Plot Twist Attack on Titan, Fasisme Terselubung atau Sekadar Persepsi?

Attack on Titan merupakan anime yang diadaptasi dari manga ciptaan Hajime Isayama yang terkenal di berbagai negara. Kisahnya berfokus pada umat manusia yang harus bertahan hidup di tengah dominasi makhluk besar dan mengerikan yang dinamakan Titan. Attack on Titan pun digadang-gadang menjadi anime dengan nuansa terkelam dalam satu dekade terakhir karena konsep cerita tersebut.

Secara mengejutkan, terjadi pergeseran tema cerita jelang berakhirnya Season 3, tepatnya setelah arc perebutan Wall Maria oleh Survey Corps berakhir. Tema besar yang tadinya kisah bertahan hidup manusia dari monster, kini jadi lebih berbau politik. Terungkap bahwa Titan merupakan “produk” ciptaan manusia yang diperintahkan untuk memusnahkan sebuah bangsa tertentu.

Ironisnya, Titan tersebut ternyata asal-usulnya adalah manusia yang sejatinya juga berasal dari bangsa yang mendapat persekusi dari bangsa yang lebih superior. Subteks ini pun sukses bikin syok penggemar yang tadinya mengira Attack on Titan hanyalah animanga shonen biasa. Tak sedikit juga yang menyimpulkan kalau anime dengan nama Jepang Shingeki no Kyojin ini secara diam-diam mempromosikan sebuah ideologi politik, yaitu fasisme.

Sekadar informasi, fasisme paham prinsip kepemimpinan yang mutlak sehingga perintah seorang pemimpin harus dipatuhi tanpa pengecualian. Enggak cuma itu, fasisme juga selalu menganggap negaranya dalam bahaya serta musuh ada di mana-mana. Beberapa negara yang pernah menggunakan ideologi ini antara lain adalah Jerman, Italia, serta Jepang yang menjadi tempat kelahiran Attack on Titan.

Lantas, seperti apa sajakah bentuk fasisme terselubung yang ada dalam anime Attack on Titan? Lalu, apakah fasisme yang ada di Attack on Titan merupakan propaganda sungguhan atau hanya penafsiran penontonnya saja? Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal tersebut, KINCIR bakal membahasnya secara mendalam di bawah ini. Yuk, simak!

Plot Twist yang Mengungkap Konsep Fasisme

Kisah dari anime Attack on Titan berfokus pada sosok Eren Yeager yang menjadi tokoh utamanya. Sejak musim pertama hingga ketiga dari anime tersebut, Eren hanya memiliki dua tujuan dalam hidupnya, yakni memburu Titan sebagai bentuk balas dendam atas kematian ibunya. Lalu, Eren juga memiliki tujuan untuk kembali ke rubanah rumahnya yang hancur di distrik Shiganshina yang telah dikuasai oleh para Titan.

Alasan Eren ingin kembali ke rubanah tersebut adalah karena mendiang ayahnya meninggalkan kunci ke tempat tersebut sebelum meninggal dunia. Eren pun beranggapan kalau di rubanah tersebut ada jawaban atas rahasia Titan serta kekuatannya. Sekadar info, Eren bisa berubah menjadi Titan dengan kehendaknya sendiri.

Via Istimewa

Menariknya, Eren enggak cuma mengungkap rahasia atas kekuatan misterius miliknya saja ketika berhasil masuk ke rubanah, tetapi juga asal-usul konflik utama anime-nya kepada penonton. Hal ini berkaitan dengan peperangan antara bangsa Eldia (pihak Eren dan kawan-kawan) dan Marleyan yang sudah berlangsung ribuan tahun.

Tentunya, terungkapnya konflik Eldia dan Marleyan ini menjadi plot twist bagi sebagian orang yang menganggap kalau umat manusia di anime tersebut punah karena ulah para Titan. Padahal, aslinya konflik ini tak lebih dari seteru politik dan kebencian antarras yang telah terjadi selama ribuan tahun.

Sekadar info, Eldia merupakan bangsa yang hidup Pulau Paradis, tempat yang menjadi latar dari Attack on Titan season 1 hingga 3. Karakter utama yang berada di anime ini pun seluruhnya berasal dari ras Eldia. Sedangkan, kaum Marleyan merupakan ras dari negara Marley yang terletak di seberang Pulau Paradis yang menjadi tujuan Eren dan kawan-kawan di akhir musim ketiganya.

