Film-film Berbahasa Asing untuk Renungan Idulfitri

Salah besar kalau lo menjadikan lebaran atau Idulfitri sekadar sebagai momen buat bersenang-senang semata. Memang, usai menjalankan ibadah puasa selama sebulan, enggak ada salahnya kalau kita merayakannya. Namun, perayaan itu jadi sia-sia kalau kita enggak merenungi makna Idulfitri yang sebenarnya.

Di Hari Kemenangan ini, ada baiknya kita berkontemplasi dan merenungi hidup masing-masing. Semua agar kita terlahir kembali menjadi pribadi yang lebih baik. Nah, demi mendukung niat baik lo, lo bisa nonton film-film islami di bawah ini. Film-film drama berbahasa asing dengan sederet penghargaan ini berkisah tentang perenungan para manusia terkait kesalahan dan hidup mereka.

Setelah nonton film-film ini, lo bakal terdorong bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik dan enggak egois. Lo akan menyadari bahwa pada dasarnya kita semua adalah makhluk yang punya banyak salah dan harus terus memperbaiki diri demi keseimbangan dunia dan akhirat. Film-film bahasa asing apa ajakah yang cocok dijadiin kawan merenung saat momen Idulfitri?

 

1. Le Grand Voyage/The Great Journey (2004)

Via Istimewa

Berselisih pendapat hingga merasa kesal adalah hal yang wajar. Demikian pula kalau lawan debat kita adalah orangtua sendiri. Maklum, kita lahir di generasi yang berbeda dengan mereka dan punya pola pikir yang bakalan berbeda sama mereka.

Hal tersebut dialami oleh Reda, seorang pemuda Perancis keturunan Maroko. Ayah Reda ingin pergi ke Mekah dari Perancis Selatan menggunakan jalur darat dan mengajak serta sang anak. Reda yang modern merasa hal tersebut menyusahkan. Walaupun pada akhirnya dia ikut dengan sang ayah, tetap aja di jalan dia sering merasa bete karena merasa bahwa ayahnya ribet.

Film ini harus ditonton oleh lo yang sering menganggap bahwa hal-hal terbaik di dunia ini adalah hal-hal praktis. Dalam Le Grand Voyage, tersirat pesan bahwa hidup itu bukan sekadar mendapatkan apa yang lo mau dengan mudah. Proses yang lo lalui untuk meraih hal tersebut juga penting dan akan memberikan lo banyak pelajaran hidup. Pada akhirnya, Reda menjadi pribadi lebih sabar setelah melalui perjalanan bersama sang ayah.

 

2. Takva: A Man’s Fear of God (2006)

Via Istimewa

Menjadi orang baik itu wajib hukumnya. Namun, lebih penting lagi, jadi orang yang enggak naif. Kenaifan bisa menjerumuskan lo, seperti apa yang ditampilkan dalam film Turki ini.

Muharrem adalah seorang cowok yang hidup dalam lingkungan pesantren tradisional. Dia terlihat seperti seseorang yang enggak memiliki nafsu duniawi. Suatu hari, seorang syekh pemilik bisnis properti yang terkenal suka menyantuni para anak yatim dan fakir miskin datang kepadanya. Dia menawarkan Muharrem posisi sebagai manajer di salah satu lini bisnisnya. Muharrem pun mengalami gegar budaya dan menjadi seorang modern yang melupakan banyak nilai kehidupan. Rupa-rupanya, syekh tersebut adalah orang yang tamak.

Dalam Takva, terlihat jelas pesan bahwa uang bisa menunjukkan sifat asli seseorang. Bila orang tersebut dermawan, dia bakal menggunakan uang itu untuk tujuan baik. Namun, kalau dia serakah, uang bakal menjadikan dia sebagai sosok yang menghancurkan sesamanya. Berjiwa modern boleh aja. Namun, kita enggak boleh melupakan nilai-nilai kemanusiaan. Setuju, enggak?

 

3. M. Ibrahim and the Flowers of the Koran (2003)

Via Istimewa

Hidup Momo, seorang anak cowok yang sedang beranjak remaja, enggak terlalu menyenangkan. Ibunya udah enggak ada dan ayahnya terkena depresi. Hal ini membuat dia jadi kekurangan kasih sayang dalam pencarian jati dirinya. Dia pun terjebak dalam kehidupan tanpa tujuan, termasuk di dalamnya mencoba-coba untuk bermain dengan pekerja seks komersial.

