7 Film Adaptasi yang Lebih Bagus daripada Bukunya

– Film adaptasi buku di bawah ini bersinar di ajang penghargaan.
– Beberapa di antaranya bahkan sudah diakui oleh sang pemilik buku, lho.

Tak sedikit film adaptasi yang dibuat berdasarkan buku atau novel best seller, baik yang fiksi maupun non-fiksi. Pada kebanyakan kasus buku yang difilmkan, orang-orang lebih menyukai membaca bukunya daripada menonton filmnya. Alasannya, membaca buku bikin pikiran bisa lebih liar untuk berimajinasi.

Namun, pada beberapa kesempatan, bisa kalian jumpai pula film-film yang melampaui ekspektasi kalian setelah membaca versi bukunya. Beberapa faktor seperti pemeran, latar, dan efek suara yang baik bisa bikin sebuah film mengungguli karya aslinya.

Kira-kira apa saja, ya, film adaptasi yang jauh lebih terkenal dan memorable daripada buku-bukunya? Buat kalian para pencinta film, layak banget, deh, buat menonton deretan karya di bawah ini.

1. Fight Club (1999)

Fight Club merupakan film adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Chuck Palahniuk, yang terbit tiga tahun sebelum filmnya rilis pada 1999. Ketika filmnya akan dibuat, David Fincher selaku sutradara memutuskan untuk menyamakan plot cerita, terminologi, dan juga karakter dalam film sesuai dengan bukunya. Namun dia juga mengubah beberapa hal, salah satu yang paling mencolok adalah ending-nya.

Akhir cerita di film Fight Club lebih menonjolkan karakter Tyler Durden dan Marla, sementara pada novel terkesan lebih gelap. Ternyata, Chuck Palahniuk justru menyukai ending dalam film, terutama dari segi visualnya. Buktinya, film ini masuk nominasi Oscar “Efek Visual Terbaik”. Bahkan, dia merasa malu karena melihat film Fight Club lebih baik dari bukunya.

2. Breakfast at Tiffany’s (1961)

Siapa yang enggak kenal film ini? Breakfast at Tiffany’s memberikan sentuhan pada tren fashion Amerika Serikat pada tahun ‘60-an sampai akhir ’70-an. Gaya Holly Golightly (Audrey Hepburn) yang begitu elegan dengan topi atau scarf di rambut serta dress manis hitam bakal selalu dikenang. Hal yang sama berlaku sama rokok pipa panjangnya.

Film Breakfast at Tiffany’s diangkat dari novel berjudul serupa oleh Truman Capote. Kisahnya adalah tentang Holly Golightly, seorang perempuan yang “merantau” ke New York, menjadi gadis pesta, teman kencan pria-pria kelas atas, dan juga beberapa pekerjaan lain yang sedikit berisiko seperti penyampai pesan mafia.

Truman Capote membayangkan Holly Golightly sebagai cewek yang “liar”, bebas, enggak ragu menunjukkan sisi seksinya. Itulah alasan kenapa dia ngotot ingin memakai Marilyn Monroe sebagai pemeran Holly Golightly. Namun, pada akhirnya tokoh ini diperankan oleh Audrey Hepburn. Dia pun enggak terlihat seksi menggoda, tetapi elegan, unik, dan sedikit beraura manic pixie dream girl.

Beberapa pihak mengkritik bahwa versi film membuat Holly Golightly menjadi sosok 'gadis manis yang tersesat di kota besar'. Namun, keputusan pihak film buat memakai Audrey Hepburn adalah keputusan tepat! Breakfast at Tiffany's menjadi film legendaris yang manis, menghangatkan hati, dan membuat Holly Golightly menjadi sosok yang mampu menarik empati banyak orang.

Versi film Breakfast at Tiffany's memang lebih terkenal daripada versi buku, walaupun beberapa orang lebih menyukai versi buku yang jujur, dengan ending yang kurang baik antara tokoh perempuan dan pria.

3. The Mist (2007)

Akhir cerita dari novel The Mist (1980) karya Stephen King sebenarnya cukup ambigu, karena nasib sang ayah dan anaknya setelah mendengar kata “Hartford” dan “harapan” dari radio enggak diketahui. Sehingga ketika difilmkan pada 2007 dengan judul yang sama, sang sutradara, Frank Darabont, mengubah ending-nya karena merasa kurang tragis.

Perlu diketahui, Stephen King terkenal enggak suka karyanya diotak-atik. Dia pernah menuntut seorang sutradara karena ceritanya jauh berbeda dari buku yang dia buat. Namun kali ini, responsnya terhadap perubahan ending film The Mist sangat berbeda. Menurutnya, ending dalam film ini sangat bagus. Bahkan kalau ending tersebut terpikirkan oleh Stephen King, dia bakal menggunakannya di dalam novel.