Via Istimewa

Usai mengetahui sejarah perlakuan buruk Marleyan terhadap kaumnya, Eren pun memiliki tujuan baru di anime Attack on Titan. Pada musim keempatnya nanti, Eren bakal membalaskan dendam dari Eldian kepada Marleyan dan mengambil alih kekuasaan untuk kaumnya di negara Marley. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi ancaman yang dialami di Pulau Paradis karena kaum Marleyan kerap mengirimkan Titan di pulau tersebut.

Tentunya, terungkapnya konflik politik antara Eldia dan Marley ini menjadi plot twist bagi sebagian orang yang menganggap kalau umat manusia di anime tersebut punah karena ulah para Titan. Plot twist yang ada di Attack on Titan tersebut pun secara enggak langsung menampilkan konsep ideologi fasis. Sebab, di sisi Marley, mereka ingin membasmi seluruh kaum Eldia yang ada di Pulau Paradis.

Hal ini bisa dilihat dari tujuan Marley yang ingin berkuasa secara mutlak serta menganggap bangsa/ras lain sebagai ancaman, persis seperti paham fasisme. Belum lagi, tujuan baru Eren yang kini ingin memusnahkan kaum Marley agar enggak menjadi ancaman lagi bagi Pulau Paradis yang merupakan tempat lahirnya.

Rasisme yang Sudah Mendarah Daging

Setelah kaum Marleyan mengambil alih kekuasaan di negara Marley, sebagian besar kaum Eldia kabur ke Pulau Paradis. Meski begitu, masih ada segelitir kaum Eldia yang tetap tinggal di Marley. Mengingat kini negara tersebut dikuasai Marleyan, mereka pun mengucilkan kaum Eldia dengan cara membuat mereka tinggal di sebuah wilayah kecil untuk masyarakat minoritas.

Kaum Eldia pun kini dianggap sebagai masyarakat kelas bawah di negara Marley dan wajib menggunakan sebuah ban lengan bersimbol bintang untuk membedakannya dengan Marleyan. Selain itu, kaum Eldia juga kerap mengalami tindakan kekerasan oleh Marleyan tanpa adanya tindakan hukum yang setimpal. Hal ini seperti yang dialami oleh adik dari ayah Eren, Grisha Yeager, yang pada akhirnya tewas di tangan kaum Marleyan dengan cara yang sadis.

Via Istimewa

Perlakuan rasis oleh Marleyan terhadap kaum Eldia tersebut juga bisa dibilang berhubungan dengan sikap dari salah satu partai dengan ideologi fasis, yaitu Nazi. Pada masa Perang Dunia II, pasukan yang dipimpin oleh Adolf Hitler ini juga kerap melakukan sejumlah hal buruk kepada kaum Yahudi di Jerman.

Sejumlah perlakukan tersebut meliputi pemisahan tempat tinggal masyarakat Yahudi di wilayah kecil bernama Geto, keharusan orang Yahudi menggunakan pakaian yang sama, serta ban lengan yang juga memiliki simbol bintang. Bahkan, perlakukan paling parah yang pernah dilakukan oleh Nazi terhadap Yahudi adalah pembunuhan massal terhadap kaum tersebut yang kini dikenal sebagai tragedi Holocaust.

Jika dilihat saksama, memang terkesan ada kemiripan antara perlakuan dari kaum Marleyan terhadap Eldia dengan Nazi dan Yahudi pada masa Perang Dunia II. Jadi, enggak mengherankan kalau banyak yang mengganggap Attack on Titan secara terselubung memasukkan unsur fasisme dalam tontonan yang seharusnya bersifat hiburan ini.

Survey Corps, Propaganda Militer Tersembunyi?

Militer merupakan aspek terpenting bagi pertahanan suatu negara, terutama mereka yang menggunakan ideologi fasisme. Hal ini kembali lagi dengan pahamnya yang membuat mereka selalu menganggap negaranya sedang dalam bahaya sehingga tenaga militer harus kuat untuk menjaga bangsanya. Salah satu negara yang memakai paham ini adalah Jepang yang menjadi tempat diproduksinya Attack on Titan.

