Kenja no Mago, Anime Generik yang Cocok Jadi Selingan

Ada banyak deretan judul anime yang meramaikan Spring 2019. Kenja no Mago alias Wise Man’s Grandchild adalah salah satunya. Anime keluaran Silver Link ini termasuk yang difavoritkan meski tidak sampai melampaui judul-judul keren lainnya, seperti Kimetsu no Yaiba atau pun Senryu Girl sekalipun.

Kenja no Mago mengusung genre isekai yang kerap hadir dengan berbagai formula reduplikasi. Lantas, apakah anime ini begitu membosankan sehingga tak layak dikonsumsi? Belum tentu. Bagaimanapun juga, Kenja no Mago tetap punya sisi menarik yang seru untuk dinikmati.

Supaya kalian tahu lebih lanjut, simak ulasannya berikut!

 

Bertabur Klise yang Menjemukan

Via Istimewa

Isekai tergolong sebagai genre yang sering dieksploitasi. Frekuensi kemunculan anime semacam ini sangat pekat, terutama dalam beberapa tahun ke belakang sejak “dipelopori” Sword Art Online. Konsekuensinya, beberapa adegan atau elemen di dalamnya yang kerap direduplikasi kini telanjur dikenal sebagai sebuah klise yang membosankan. 

Kenja no Mago adalah anime isekai yang seolah menjadi titik temu klise-klise tersebut. Anime yang diadaptasi dari light novel karya Tsuyoshi Yoshioka ini menawarkan segala hal generik yang pernah kalian saksikan di sepanjang peredaran anime sejenis.

Via Istimewa

Kisahnya, seorang pegawai swasta tertimpa kecelakaan tragis saat pulang larut malam dari kantornya. Dia pun tewas lalu bereinkarnasi ke sebuah dunia fantasi dan mengusung identitas baru bernama Shin Walford. Shin dibesarkan oleh seorang magi kesohor bernama Merlin Walford yang juga mengajarkannya aneka sihir. Begitu Shin genap berusia 15 tahun, Merlin sadar bahwa cucu nonbiologisnya ini menyimpan kekuatan mahadahsyat yang bahkan jauh melampaui dirinya.

Berapa kali hal seperti ini kalian saksikan? Santai, ini baru permulaan. Selanjutnya, kalian akan dihadapkan pada deretan klise yang jauh lebih menyebalkan. Salah satunya adalah kadar keberuntungan Shin yang tinggi. Buktinya, dia langsung dipungut oleh Merlin, satu dari sedikit penyihir terhebat di semesta tersebut. Itu saja keberuntungan Shin? Tentu tidak.

Karakter Utama yang OP

Via Istimewa

Apa jadinya anime isekai tanpa karakter overpowered? Kenja no Mago, sebagai anime isekai generik, tentu tak luput menyertakan aspek tersebut. Shin Walford dalam waktu sekejap menjelma jadi tukang sihir dengan kekuatan yang meluap-luap. Awalnya, orang menduga bahwa hal itu wajar belaka lantaran dia digurui oleh seorang magi papan atas. Belakangan, terkuak bahwa itu hanya faktor minor.

Terlahirnya kembali Shin ke semesta ini ternyata tidak serta-merta menghapus ingatan masa lalunya sebagai seorang karyawan kantoran. Bukan berarti dia ingat semuanya. Shin hanya menyimpan beberapa memori penting di kehidupannya di era modern. Terutama, soal cara kerja beberapa hal yang jadi prinsip dasar atas sihir-sihir tingkat dewanya di dunia fantasi ini.

Via Istimewa

Makanya, Shin dengan mudahnya menumpas iblis binatang bahkan pada pertempuran perdananya. Dia juga dapat menghasilkan sihir ledakan dengan skala sangat besar tanpa perlu berkeringat. Paling unik, tentu saja sihir ”pintu ke mana saja” yang tak pernah gagal membuat takjub orang sekitar.

Sebenarnya, menciptakan protagonis yang OP adalah kesalahan fatal. Penonton tak lagi dapat menikmati alur proses perkembangan dirinya yang penuh tantangan. Persis kayak pakai cheat pas main game. Enggak dapat keseruannya.

 

Plot Cerita yang Rapuh 

Via Istimewa

Laiknya bikin jalan aspal yang mulus sempurna di Indonesia, menciptakan sebuah cerita tanpa dinodai lubang plot adalah misi yang nyaris mustahil. Akan selalu ada lubang-lubang kecil yang mengganggu kita dalam menikmati proses perjalanan. Namun, selama lubang tersebut tidak begitu mengganggu, bolehlah kita memberi toleransi.

