Mengapa Anime Goblin Slayer Dianggap Begitu Kontroversial?

Goblin Slayer menjelma jadi salah satu anime musim gugur 2018 yang paling banyak mendapat sorotan. Bukan sekadar karena keberhasilannya mengambang ke permukaan sebagai anime yang punya kualtitas jempolan, tapi juga soal kontroversi yang mengiringinya, khususnya yang terjadi pada episode debutnya.

Ya, anime ini menyuguhkan sejumlah adegan yang dianggap kelewat sadis dan brutal. Tentu saja ini sudah sesuai dengan hakikatnya sebagai sebuah anime bergenre dark-fantasy. Namun, mungkin Goblin Slayer telah membawanya ke level yang tak disangka-sangka dan membuat banyak orang terhenyak.

Kontroversi yang dikandung anime Goblin Slayer sudah terlihat di episode perdananya. Ada dua adegan utama yang paling banyak mendapat hujatan. Mengapa demikian?

 

Adegan Pemerkosaan sang Gadis Petualang

Via Istimewa

Sang Priestess bersama sekelompok petualang pemula mengawali karier mereka dengan mengambil tugas “sederhana” untuk membasmi goblin. Mereka masih muda, penuh gairah, dan diliputi semangat juang yang berkobar-kobar. Diamati dari kesan energik dan aura positif yang terpancar dari diri mereka, seharusnya eksekusi tugas tersebut berjalan lancar, bukan? Sayangnya, tidak demikian.

Si Warrior (cowok) dikeroyok tanpa ampun hingga mampus. Pedang panjangnya ternyata kurang efektif digunakan dalam gua yang sempit. Lengannya dijagal dan dipertontonkan oleh salah satu goblin, pertanda bahwa dia sudah mustahil untuk diselamatkan.

Via Istimewa

Mage (cewek berkacamata) mendapat luka tusukan dari sebilah pisau. Bukan sembarang pisau, senjata ini telah dilumuri racun dari campuran ramuan berbahaya dan macam-macam kotoran Goblin. Dia melewati proses sakaratulmaut yang sangat pedih sampai-sampai memohon kepada Goblin Slayer untuk membunuhnya sekaligus mengakhiri penderitaannya.

Sesungguhnya, puncak kontroversi tak diragukan lagi bersumber dari sebuah adegan menyayat hati yang dialami oleh Fighter, gadis pengguna ilmu bela diri. Tindakan heroiknya untuk menyelamatkan Priestess berakhir petaka. Meski sukses menghajar beberapa goblin, dia benar-benar tak berkutik di hadapan hobgoblin.

Petarung yang bahkan tidak kita ketahui namanya ini dibanting berkali-kali. Sampailah pada momen yang paling memilukan. Sementara dia dalam keadaan yang tak berdaya, para goblin melucuti pakaiannya dan memerkosanya beramai-ramai.

Via Istimewa

Dalam medium mana pun, entah itu anime, serial TV, atau film, kekerasan seksual adalah topik yang sangat sensitif. Untuk konteks anime, lo mungkin masih ingat adegan serupa dengan kadar yang masih “mendingan” saat Yuuki Asuna diperlakukan secara tidak senonoh oleh Sugou Nobuyuki (Sword Art Online, Fairy Arc). Adegan ini dianggap tak perlu dan malah memantik luapan kecaman dari para penggemar.

NouCome (2013), Kara no Kyoukai: Tsuukaku Zanryuu (2008), Berserk – The Golden Age Arc: Chapter III (2012), hingga Mirai Nikki (2011) adalah segelintir contoh anime lain yang pernah pula mempertontonkan adegan NSFW yang menjurus pemerkosaan dengan tak kalah eksplisit.

Via Istimewa

Para pemirsa mengutuk keras adegan yang meski berlangsung dalam waktu singkat, tapi telah mengoyak nurani yang menyaksikan. Mereka kecewa karena pihak studio memilih untuk tidak menganulir bagian tersebut dengan cara menghapusnya atau “menyelebunginya” dengan bar hitam. Ditambah lagi, peristiwa ini terbilang cukup tiba-tiba karena muncul pada episode perdana.

Mereka yang meluangkan waktu untuk menonton anime Goblin Slayer belum tentu sudah membaca atau sekadar tahu versi light novel atau manganya. Dengan efek animasi dan visual yang tersaji, mereka mungkin mengharapkan tontonan fantasi yang identik dengan SAO atau Log Horizon. Saat mereka disuguhkan adegan kurang “manusiawi” seperti ini, adalah respons yang wajar jika mereka “mengamuk” di dunia maya.

