5 Film Hollywood tentang Matematika yang Penuh Cinta

– Sebagian film Hollywood di bawah ini hadirkan sisi romantisnya.
– Film tentang matematika ini berikan sisi lain yang tak melulu soal kerumitan.

Mendengar kata “matematika” udah bikin kita jiper duluan. Selain dianggap sulit, pelajaran yang satu ini juga punya kesan kaku karena kita hanya berhadapan sama rumus-rumus dan angka. Padahal, matematika adalah dasar dari berbagai hal di dalam kehidupan. Ia ada bahkan saat kalian belajar tentang sastra atau saat kalian sekadar rebahan di kamar.

Matematika menjadi menyebalkan karena pendekatannya yang terlalu kaku. Di sekolah, kita selalu dihadapkan pada rumus-rumus panjang tanpa tahu banyak dari mana rumus itu berasal. Seringkali, soal-soal yang diajukan juga kurang relevan dengan kehidupan dan kurang menarik.

Apakah kalian merasa kesulitan buat menemukan keindahan dari matematika? Film Hollywood di bawah ini akan memberikan sisi humanis dari matematika.

1. I.Q (1994)

I.Q. menceritakan tentang Catherine (Meg Ryan), seorang matematikawan di Princeton yang bertekad untuk memiliki keturunan dengan gen yang terbaik dan cerdas. Maka dari itu, dia telah mengikatkan dirinya dengan seorang psikolog sombong bernama James.

Namun ternyata, ada seorang mekanik yang romantis dan baik hati, Ed (Tim Robbins), jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Catherine. Profesinya yang hanya sebagai seorang mekanik, tentu enggak masuk dalam kriteria Catherine.

Paman Catherine yang merupakan warga negara paling dihormati di Princeton, Albert Einstein, malah terpesona dan tertarik dengan Ed. Maka dari itu, dia mulai mengajari cara berpakaian dan berbicara yang cocok untuk seorang jenius. Enggak lain dan enggak bukan, agar Ed bisa menarik perhatian Catherine.

I.Q bisa dibilang sebagai sebuah film komedi cerdas tentang obsesi cinta yang bodoh. Film ini seolah memberi tahu kita bahwa cinta itu adalah sebuah seni yang abstrak, bukan pengetahuan yang eksak.

2. Good Will Hunting (1997)

Film ini memang film lawas yang rilis pada 1997, tetapi masih sangat layak buat ditonton sekarang ini karena kedalaman dan kehangatan ceritanya. Keunikan karakternya pun cukup menambah nilai jual dari film Good Will Hunting.

Good Will Hunting bukan sekadar film yang melibatkan matematika, tetapi juga tentang pencarian jati diri. Karakter utamanya, Will, adalah seorang jenius matematika yang enggak merasa dan enggak menyadari akan kejeniusannya itu. Will adalah seorang petugas kebersihan di MIT. Dia bukan seorang profesor, bukan pula mahasiswa dengan sederet prestasi.

Suatu hari, seorang profesor matematika di MIT, Gerald Lambeu, memberi soal matematika yang amat sulit di papan area koridor kampus. Dia berniat memberi tantangan pada seluruh mahasiswa doktoralnya. Enggak disangka-sangka, Will ternyata berhasil mengerjakannya dengan mudah.

Betapa terkejutnya sang profesor melihat Will yang enggak menempuh pendidikan formal, tapi bisa menguasai begitu banyak bidang studi mulai dari matematika, sastra, seni, ekonomi, hingga sejarah. Namun, Gerald Lambeu dengan segera menyadari kalau Will butuh pertolongan khusus agar kejeniusannya itu enggak sia-sia.

3. A Beautiful Mind (2001)

Film Hollywood ini diadaptasi dari sebuah biografi yang ditulis Sylvia Nasar untuk mengenang Josh Nash. Josh Nash adalah seorang matematikawan asal Amerika Serikat yang karya-karyanya di bidang teori permainan, geometri diferensial, dan persamaan diferensial parsial telah membuka jalan bagi ilmuwan untuk mempelajari faktor-faktor yang mengatur kemungkinan dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

Di film ini, Josh Nash digambarkan sebagai seorang ilmuwan matematika yang punya sifat agak apatis. Dia sangat pintar dan berprestasi, sehingga dia diterima di sebuah pusat penelitian bergengsi yaitu Wheeler Defense Lab di MIT. Namun di sisi lain, ternyata Josh Nash mengidap penyakit skizofrenia, yaitu gangguan jiwa di mana penderitanya enggak bisa membedakan mana yang kenyataan dan mana yang halusinasi.

Kehidupan Josh Nash mulai berubah saat dia diminta untuk memecahkan kode kriptografi rahasia yang dikirim oleh Soviet, sekaligus menjadi mata-mata. Dia sangat terobsesi dengan pekerjaannya itu, hingga bikin dia lupa waktu. Namun dengan kejeniusannya, dia berhasil bikin rumus-rumus matematika menjadi terjemahan dari kode kriptografi yang tingkat kesulitannya tinggi.

Kalian tahu enggak, film karya sutradara Ron Howard ini berhasil meraih empat piala Oscar dari delapan nominasi yang diikutinya, lho. Enggak heran kalau film ini sangat menarik untuk dilihat dan diikuti ceritanya. Mungkin juga perspektif kalian tentang matematika bisa berubah setelah menonton film ini.

