(REVIEW) Dragon Ball Super: Broly

Dragon Ball Super: Broly
Genre
  • Action
Actors
  • Aya Hisakawa
  • Bin Shimada
  • Masako Nozawa
  • Ryo Horikawa
  • Ryusei Nakao
Director
  • Tatsuya Nagamine
Release Date
  • 20 February 2019
Rating
4 / 5

*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja tidak menganggu kenikmatan saat kalian menontonnya nanti.

Penggemar setia franchise anime dan manga Dragon Ball benar-benar termanjakan selama dua tahun terakhir. Serial anime Dragon Ball Super memang masuk ke masa jeda. Akan tetapi, semuanya ditutup dengan baik berkat kisah yang superseru pada saga Tournament of Power. Tak berhenti sampai situ, Akira Toriyama-san kembali memanjakan penggemar mahakaryanya lewat sebuah kejutan yang mungkin tak pernah disangka-sangka sebelumnya; Broly masuk ke kanon utama Dragon Ball!

Ya, karakter legendaris yang satu ini resmi masuk ke kanon utama Dragon Ball lewat penampilannya di film anime Dragon Ball Super: Broly. Sebelumnya, Broly selama ini hanya berstatus sebagai karakter pelengkap yang tak masuk kanon setelah kisah-kisah setelah Dragon Ball Z, termasuk GT dan film atau OVA yang rilis setelahnya, dianggap tidak masuk ke dalam kanon utama.

Meski tidak masuk ke dalam jajaran karakter utama, pengaruh Broly sangatlah kuat di mata penggemar sehingga popularitasnya begitu tinggi. Makanya, sangat disayangkan jika karakter seperti Broly hanya mejeng sebagai pelengkap. Untungnya, Toriyama-san mendengar keluh kesah para penggemarnya hingga pada akhirnya Dragon Ball Super: Broly eksis saat ini.

Sudah cukup intermezzo-nya, yuk simak bersama ulasan film ke-20 franchise anime Dragon Ball di bawah ini! 

 

Bukan Broly yang Dulu

Sedikit bocoran, dari segi cerita, Dragon Ball Super: Broly benar-benar berbeda dari tiga film Broly yang udah eksis sebelumnya. Inti ceritanya lagi-lagi tetap tentang pertarungan mahadahsyat antara Son Goku dan Vegeta dengan Broly sebagai Super Saiyan legendaris. Namun, kisah latar belakang Broly dimodifikasi total. Di saat kata "perubahan" seringkali dianggap sebuah langkah yang salah, harus diakui apa yang dilakukan Toriyama-san untuk mengubah backstory berakhir dengan sukses.

Baik versi lama maupun terkini, Broly dikisahkan sebagai seorang Saiyan yang memiliki bakat dan kemampuan besar sejak lahir. Namun, motif dari Broly untuk bertarung diubah menjadi lebih logis. Dulu, Broly memiliki dendam terhadap Goku karena masalah sepele, yakni terganggu dengan suara tangisan Goku saat masih bayi. Kali ini, Broly murni bertarung karena perintah Paragus, sang ayah, yang dendam terhadap Vegeta. Hal inipun membuat penokohan terasa jadi lebih kuat dan bermakna dibanding versi non-kanon yang terkesan dipaksakan.

Plotnya pun juga mengalami modifikasi besar. Paragus tetap diceritakan memiliki dendam terhadap Vegeta setelah King Vegeta merasa terancam dengan kekuatan Broly yang sangat besar. Namun, film lama dikritik karena punya plot yang bertele-tele sehingga alurnya terasa acak.

Lagi-lagi, Toriyama, sebagai penulis skenario, peka terhadap kritik ini. Dia pun turun tangan langsung untuk menggarap cerita jadi lebih sederhana dan lebih mudah untuk dicerna oleh kalangan awam sekalipun. Cerita lebih disederhanakan dengan hanya menyorot dendam Paragus dan Broly terhadap King Vegeta. Kisahnya pun jadi lebih menarik berkat hadirnya Frieza ke dalam jalan cerita.

 

Cerita yang Lebih Sederhana dan Mudah Dicerna

Seperti yang sudah disinggung di atas, Dragon Ball Super: Broly punya cerita yang lebih sederhana dan mudah dicerna. Kisah yang bertele-tele dan ribet di film orisinal pun diubah Toriyama menjadi cerita masa lalu bangsa Saiyan yang lebih menyentuh. Harus diakui, kisah tersebut menjadi keunggulan utama film ini. Adanya kisah masa lalu ini juga terbilang mampu membuat kalangan awam paham dengan cerita keseluruhan Dragon Ball, khususnya yang berhubungan tentang Goku, Vegeta, dan Broly.

