakter orang-orang yang sempat dianggap teman sama Ishida apa adanya. Enggak ada karakter yang tampil tanpa dosa. Sampai akhir, Naoko menggarap karakter demi karakter dengan porsi yang pas (meski porsi terbesar ada di Ishida) sehingga setiap karakter yang tampil menjadi penting.

Belum lagi ada beberapa karakter yang sukses mencuri tawa penonton sepanjang kemunculannya. Pokoknya, enggak ada yang tampil sia-sia di film ini. Semuanya sukses membangun cerita yang melankolis. Yang paling bikin Viki salut adalah film ini enggak menjual kisah romantis! Sama sekali enggak. Ini murni tentang penebusan dosa masa lalu dan pembuktian diri. Bumbu persahabatan di dalamnya bikin film ini justru semakin manis dan hangat.

***

Bagaimana? Wajar, enggak, kalau Makoto Shinkai aja sampai memuji film ini? Makanya, buat lo yang kemarin merasa Kimi no Na wa udah keren banget, berarti lo enggak boleh ngelewatin film ini. Film ini baru aja tayang, jadi bisa banget lo tonton akhir pekan ini. Yuk, lihat dulu cuplikannya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.