4. An Invisible Sign (2010)

Kalau kata orang, mencintai adalah memberikan hati dan sebagian diri kita kepada orang lain. Yang mana kalau ditinggalkan oleh orang yang kita cintai, hati dan sebagian diri kita ikut musnah bersama kepergiannya. Melalui film ini, Mona membuktikan bahwa hal itu enggak benar.

An Invisible Sign menceritakan kisah Mona (Jessica Alba), seorang wanita 20 tahun yang memiliki masalah kecemasan dan kurangnya motivasi dalam hidup. Masalah tersebut muncul pada Mona semenjak ayahnya sakit.

Dia menjadi introver dan berputus asa. Dia juga berhenti melakukan hal-hal yang dia suka, yang salah satunya adalah matematika. Padahal, sesungguhnya Mona adalah seorang wanita yang cerdas. Dia memiliki memori yang kuat dan intelejensi yang tinggi.

Suatu ketika, Mona diusir oleh ibunya dan diberi petunjuk untuk bekerja sebagai pengajar matematika sekolah dasar di kota bagian Utara New York. Meskipun enggak punya pengalaman mengajar, Mona diterima di sekolah dasar tersebut dan terbukti menjadi guru matematika yang hebat dan imajinatif.

Di sekolah dasar itu, sedikit demi sedikit Mona mulai membuka diri dengan dunia. Dia menjadi dekat dengan seorang murid cerdas yang ibunya sedang sekarat karena kanker. Enggak cuma itu, dia juga menarik perhatian seorang guru sains yang berjiwa bebas.

5. X+Y (2014)

Selalu ada cinta di dalam matematika, seperti yang digambarkan dalam film Inggris besutan BBC, X+Y atau A Brilliant Young Man. Nathan (Asa Butterfield) merupakan anak autis yang kesulitan mengekspresikan emosi dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, dalam angka-angka, dia seolah menemukan rumah. Dia mungkin kesulitan memahami manusia, tetapi dia begitu jago dalam memahami angka

Untungnya, kondisi ini didukung oleh lingkungan. Sekolah mengirimkannya ke olimpiade matematika dan dia dilatih oleh seorang guru matematika eksentrik bernama Mr. Humphreys. Dia mampu memahami Nathan dan memberikan pendekatan pengajaran yang bikin Nathan semakin lihai dalam matematika.

Pada akhirnya, Nathan berhasil mengikuti olimpiade matematika internasional. Di masa karantina, Nathan bertemu dengan seorang siswa dari Tiongkok. Pertemuan itu ternyata bikin Nathan merasakan sesuatu yang aneh. Memang, yang ini bukan produksi Hollywood, tapi bisa dibilang, film ini adalah film penuh cinta, yang dikemas dengan cara yang unik dan berkelas.

Bonus: Vivir Dos Veces (2019)

Sulit buat enggak menangis saat menonton film Spanyol dengan judul internasional Live Twice, Love Once ini. Ia berkisah tentang Emilio, seorang dosen matematika yang didiagnosis mengalami alzheimer.

Emilio yang dingin dan keras kepala selalu berkilah dari hal tersebut dan bahkan menganggap bahwa ingatannya enggak akan hilang. Dia masih hafal rumus-rumus rumit dan bahkan letak barang di rumahnya. Namun, pada suatu hari, dia bahkan enggak mampu menyelesaikan pengurangan sederhana, dan pada titik itu dia sadar kalau penyakit ini lambat laun akan mengonsumsi ingatannya.

Dia pun teringat sama Margarita, cinta pertamanya saat remaja. Dia memutuskan buat mencari tahu di mana Margarita berada, dengan bantuan cucu yang geek ponsel, anak perempuan yang setengah hati membantu karena merasa ‘mengkhianati’ mendiang ibunya, serta menantu yang kurang bisa diandalkan.

Keinginan Emilio enggak muluk-muluk: sebelum Alzheimer menghilangkan ingatannya tentang Margarita, dia cuma pengin tahu apakah selama ini, Margarita juga memikirkannya seperti dia yang selalu berusaha untuk melupakan Margarita. Ada satu alasan rumit sekaligus sederhana tentang mengapa Emilio begitu mencintai Margarita.

"Aku sangat tertarik pada matematika karena logika yang murni di dalamnya. Angka selalu rasional, dapat diprediksi. Namun di tengah semua hal yang serasi tersebut, muncul bilangan Pi. Satu angka, misterius, enggak terbatas. Pi adalah angka yang hidup, terus-menerus menempa jalannya sendiri, enggak pernah mengikuti pola, enggak mapan, atau dipahami. Itulah titik yang membuat saya menyadari bahwa matematika enggak sekadar logis, mereka juga ajaib. Itulah Margarita bagiku … keajaiban."

Sebelum menonton film ini, siapkan tisu dan berhati-hatilah dengan bayangan mantan atau cinta pertama yang tiba-tiba terbesit di benak kalian.

***

Matematika memang kelihatan kaku, tetapi bukan berarti hal-hal di dalamnya enggak manusiawi. Film Hollywood di atas membuktikan bahwa cinta bisa berjalan beriringan bareng matematika.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.