Kenji no Mago lagi-lagi menempuh pendekatan yang lain dari anime kebanyakan. Anime ini seperti berjalan dengan bahan bakar plot hole itu sendiri. Banyak cerita yang jomplang di sana-sini yang berakibat pada kesulitan nalar pemirsa untuk mencerna maksud atau arah anime ini.

Via Istimewa

Misalnya, latar belakang atau identitas orangtua Shin yang sama sekali tak diungkit selain tragedi yang merenggut nyawa mereka. Lalu, kedunguan Shin yang mengaku tak tahu bagaimana menjalani hidup di perkotaan. Dia bahkan bingung saat membahas konsep transaksi jual-beli padahal usianya sudah 15 tahun.

Masak iya kakek Merlin tak membekalinya pelajaran seremeh itu? Apa kabar pula dengan memori masa modern Shin yang seakan menguap begitu saja terkait ilmu nonsihir? Tak lupa, Shin bisa-bisanya tidak tahu-menahu bahwa selama ini orang-orang di sekitarnya adalah para pahlawan kerajaan dan bahkan pamannya adalah sang raja itu sendiri.

Sebaiknya, kita kesampingkan saja fakta-fakta tersebut supaya rasa kesal terhadap anime ini tidak semakin memuncak.

Mutu Animasi yang Standar

Via Istimewa

Silver Link, adaptor light novel ini, bukan studio yang bagus-bagus amat. Kalau melusuri portofolio mereka, kalian bakal kesulitan menemukan anime kreasi mereka yang pernah menduduki posisi 5 atau seenggaknya 10 besar terbaik di setiap musim peredarannya. Jadi, jangan berharap muluk pada kualitas anime ini. 

Kita sudah membicarakan betapa menjemukan dan amburadulnya cerita Kenja no Mago. Bagaimana dengan mutu animasinya? Ternyata berbanding lurus. Tak ada yang spesial dari visual anime ini.

Mutu dan gaya animasinya beda tipis dengan anime-anime jadul yang dulu pernah tayang reguler di saluran TV swasta semisal Digimon, Crush Gear, atau Beyblade. Namun, aspek ini sedikit termaafkan ketika adegan aksinya yang lumayan oke muncul.

 

Banyaknya Karakter yang Minim Peran

Via Istimewa

Kenja no Mago cukup berani menghadirkan banyak karakter sekaligus. Dia antaranya adalah duo waifu, pewaris takhta kerajaan lengkap dengan dua pengawal setianya, serta sederet sahabat Shin yang kebetulan berada di cluster penyihir tertinggi yang sama.

Sayangnya, karakter-karakter ini hadir sebatas pelengkap heroisme Shin. Selain August yang punya kuasa tinggi sebagai pewaris takhta kerajaan, nyaris semua karakter figuran lainnya nihil memberi dampak berarti.

Sicily von Claude, gadis waifu  gebetan Shin, mungkin lebih cocok dimasukkan ke kategori fanservice karena hanya tampil bermodal tampang imut dan oppai besar. Desain karakternya klise, pun dengan dialognya. Kalian enggak akan pernah menyimak dialog atau kutipan penuh makna dari karakter-karakter ini. Dialog antarkarakternya benar-benar datar dan hambar.

Tetap Menarik Diikuti

Via Istimewa

Subjudul di atas memang kontradiktif dengan segala poin yang telah dijabarkan. Namun, seperti itulah adanya. Kenja no Mago, terlepas dari segala klise yang dimilikinya, ternyata masih dapat dinikmati. Anime ini bisa jadi tontonan ringan yang tidak menguras pikiran kita demi bisa menikmatinya.

Cara Shin yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, daya pikat Sicily, serta aksi-aksi hebat Shin dalam menumpas iblis sebetulnya cukup seru untuk standar isekai pada umumnya. Anime semacam ini bisa dijadikan selingan buat kalian yang doyan anime-anime di musim yang sama dengan konten yang lebih berat dan brutal, seperti Shingeki no Kyojin atau Kimetsu no Yaiba.

***

Judul anime isekai yang benar-benar menonjol dan mempersembahkan inovasi cerita atau dinamika dunia rekaan mungkin cuma hitungan jari. Kenja no Mago sudah jelas bukan anime dengan kualifikasi setinggi itu. Meski demikian, anime ini tetap menghibur dengan segala kegenerikannya.

Nah, apakah kalian termasuk yang setia mengikuti perjalanan Shin di setiap episodenya? Kasih tahu alasannya di kolom komentar, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.