5 Film Ini Membuktikan Kalau Beragam Itu Indah

Pernah enggak lo berpikir kenapa kita harus terlahir berbeda? Kenapa ada laki-laki dan perempuan, ada orang Asia, orang Islam, dan seterusnya? Mungkin sekarang lo mulai KZL karena dari tadi Viki cuma mempertanyakan hal yang enggak penting yang sebenarnya penting banget. Semua yang Viki tanyakan di atas adalah hal-hal yang berkaitan dengan keberagaman.

Memangnya, apa itu keberagaman? Singkatnya, keberagaman adalah perbedaan. Manusia dilahirkan beragam supaya membedakan satu manusia dengan manusia lainnya. Kenapa harus beda? Ya, karena perbedaan itulah yang bikin lo jadi manusia, bikin lo jadi diri sendiri. Coba bayangin seandainya semua orang di dunia ini sama, mulai dari suku bangsa, ras, agama, sampai kebudayaannya. Pasti enggak bakal ada hal baru yang bisa lo pelajari dari dunia ini karena semua sama. Dunia ini jadi enggak asyik lagi, kayak waktu Spongebob jadi orang “normal”.

Keragaman atau perbedaan itulah yang bikin hidup ini jadi lebih indah. Perbedaan yang ada, mulai dari suku bangsa, ras, agama, sampai kebudayaan bakal bikin lo belajar memahami dan menghargai orang lain. Jadi, jangan karena berbeda lo malah jadi menganggap diri lo paling benar atau orang lain salah karena enggak sama kayak lo. Justru keragaman harusnya menjadi hal yang patut disyukuri karena lo bisa mengenal lebih banyak orang dengan latar belakang yang berbeda dan belajar menghargai perbedaan itu.

Keberagaman itu sebenarnya indah. Buktinya, semboyan negeri kita tercinta ini adalah “Bhineka Tunggal Ika” yang singkatnya berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”. Semboyan ini diambil dari kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular. Di dalamnya ditulis tentang toleransi antara umat Hindu dan Budha. Sampai sekarang, semboyan ini masih dipakai untuk menunjukkan Indonesia yang terdiri atas beragam suku, agama, dan ras, tetapi tetap bersatu dalam nama Indonesia.

Enggak cuma Indonesia yang punya keberagaman. Hampir semua negara, hidup di tengah keberagaman. Keberagaman enggak perlu ditolak. Keberagaman harus diterima dengan pikiran terbuka. Nah, sebagai bukti kalau beragam itu indah, Viki sudah merangkum beberapa film yang menunjukkan fenomena tersebut. Simak, yuk!

 

1. Ngenest

Lo tau komika Ernest Prakasa? Dia adalah komika yang menjadi juara III pada salah satu ajang stand up comedy di Indonesia pada 2011. Ernest adalah orang Indonesia keturunan Tionghoa. Dia sering menjadikan statusnya sebagai keturunan Tionghoa sebagai bahan lawakannya. Menjadi orang keturunan Tionghoa di Indonesia enggak selalu menyenangkan. Ada pelabelan dari masyarakat bahwa orang keturunan Tionghoa begini dan begitu. Melalui Ngenest, Ernest menjawab semua pandangan orang-orang terhadap keturunan Tionghoa seperti dirinya.

Mengangkat kisah tentang dirinya sendiri yang sering di-bully karena keturunan Tionghoa, film ini menunjukkan bagaimana minoritas begitu tertekan saat zaman orde baru. Meski begitu, Arie Kriting yang menjadi comedy couch di film ini mengatakan kalau film ini lebih fokus kepada Indonesia yang beragam, bukan SARA.

"(Kaitan) masalah SARA, kita fokus bukan itu tapi lebih ke Indonesia. Hampir semua perwakilan ada seperti Batak, Cina, Makassar, Jawa, dan Indonesia Timur. Indonesia itu kaya, jadi enggak perlu sensitif dengan adanya perbedaan. Berani tunjukkan perbedaan dan itu bukan hal yang perlu ditakuti," kata Arie yang dikutip dari Sindonews.

 

2. Remember The Titans

Denzel Wahington memang aktor yang jenius. Film-filmnya enggak jarang melibatkan emosi yang mendalam. Selain itu, kemampuannya bermain watak juga brilian. Di Remember The Titans , Denzel berperan sebagai Pelatih Herman Boone yang merupakan pelatih football dari sekolah yang isinya orang-orang kulit hitam. Suatu ketika, sekolah kulit hitam ini disatukan dengan sekolah kulit putih, begitu pun klub football-nya yang sama-sama dikenal hebat.