Via Istimewa

Alangkah baiknya jika anime yang ditayangkan melalui televisi atau layanan video on-demand mendapat penyuntingan yang memadai, terutama saat melibatkan adegan-adegan semacam ini. Soalnya, jangkauan demografisnya cukup luas dan besar kemungkinan lebih banyak disaksikan oleh anak-anak di bawah umur. Apabila pihak studio bersedia, barulah anime tersebut bisa mereka sajikan secara utuh dalam versi uncut atau uncensored lewat kepingan DVD atau Blu-Ray yang dijual terpisah.

Adegan Pembantaian Anak-anak (Goblin)

Via Istimewa

Belum kelar sensasi yang ditimbulkan oleh adegan kekerasan seksual yang menggegerkan tersebut, beberapa menit berselang dan masih di episode pertama, Goblin Slayer kembali mempertontonkan plot yang sangat berpotensi untuk disalahpahami publik.

Priestess dan Goblin Slayer yang datang belakangan menyusun rencana untuk menghabisi para goblin. Rencana yang digawangi oleh pembantai goblin paling ulung tersebut tentu saja berhasil. Hingga tersisalah anak-anak Goblin yang tampak lemah, tak berdaya, dan tak berdosa. Namun, Goblin Slayer sama sekali tidak berpikir seperti itu. Kontroversi pun berlanjut. Anak-anak ini dia bantai tanpa ampun.

Via Istimewa

Lalu, mengapa bagian ini dipermasalahkan? Sebagian orang beranggapan bahwa adegan pembantaian anak-anak, meski bukan berasal dari golongan manusia, adalah tindakan yang kelampau brutal. Memang, sih, proses pembunuhannya tidak divisualisasikan secara gamblang.

Sebelum melakoni eksekusi, Goblin Slayer-san sendiri telah memberi alibi bahwa membiarkan bocah goblin hidup adalah suatu kesalahan fatal yang baru bisa dirasakan akibatnya di masa depan. Saat mereka tumbuh besar, bocah-bocah ini akan menyimpan dendam seumur hidup dan melampiaskannya kepada umat manusia suatu saat nanti. Baginya, goblin yang baik adalah goblin yang tak pernah keluar dari sarangnya.

Via Istimewa

Dialog tersebut sejatinya sangat tepat karena dapat menjaga pesan yang dimaksud oleh anime ini untuk tetap berada dalam lingkaran konteksnya: tindakan sadis yang dia lakukan terhadap bocah-bocah goblin (yang tampak polos ini) dilatari alasan yang sangat kokoh dan bahkan telah dia uji langsung secara empiris.

Tentu saja serial ini sama sekali enggak membenarkan apalagi mengajak para penonton untuk melakukan hal yang sama. Bagaimanapun, adegan ini memang lumayan mengusik perasaan para pemirsa walau sebetulnya masih ada anime lain yang lebih berani menampilkan adegan penyiksaan terhadap anak-anak. Sebut saja Made in Abyss (2017) atau Puella Madoka Magica Girl (2011).

Via Istimewa

Crunchyroll, salah satu layanan streaming video yang berhak menayangkan Goblin Slayer, juga layak “disalahkan” dalam kasus ini. Soalnya, episode pertama anime ini yang jadi sumber utama segala kontroversi hanya mereka labeli dengan rating Parental Guide (PG) alias Bimbingan Orangtua (BO).

Sontak saja hal ini menuai kecaman. Setelah mendapat banjir kritikan, mereka pun tak lagi lupa untuk untuk membubuhkan imbauan/peringatan pada setiap awal episode berikutnya bahwa konten yang tengah diputar mungkin memuat tayangan yang mengganggu sebagian pemirsa.

***

Jadi, menurut lo apakah anime Goblin Slayer memang pantas mendapat kecaman keras dari sana-sini? Ataukah, justru lo merasa bahwa huru-hara di ruang maya ini sudah terlalu berlebihan?

Apa pun tanggapan lo, alangkah baiknya jika kita tetap memberi kesempatan kedua buat anime ini. Pasalnya, Goblin Slayer tidak hanya mengandalkan elemen fantasi sebagai daya tarik utamanya. Anime ini memang berhak mendapat sanjungan untuk aspek animasi, efek CGI, atau pun adegan tarungnya. Pihak studio juga pasti akan dengan senang hati menerima saran dan kritikan dari para penggemar.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.