5 Film tentang Perlawanan Menghadapi Kekuasaan Sewenang-wenang

Demonstrasi dan perlawanan terhadap sistem yang menaungi kita terkadang dianggap sebagai sesuatu yang bikin rusuh dan juga merugikan. Namun, selama perlawanan itu jelas tujuannya dan yang dilawan adalah tirani, tentu perlawanan itu jadi berarti.

Kalau kaliam kesel berat sama demonstrasi buat menuntut hak tertentu, atau perjuangan kelas tertentu buat menuntut hak, coba, deh, nonton film-film di bawah ini yang mengambil tema perlawanan terhadap hal korup serta tirani, dan mampu memberikan kalian makna kebebasan yang sesungguhnya.

Siap buat terinspirasi? Yuk, kepoin!

1. V for Vendetta (2006)

Kayaknya masih lekat aja di ingatan kita demonstrasi berjilid-jilid menuntut pembatalan RUU di DPR. Semangat yang sama bisa kalian temui dalam V for Vendetta.

V for Vendetta berkisah tentang V, mantan tawanan sekaligus kelinci percobaan rezim tirani, dan seorang perempuan bernama Evey. Tirani Inggris utopia di film itu memang brengsek dan V, tokoh bertopeng kita, bener-bener punya cara cerdas buat jadi ‘teroris’ yang menumbangkan tirani tersebut.

Gerakan V sangat menginspirasi. Namun, jangan ditiru secara berlebiha, ya, karena negara utopia di film itu tentu enggak sama dengan negara di dunia nyata.

2. Snowpiercer (2013)

Kadang, nih, dalam sebuah perlawanan terhadap pihak tertentu, kita punya tokoh idola yang dianggap merepresentasikan perlawanan kita. Bahkan, banyak orang yang jadi cinta buta sama sosok yang dianggap pahlawan tersebut. Biar enggak mengalami hal itu, coba nonton Snowpiercer.

Film ini punya premis yang klasik, tetapi dengan eksekusi unik. Pada 2014, percobaan iklim gagap dan menewaskan semua manusia, kecuali yang berada di dalam kereta besar Snowpiercer, sebuah kereta yang mengelilingi dunia.

Bertahun-tahun setelah itu, mulai terjadi konflik yang disebabkan terbatasnya sumber daya dan kesenjangan sosial. Mereka yang berada di gerbong depan bisa hidup enak, dan yang di belakang hidup miskin dengan mengandalkan makanan berupa jel protein.

Curtis, seorang penduduk dari gerbong belakang, mencoba untuk melakukan perlawanan dan bertemu pemilik kereta di bagian depan, didukung oleh beberapa orang. Konflik dan kematian pun enggak bisa dihindari.

Yang miris dari kisah ini, ternyata pejuang dari gerbong belakang yang dihormati Curtis bekerja sama dengan kapitalis pemilik kereta untuk memantik revolusi, karena ini satu-satunya cara buat mengurangi populasi di kereta.

3. A Royal Affair (2012)

Zaman kerajaan monarki banyak pihak yang tertindas terutama rakyat. Hal ini juga dimuat dalam film yang berjudul A Royal Affair.

A Royal Affair berkisah tentang Caroline, perempuan yang menikah dengan raja bersifat kekanak-kanakkan bernama Raja Christian VII, Denmark. Pemerintahan Christian VII sebenernya enggak tirani, sih, tetapi memang hukum-hukum yang berlaku di wilayah Eropa saat itu tajam ke rakyat kecil.

Karena enggak betah sama kelakuan Christian VII, Caroline berselingkuh sama dokter kerajaan, Struente. Pemikiran mereka berdua maju, sama-sama suka Voltaire, dan menghasilkan beragam kebijakan yang pro-rakyat kecil.

Untungnya, Christian menyetujui usulan-usulan tersebut. Sayangnya, banyak orang yang enggak suka sama Struente dan membuka tabir perselingkuhan itu. Meskipun Christian enggak memberikan hukuman berat, tetapi hal itu enggak dipatuhi pengadilan dan Struente dihukum mati dan Caroline diasingkan.

Pada akhirnya, setelah kematian Caroline dan sang ayah, anak mereka pun meneruskan warisan gagasan Struente. Harus diakui kalau Struente punya andil dalam memajukan Denmark zaman sekarang.

4. The People vs. Larry Flynt (1996)

Sosok Larry Flynt dalam film ini adalah seorang pemilik majalah dewasa yang dituntut oleh ‘pemerintah dan rakyat’ karena majalah dewasa yang dianggap vulgar.

Memang, sih, secara norma umum, Larry Flynt juga salah. Namun, apakah pemerintah dan rakyat enggak salah?

Yang menarik dari film ini pada saat persidangan, pihak Larry juga mempertanyakan mengenai kenapa banyak hal yang enggak disensor dan diganggu gugat, kayak berita pembunuhan dan foto-foto pembunuhan yang vulgar ditampilin.

Hubungan seks adalah hak prerogatif dua orang, tetapi ketika tampil ke publik, maka itu enggak sesuai norma. Namun, pembunuhan bukankah lebih ekstrem daripada itu?

Film ini memang enggak memperlihatkan perlawanan berdarah-darah. Namun, di sini kalian bisa memahami betapa dalamnya makna kebebasan berbicara.

5. Minority Report (2002)

Bagaimana perasaan kalian saat ditangkap atas kejahatan yang belum kalian lakukan? Tentu kalian merasa enggak diperlakukan secara adil, tetapi itulah yang terjadi di Minority Report.

Film ini berkisah tentang kehidupan para pembunuh yang melakukan kasus di masa depan bisa dihukum di masa lalunya. Yap, para polisi yang bertugas menggunakan mesin waktu.

Ada seorang polisi yang ternyata bakal melakukan pembunuhan dan diincar buat ditangkap. Dialah saksi kunci dari revolusi ini.

Minority Report menunjukkan kepada kita bahwa meskipun cara terbaik untuk menanggulangi kejahatan adalah mencegahnya, tetep aja hal itu enggak akan jalan kalau didasari asumsi yang enggak manusiawi.

***

Apakah kalian masih berpikir bahwa protes dan demonstrasi adalah hal yang berisik? Mungkin memang berisik, tetapi bukankah semua perbaikan terhadap sistem pasti berisik? Setuju, enggak?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.