Di saat penyederhanaan cerita punya tujuan dan kelebihannya tersendiri, di satu sisi langkah ini membuat Dragon Ball Super: Broly terasa kurang puas untuk dinikmati. Pasalnya, ceritanya sangat sederhana. Kalian hanya akan menikmati kisahnya di setengah babak. Sisanya, cerita seakan hilang karena fokus film berubah ke adegan pertarungan antara Goku, Vegeta, dan Broly.

Tidak ada twist plot yang membuat kalian tercengang di film ini. Hal ini pun membuat film jadi terasa begitu saja. Apalagi tampilnya Gogeta sudah dibocorkan sejak awal pada promosi-promosi film. Sejujurnya, langkah ini terasa keliru karena membuat film minim kejutan.

Meski begitu, penggemar setia Dragon Ball dijamin masih bisa menikmati film ini secara keseluruhan. Skenario yang sederhana ini secara efektif berhasil ditutup dengan adegan-adegan pertarungan dahsyat dan fantastis yang memanjakan mata. Lagipula, selagi ada Broly dan Gogeta, buat apa bikin cerita yang beribet?

 

Visual Bergaya Klasik dengan Treatment Kekinian

Waralaba Dragon Ball kembali memantapkan titelnya sebagai salah satu anime dengan efek visual terbaik lewat Dragon Ball Super: Broly. Menariknya, film ini hadir dengan efek visual dengan gaya klasik yang benar-benar baru dan berbeda dari Dragon Ball Z dan serial anime Dragon Ball Super. 

Gaya ilustrasi klasik garapan ilustrator kondang Toei Naohiro Shintani ini bisa dikatakan punya gayanya tersendiri yang bikin film ini jadi terasa khas. Kualitasnya pun juga sangat jauh dari kata mengecewakan berkat treatment modern berupa kombinasi ilustrasi 2D dan efek 3D yang memanjakan mata. 

Semuanya benar-benar bisa kalian nikmati saat adegan pertarungan. Rasanya pun jadi seperti sedang menonton serial anime Dragon Ball Super saat saga "Tournament of Power", tapi dengan gaya ilustrasi klasik khas serial anime Dragon Ball orisinal.

Sayang, penyakit inkonsistensi masih menjangkiti film ini sama seperti yang pernah dialami oleh versi serial animenya. Sempat terlihat ilustrasi yang tampak dibuat seadanya di beberapa adegan. Untungnya, 'penyakit' tersebut tidak berefek begitu parah dan dapat ditutupi oleh adegan-adegan tarung, terutama saat adegan tarung Gogeta dan Broly.

 

Efek Suara yang Mengganggu

Salah satu kelemahan yang cukup terasa di film ini adalah efek suara. Sebenarnya efek suara di Dragon Ball Super: Broly terasa pas dan cocok dengan efek visual serta adegan tarung yang dahsyat. Sayang, di saat adegan tarung masuk ke tahap klimaks, suara yang terdengar cenderung mengganggu.

Di beberapa adegan, efek suara terdengar sangat keras. Apalagi cukup banyak adegan berteriak dari Goku, Vegeta, dan khususnya Broly yang hampir sepanjang film cuma diam atau berteriak. Parahnya, suara keras tersebut justru terasa mengganggu dan membuat efek visual yang terlihat fantastis jadi tak terasa sempurna. 

***

Dragon Ball Super: Broly bisa diibaratkan sebagai hadiah terbaik dari Akira Toriyama dan kawan-kawan kepada para penggemar setianya. Secara keseluruhan, film ini mampu menghibur penggemar lewat nostalgia serta animasi apik yang memanjakan mata. Masuknya kisah Broly ke dalam kanon utama pun bikin semesta Dragon Ball jadi lebih berwarna dan bikin penggemar berharap karakter legendaris yang satu ini akan hadir ke cerita-cerita selanjutnya.

Namun, harus diakui tidak semua kalangan akan bisa menerima film ini sebagai sajian sinematik yang menarik. Seperti anime pada umumnya, Dragon Ball Super: Broly adalah servis terbaik untuk para penggemar fanatik. Di sisi lain, film ini bukanlah bagi mereka yang tidak pernah menggemari Dragon Ball. Ada cukup banyak kelemahan yang akan terasa, terutama di sisi teknis yang ironisnya akan mengganggu kenikmatan saat menonton.

Dragon Ball Super: Broly akan tayang mulai 20 Februari 2019 di bioskop-bioskop Indonesia. Kabar baik untuk para penggemar setia Dragon Ball, versi yang akan ditayangkan di Indonesia adalah versi dubbing Bahasa Jepang dengan subtitle berbahasa Inggris dan Indonesia. Yuk utarakan pendapat kalian soal film ini pada kolom komentar di bawah!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.