Mengangkat peristiwa dari kisah nyata, film ini menunjukkan tentang kecenderungan orang-orang kulit hitam dipandang sebelah mata di Amerika. Herman Boone pada akhirnya dipilih sebagai pelatih utama. Bill Yoast, pelatih dari sekolah kulit putih, dipilih menjadi asistennya, namun menolak karena merasa enggak sudi berada di bawah orang kulit hitam. Pada 1970-an, Amerika memang masih rasis dan memandang sebelah mata orang-orang kulit hitam sebagai third class. Meski begitu, Titans, tim football mereka, berhasil menjadi juara turnamen dengan anggota tim yang berasal dari kulit hitam dan kulit putih. Ternyata, mereka bisa bersatu dalam perbedaan.

 

3. Once Upon A Time… When We Were Colored

Dari judulnya, mungkin lo sudah bisa menebak bahwa film ini mengisahkan tentang perbedaan ras. Orang-orang African-American memang punya sejarah yang kelam di Amerika Serika. Mereka dulu cuma budak, enggak berpendidikan, dan dipandang sebagai orang yang rendah oleh orang-orang kulit putih. Saking rasisnya, bahkan di film ini sampai ada toilet yang tulisannya bukan “Woman Only” atau “Man Only”, melainkan “White Only”. Dengan kata lain, yang enggak berkulit putih enggak boleh pakai toilet itu.

Once Upon A Time… When We Were Colored mengangkat kisah perjalanan Taulber, diadaptasi dari novelnya. Taulbert yang lahir pada 1946 beruntung memiliki orang-orang yang mengajarinya untuk enggak merasa minder cuma karena dia seorang kulit hitam. Semakin dewasan, Taulbert memahami bahwa itu semua cuma masalah warna. Film ini bakal bikin pikiran lo terbuka dan memahami bagaimana rasanya menjadi minoritas yang dipandang rendah.

 

4. Lost in Translation

Film yang rilis pada 2003 ini dibintangi oleh Bill Murray dan Scarlett Johansson. Meski enggak menyindir perbedaan SARA, film ini menyorot perbedaan budaya dengan sangat baik. Bob Harris pergi ke Jepang untuk membintangi iklan whisky, namun menemui masalah karena dia enggak bisa bahasa Jepang sama sekali. Di tempat lain, dia ketemu sama Charlotte, cewek berusia 25 tahun yang baru aja ditinggal suaminya.

Meski merupakan film komedi romantis, Lost In Translation menunjukkan kebudayaan Jepang dari sudut pandang orang luar. Sofia Coppola, sang sutradara, dianggap telah menampilkan kebudayaan Jepang secara komparatif, antara kebudayaan modern dan kebudayaan aslinya yang indah. Perbedaan budaya, ras, dan bahasalah yang membuat hidup jadi lebih berwarna. Itulah yang digambarkan di film ini.

 

5. Cin(T)a

Film ini menyoroti cara pandang manusia tentag Tuhan. Biar bagaimana pun, Tuhan punya banyak nama dan setiap orang menyebut Tuhan dengan nama yang berbeda sesuai dengan agamanya. Di film ini, Annisa dan Cina tak bisa bersatu karena cara pandang mereka yang berbeda tentang Tuhan. Meski begitu, mereka bersahabat. Saat menjelang Idul Fitri, Cina, seorang Batak keturunan Tionghoa, membantu Annisa membuat ketupat. Saat menjelang Natal, Annisa, seorang Muslim Jawa, membantu Cina menghias pohon natal. Mereka pun saling berdiskusi tentang banyak hal, mencari jawaban atas perbedaan yang bias.

Film ini menunjukkan cinta segitiga antara Annisa, Cina, dan Tuhan mereka masing-masing. Kenapa Viki bilang begitu? Karena, biarpun mereka sadar bahwa mereka saling suka, pada akhirnya mereka lebih cinta sama Tuhan mereka dan tetap mempertahankan itu sampai akhir. Film ini indah dengan caranya dan menunjukkan bahwa keragaman memang ada, tapi untuk dihargai.

***

Keragaman pasti ada di sekitar kita. Yang perlu lo lakukan bukannya menolak keragaman itu, melainkan menerimanya dengan senyum. kalau pasangan lo punya banyak perbedaan sama lo aja lo pasti bisa menerima apa adanya karena rasa sayang lo. Itulah yang harus lo lakukan sama orang-orang yang berbeda suku, agama, dan rasnya sama lo. Bagikan kebaikan, bagikan kasih sayang. Dijamin hidup lo bakal damai dan tenteram. (IG)

 

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.