Oleh karena itu, militer juga dijadikan tenaga terkuat dalam Attack on Titan, tepatnya pada pasukan Survey Corps yang beranggotakan Eren beserta kawan-kawannya. Mereka digambarkan sebagai pasukan dengan kemampuan mumpuni yang kerap menyelamatkan umat manusia di Pulau Paradis dari ancaman para Titan.

Via Istimewa

Akibat konsep cerita ini, Attack on Titan sempat diduga menyebarkan propaganda militer Jepang ke seluruh dunia. Hal ini berkaitan dengan penafsiran ulang Pasal 9 Konstitusi Demokrasi Jepang 1947 yang membolehkan negaranya untuk meningkatkan tenaga militernya pada masa Shinzo Abe sebagai Perdana Menteri. Anime tersebut dianggap seolah mengajak masyarakat negara lain untuk mendukung klausa terkait kekuatan militer Jepang.

Sekadar info, Pasal 9 Konstitusi Demokrasi Jepang 1947 dibuat setelah Jepang kalah oleh Amerika Serikat di Perang Dunia II. Dalam klausa tersebut, Jepang enggak boleh mempertahankan angkatan bersenjata yang memiliki potensi untuk perang. Hal inilah yang kemudian membuat sejumlah pihak menduga Jepang sedang melobi masyarakat negara lain lewat propaganda yang disisipkan dalam serial animasinya.

Selain persamaan paham militer sebagai kekuatan utama negara, ternyata Hajime Isayama selaku kreator Attack on Titan menyatakan bahwa salah satu tokohnya terinspirasi dari jenderal tentara Jepang. Sosok karakter yang dimaksud tersebut adalah Jenderal Dot Pixis yang merupakan pemimpin dari Pasukan Garrison di Pulau Paradis yang sangat dihormati.

Via Istimewa

Dalam sebuah tulisan blog, Isayama mengakui bahwa karakter Dot Pixis terinspirasi dari Jenderal Akiyama Yoshifuru yang bertugas di Tentara Kekaisaran Jepang pada 1916 – 1923. Menurut Isayama, Jenderal Yoshifuru merupakan sosok yang dia kagumi serta pahlawan perang bagi Jepang. Dia pun pernah terlibat dalam peperangan yang melibatkan Jepang dengan Tiongkok dan Korea Selatan.

Keeratan unsur militer serta pernyataan Isayama bahwa karakternya terinspirasi dari jenderal Jepang tentunya memiliki dampak bagi Attack on Titan. Sebab, hal tersebut memperkuat dugaan kalau Attack on Titan memiliki propaganda terselubung di dalamnya yang berkaitan dengan ideologi tertentu. Lantas, bagaimanakah negara yang menayangkan anime tersebut menyikapinya?

Propaganda Berujung Pencekalan dan Ancaman Pembunuhan

Berdasarkan sejumlah poin sebelumnya, unsur fasisme memang bisa dibilang lekat dalam anime Attack on Titan. Akibat hal ini, tentunya ada dampak tersendiri bagi Attack on Titan maupun Hajime Isayama selaku kreator karena ditakuti menyebarkan ideologi atau membuka luka lama korban fasisme.

Dampak pertama terbilang cukup umum, yaitu pencekalan. Faktanya, Attack on Titan dilarang tayang di sejumlah negara karena adegannya yang sadis, mulai dari Arab Saudi, Norwegia, serta Selandia Baru. Namun, anime tersebut juga mengalami pencekalan dan pelarangan di Tiongkok serta Korea Selatan. Pelarangan tersebut diduga akibat topik fasisme yang menjadi fokus utama plot animanga ini.

Sebenarnya pencekalan yang dilakukan oleh Tiongkok dan Korea tersebut enggak terlalu mengherankan. Sebab, kedua negara tersebut terlibat peperangan dengan Jepang yang menjadi tempat diproduksinya anime tersebut. Selain itu, Tiongkok dan Korea juga menjadi salah satu negara yang menolak penafsiran ulang Pasal 9 Konstitusi Demokrasi Jepang 1947 yang diduga disisipkan dalam anime tersebut.

