5 Adegan Menarik di Novel Bumi Manusia yang Absen di Film

Salah satu tantangan dalam membuat film yang diangkat dari sebuah novel adalah memasukkan semua unsur cerita ke dalamnya. Jika hal itu dituruti, film akan panjang dan enggak efektif. Untungnya, Hanung Bramantyo bisa memaksimalkan kasus tersebut dalam film Bumi Manusia.

Sebenarnya, ada beberapa adegan di novel Bumi Manusia yang enggak kalah menarik jika ditayangkan dalam film. Bukan berarti filmnya mengecewakan, lho, tapi akan lebih emosional jika beberapa adegan di bawah ini ditampilkan.

Berikut, lima adegan menarik di novel Bumi Manusia yang enggak ditampilkan dalam filmnya. Yuk, simak!

 

1. Cerita Koper Seng Coklat

Di akhir film Bumi Manusia, kita tahu bahwa Annelies meminta ibundanya untuk memberikan koper seng coklat untuk dirinya. Bagi sebagian orang yang menonton, mungkin melihatnya sebagai hal yang biasa. Namun sebetulnya, koper tersebut adalah masa lalu dari Nyai Ontosoroh.

Ketika Nyai Ontosoroh “dijual” oleh ayahnya, koper tersebut jadi satu-satunya harta yang dia bawa dari rumah. Koper yang penyok berbagai sisinya ini jika ditampilkan di film akan menambah ledakan tangis penonton karena kelamnya cerita di balik koper tersebut.

2. Orangtua Nyai Ontosoroh Kembali

Nyai Ontosoroh alias Sanikem memang “dijual” oleh ayahnya supaya bisa naik jabatan jadi jurubayar. Hal itu bikin Sanikem terpukul, mengingat betapa kejamnya Sastrotomo melakukan itu pada anak perempuan satu-satunya.

Nah, beberapa tahun berselang, kedua orangtuanya sempat datang ke rumah Herman Mellema. Nyai Ontosoroh pun menolak kedatangan kedua orangtuanya karena masih ada kecewa mendalam. Adegan ini ditiadakan dalam film. Meski begitu, adegan tentang masa lalu Sanikem tetap bisa kita nikmati secara garis besar dalam filmnya.

 

3. Cerita Maiko

Maiko adalah seorang perempuan penghibur di sebuah rumah bordil. Bahkan, Maiko adalah salah satu aset terbaik yang dimiliki rumah bordil tersebut dan menjadi favorit Herman dan Robert Mellema.

Dalam film, kita hanya melihat Maiko yang duduk di kursi pesakitan karena dituduh melakukan pembunuhan. Dalam novel, Maiko ini punya kisah masa lalu yang cukup suram: diperbudak diberbagai negara, dijual dari China, dan akhirnya terkena sipilis. Di film, kita hanya mengetahui jika Maiko telah menularkan sipilisnya pada Robert.

4. Istri Jean Marais

Jean Marais, si pelukis yang dahulunya adalah tentara Prancis ini juga punya masa lalu. Dia pernah bertugas di Aceh, jatuh cinta dan menikah pada seorang perempuan di sana, dan memiliki anak bernama Maysaroh.

Namun sebelum itu, Istri Jean tewas di tangan tentara Prancis. Jean yang terpukul kemudian tidak melanjutkan karier di dunia militernya. Dia lebih memilih melukis dan membesarkan May.

Cerita soal istri Jean ini menarik. Namun, dalam film hanya sebatas diceritakan dengan lisan oleh Jean. Yap, mungkin teralu panjang durasinya jika adegan ini muncul.

 

5. Pesta Kelulusan

Sebenarnya, Minke mengumumkan akan menikah dengan Annelies di sekolah, ketika ada pesta kelulusan. Namun, di film kita hanya melihat jika pengumuman kelulusan sebatas ditempel di mading.

Sementara, nama Minke memang ada pada urutan pertama. Namun, di novel, lulusan terbaik langsung diumumkan oleh direktur sekolah yang membuat Minke mendapat sorakan meriah.

***

Harus dipahami jika mengubah naskah novel menjadi film memang enggak mudah. Banyak keterbatasan yang mesti dilakoni sama sutradara.

Meski ada beberapa hal yang akhirnya enggak masuk dalam film, tapi sambutan Bumi Manusia cukup baik. Hanung sekali lagi buktikan jika dirinya masih jadi salah satu sutradara terbaik di Indonesia. Apakah kalian setuju?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.