Semua berubah saat Momo bertemu seorang penjaga toko bernama Ibrahim. Ibrahim adalah sosok sederhana yang enggak pernah marah. Bahkan, walaupun Ibrahim tahu bahwa Momo mengutil di tokonya, dia enggak marah dan justru menyadarkan Momo. Dari Ibrahim, Momo belajar makna kehidupan; bagaimana seharusnya kita menyikapi masalah dan apa yang harus dilakukan supaya hati damai.

Lewat film Perancis ini, lo bakal paham bahwa beragama yang baik dan benar bukan sekadar menjalankan ibadah. Hubungan dengan sesama manusia pun penting. Salah satu caranya adalah berprasangka baik kepada orang lain dan kepada diri sendiri.

 

4. Children of Heaven (1997)

Via Istimewa

Enggak selamanya usia yang menua membuat kita jadi makhluk yang lebih baik. Ada kalanya, anak kecil yang belum puber tahu bagaimana cara untuk jadi sosok yang bertanggung jawab dan bijak. Hal tersebut bisa lo lihat dari film ternama Iran ini, Children of Heaven.

Ali dan Zahra adalah kakak beradik. Mereka adalah anak dari seorang marbot masjid yang kurang mampu. Pada suatu hari, Ali menghilangkan sepatu Zahra di pasar setelah membetulkannya. Padahal, sepatu itu adalah satu-satunya sepatu milik Zahra. Mereka pun bergantian menggunakan sepatu karena Ali sekolah siang dan Zahra sekolah pagi.

Suatu hari, Ali melihat ada kompetisi lari dengan hadiah ketiga berupa sepatu. Ali pun ngelihat ini sebagai suatu kesempatan buat menebus kesalahan pada adiknya. Ali memang jadi juara, namun dia enggak meraih hasil yang dia mau. Pada akhirnya, pengorbanan Ali rupanya juga enggak sia-sia.

Kalau lo suka mengeluh dan menyalahkan banyak hal atas kesulitan yang kita alami, dari Ali lo bisa belajar bahwa menyadari kesalahan adalah kunci awal dari perjuangan mengatasi kesulitan. Dengan menyadari kesalahan, lo bakal berusaha sekuat mungkin demi memperbaikinya. Yap, instropeksi diri sebelum menyalahkan orang lain atas kondisi lo.

 

5. The Kite Runner (2007)

Via Istimewa

Diangkat dari novel karya Khaled Hosseini, The Kite Runner bercerita tentang persahabatan dua orang anak. Amir adalah anak orang berada. Sedangkan, Hassan adalah anak dari pelayan ayah Amir.

Cerita diawali dengan Hassan yang berani mengetapel tukang risak, Assef, dan menjauhkannya dari Amir. Amir pun menghadiahkan Hassan layang-layang. Hassan berjanji buat mengajari Amir bermain layang-layang. Namun, persahabatan mereka rusak saat Amir malah kabur waktu Hassan dirisak oleh Assef.

Karena perasaan bersalah itu, Amir berusaha menjauhkan diri dari Hassan. Bahkan, dia mulai bersikap kasar dan memfitnah Hassan. Setelah itu, mereka enggak bertemu lagi karena keluarga Amir pindah ke Amerika Serikat gara-gara invasi Rusia. 

Hassan dan Amir memang enggak bisa bertemu lagi. Namun, pada akhirnya, Amir berhasil menebus kesalahan dan membayar semua kebaikan Hassan dengan cara yang enggak terduga. Apa yang dilakukan Amir awalnya memang salah. Namun, sampai kapan pun, enggak akan pernah ada kata terlambat buat menyadari kesalahan lalu memperbaikinya. Semua bergantung pada niat lo.

***

Menonton film-film di atas dalam suasana Idulfitri dijamin bakal bikin lo mampu merenungi makna kehidupan dan menjadi orang yang lebih baik. Idulfitri sendiri artinya terlahir kembali sebagai pribadi yang suci, ‘kan? Sebagai manusia, kita memang enggak pernah bisa lepas dari kesalahan dan kelalaian. Namun, apa artinya otak dan hati yang udah dikasih Tuhan kalau kita enggak bisa merenungi kehidupan demi menjadi makhluk yang lebih baik?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.