Lalu, dampak selanjutnya dari unsur fasisme yang ada di Attack on Titan ini terbilang cukup ekstrem. Pasalnya, Hajime Isayama selaku kreatornya sempat beberapa kali mendapatkan ancaman pembunuhan. Hal ini berkaitan dengan pernyataannya yang mengungkapkan bahwa karakter Dot Pixis terinspirasi dari sosok Jenderal Akiyama Yoshifuru.

Meskipun dianggap sebagai pahlawan Jepang serta orang yang dikagumi Isayama, ternyata Jenderal Yoshifuru membuka luka lama bagi masyarakat Korea Selatan. Soalnya, Jenderal Yoshifuru kabarnya melakukan kekejaman terhadap warga sipil di Korea selama masa pendudukan Jepang. Hal ini pun kemudian mengundang amarah sebagian masyarakat Korea dan mengirimkan ancaman pembunuhan kepada kreator Attack on Titan tersebut.

Propaganda Terselubung atau Persepsi Belaka?

Setelah membahas sejumlah poin di atas, mulai dari konsep ceritanya yang berbau fasisme hingga konsekuensi yang dihadapi, kini timbul pertanyaan; apakah anime Attack on Titan benar-benar memiliki propaganda fasisme terselubung di dalamnya?

Hingga saat ini, belum ada jawaban yang pasti terkait hal tersebut. Soalnya, Hajime Isayama selaku kreatornya pun enggak pernah mengonfirmasi secara langsung terkait rumor kalau anime buatannya menyebarkan ideologi fasisme. Jadi, sejauh ini kita Cuma bisa menyimpulkan bahwa dugaan terkait fasisme di Attack on Titan hanya sekadar penafsiran dari sejumlah orang saja yang mengaitkan beberapa unsur di dalamnya.

Via Istimewa

Menariknya, interpretasi berkaitan dengan Attack on Titan enggak selalu menjurus ke arah pro-fasisme atau menyebarkan ideologi tersebut. Justru ada beberapa orang yang beranggapan kalau anime tersebut malah mengkritik fasisme ketimbang mendukung ideologi yang terbilang ekstrem tersebut.

Hal ini bisa dilihat ketika rahasia terkait kaum Eldia terungkap oleh anggota Survey Corps dan pihak kerajaan dari Pulau Paradis memilih sikap untuk membungkam mereka. Bahkan, pihak kerajaan sampai berniat menangkap para anggota Survey Corps hanya untuk menyembunyikan kebenaran bahwa Titan dulunya merupakan manusia normal, bukan monster biasa. Sikap dari pihak kerajaan tersebut pun mencerminkan kepemimpinan fasisme yang mutlak.

Via istimewa

Uniknya, Eren serta anggota Survey Corps yang lain justru enggak tinggal diam dan memilih untuk membongkar rahasia tersebut ke masyarakat luas. Mereka bahkan enggak tanggung-tanggung untuk menyuruh perusahaan koran untuk mempublikasikan rahasia tersebut. Aksi yang dilakukan oleh Eren beserta anggota Survey Corps ini pun dianggap sebagai perlawanan terhadap pemerintahan yang fasis.

***

Jadi, meskipun temanya memang mengangkat ideologi fasisme, semua kembali lagi kepada kita yang menonton untuk menafsirkan apa yang ingin disampaikan Isayama di anime/manga garapannya. Lagipula, plot twist serta subteks fasis yang ada di Attack on Titan juga bisa jadi “bumbu” yang telah lama disiapkan oleh sang kreator agar kisah jadi lebih menarik dan mendalam.

Terlepas dari banyaknya aksi yang menegangkan serta bikin merinding, Attack on Titan memang menjadi salah satu anime yang sarat akan unsur politik di dalamnya. Ke depannya, semoga saja kreator dari Attack on Titan mengklarifikasi rumor fasisme terselubung tersebut agar enggak membuat informasi simpang siur serta dicekal suatu negara.

Nah, kalau menurut kalian apakah fasisme yang ada di Attack on Titan merupakan propaganda sungguhan atau sekadar interpretasi segelintir orang saja? Share pendapat kalian di bawah dan nantikan artikel menarik lainnya hanya di KINCIR!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.