4. Jurassic Park (1993)

Tak banyak orang yang tahu kalau film tentang dinosaurus ini berasal dari sebuah novel karangan Michael Crichton yang juga berjudul Jurassic Park. Ketika pertama rilis, film Jurassic Park menjadi suatu pencapaian hebat di industri perfilman yang menggunakan kecanggihan teknologi.

Film Jurassic Park berhasil menghidupkan sosok dinosaurus yang merupakan sebuah mimpi buruk. Dinosaurus yang ditampilkan dalam film yang disutradarai oleh Steven Spielberg ini terlihat sangat hidup. Emosi manusia pun ditampilkan lebih simpatik, sehingga bikin penonton merasa lebih emosional dengan keselamatan nasib dinosaurus.

Hal-hal tersebut yang bikin novelnya sangat sulit untuk bersaing dengan film Jurassic Park, yakni soal petualangan. Mengingat, manusia cenderung suka yang bersifat visual. Berkat visual yang digarap serius, film ini diganjar tiga piala Oscar 1994.

5. The Devil Wears Prada (2006)

Diangkat dari novel berjudul sama karangan Lauren Weisberger, film The Devil Wears Prada masuk menjadi salah satu film yang lebih berhasil daripada novelnya. Cukup dua kata untuk menjelaskan alasan film ini sukses, yaitu Meryl Streep.

Penampilan Meryl Streep sebagai seorang pemimpin redaksi majalah wanita populer disini sangatlah ikonis dan menarik perhatian. Walaupun enggak bisa dimungkiri juga kalau keberhasilan Meryl Streep didukung dengan adanya skenario yang ditulis dengan baik, sehingga sangat membantu untuk mendalami kompleksitas karakter yang diperankan.

Enggak heran karakter kejam yang Meryl Streep perankan tetap disukai oleh penonton. Buktinya, dia dapat nominasi di Oscar 2007 kategori “Pemeran Utama Wanita Terbaik”, dan juga memenangkan piala Golden Globes pada kategori yang sama.

6. Ready Player One (2018)

Ready Player One adalah salah satu novel dengan tema game terbaik yang pernah ada. Novel karya Ernest Cline ini diangkat menjadi film dengan judul yang sama pada 2018.

Ready Player One versi film berhasil mewujudkan visualisasi cerita pada novel dengan relevan dan sempurna. Filmnya enggak banyak perbedaan dengan novel, tetapi efek CGI dan penampakan teknologi yang sangat futuristik bikin banyak orang puas dan menilai film ini lebih bagus dari novelnya.

Tentunya, keberhasilan film ini enggak bisa lepas dari dasar cerita novelnya yang kompleks tetapi tetap masuk akal. Berkat visualnya yang mengagumkan, film karya Stephen Spielberg ini masuk nominasi Oscar 2019.

7. Les Miserables (2012)

Les Miserables sejatinya adalah novel klasik karya Victor Hugo yang menegaskan berbagai pesan tentang pentingnya agama, moralitas, cinta dalam kehidupan, dan potret kehidupan sosial politik sebuah negara maju. Pada 2012, novel ini kemudian diadaptasi menjadi sebuah film musikal.

Dalam film musikal Les Miserables, pesan-pesan tersebut bisa disampaikan baik. Enggak hanya itu, penyampaiannya pun juga indah. Hal itulah yang mungkin menjadi salah satu kelebihan film Les Miserables dibanding dengan novelnya.

Fakta bahwa film yang dibintangi Hugh Jackman, Russell Crowe, Anne Hathaway ini mendapat belasan nominasi dari berbagai ajang penghargaan film. Bahkan, koleksi piala-piala dari Golden Globes, BAFTA, dan Oscar, juga menjadi bukti atas keberhasilan film garapan Tom Hopper ini.

Nah, apakah hal itu membuat versi novel menjadi lebih buruk? Enggak juga. Namun, halaman yang super tebal ditambah dengan gaya bahasa khas Victor Hugo yang mendayu-dayu mungkin bikin anak zaman now males. Mereka lebih memahami pesan yang mau disampaikan karya ini saat diterjemahkan ke dalam karya visual.

***

Itulah beberapa film adaptasi yang lebih bagus daripada versi bukunya. Beberapa di antaranya bahkan sudah diakui oleh sang pemilik buku, lho.

Namun, kembali lagi, kesukaan manusia atas sesuatu itu adalah masalah selera. Yang jelas, walaupun film-film di atas jauh lebih beken daripada versi buku, tetap aja film-film itu enggak bakal ada kalau enggak ada ide orisinil dari novel.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.