7 Film Hollywood yang Menerobos Batas dengan Inovasinya

– Film Hollywood di bawah ini hadirkan teknologi baru dalam penayangannya.
– Saking ambisiusnya, sebagian film justru kelewat batas dan gagal di pasaran.

Inovasi dalam film itu penting. Di atas kreativitas, inovasi mutlak diperlukan dalam dunia film. Kita ingat, dulu film pertama kali dibuat dengan tanpa suara. Orang menyebutnya film bisu. Kemudian inovasi dilakukan dan kita bisa mendengar dialognya. Namun, itu belum cukup. Penonton belum bisa membedakan warna karena dulu film hanya berwarna hitam putih.

Lalu, inovasi dilakukan dan jadilah film-film seperti sekarang. Ada banyak inovasi dalam film yang kemudian mengubah peradaban. Namun, ada juga beberapa film yang kelewat berinovasi, idenya cemerlang tapi sepertinya sulit dilakukan di film-film lain. Terlebih sebagian dari film-film tersebut menemui kegagalan.

Apa saja? Inilah beberapa film Hollywood yang inovasinya hampir memberi sentuhan baru dalam film.

1. Earthquake (1974) – Pasang sound system khusus

Via Istimewa

Beda zaman memang bisa beda teknologi. Kalau sekarang kita cukup enak dengerin dialog dan sound di studio-studio bioskop. Dulu perkaranya beda. Nah, film Earthquake ini sempat pengen bikin totalitas dari filmnya.

Tim distribusi sengaja bawa sound system khusus berupa bass untuk disambungkan ke dalam film. Alasannya, supaya di adegan-adegan gempa bumi, penonton bisa merasakan ngerinya. Alhasil, sensasinya memang didapat.

Namun, saking kencengnya banyak langit-langit bioskop yang keropos. Belakangan, bahkan di bioskop-bioskop tersebut dipasangi jaring supaya reruntuhan langit-langit itu tidak jatuh ke penonton.

Sayangnya, film ini hanya raih skor 42 persen di Rotten Tomatoes dan 5,9 di IMDb. Inovasi ini akhirnya terkubur, karena kian tahun, dunia film makin punya inovasi terutama soal teknologi efek suara di bioskop.

2. Scent of Mystery (1960) Ada efek aroma khusus tiap adegan

Via Istimewa

Jika film Earthquake dengan begitu niat membawa dan merupa studio bioskopnya sendiri. Film Scent of Mystery punya lompatan yang tak kalah inovatif, bahkan sebelum Earthquake rilis. Mereka membuat aroma khusus yang bisa tercium oleh penonton sesuai dengan adegan apa yang muncul di layar.

Jadi, selain indra penglihatan dan pendengaran, film Scent of Mystery sempat bikin inovasi khusus untuk membuat indra penciuman manusia juga merasakan sensasi dari sebuah film. Tentu, inovasi ini sulit dilakukan kembali, selain rumit tentu biaya yang dikeluarkan tak sedikit.

Sayangnya, meski punya inovasi, film ini enggak bikin penonton berbodong-bondong ke bioskop, skor audiens di Rotten Tomatoes hanya berhenti di angka 20 persen. Sementara, di IMDb dapat skor 5,6.

3. Clue (1985) Beda bioskop beda akhir cerita

Via Istimewa

Film yang rilis pada 1985 ini sempat bikin heboh, karena buat inovasi yang tak biasa. Sang sutradara, Jonathan Lynn, membuat terobosan untuk bikin banyak alternatif dari akhir film. Barangkali, alternatif film udah biasa didengar. Namun, film Clue ini bener-bener bikin yang beda.

Tim produksi dan distributor mengirim roll film yang berbeda cerita ke bioskop-bioskop. Jadi, akhir cerita yang kamu tonton di bioskop dekat rumahmu bisa jadi berbeda dengan di bioskop lain.

Pada akhirnya, ending film Clue sempat diperdebatkan, karena para penonton berbeda akhir cerita. Namun, terobosan ini enggak diterapkan banyak film Hollywood lain, karena biaya yang tak sedikit.

4. Unfriended (2014) Menggunakan layar komputer

Via Istimewa

Salah satu inovasi dalam pengambilan gambar di dunia film hadir dari film Unfriended. Film horor-thriller ini mencoba menawarkan cara pengambilan baru. Para aktor ditampilkan tengah bertatap secara virtual alias video conference. Lalu, cerita dirangkai dan jadilah film Unfriended yang punya sekuel bebas berjudul Unfriended: Dark Web (2018).

Setelah film Unfriended, ada film Searching (2018) yang menggunakan metode inovasi serupa. Namun, film Searching justru dianggap lebih berhasil dari film Unfriended. Yang terbaru, ada film Host (2020) yang pakai inovasi serupa.

Biaya produksi yang cukup rendah sebetulnya film ini bisa jadi inovasi buat dipakai di banyak film. Namun, sampai sekarang tak sebanyak film yang meniru metode film ini. Soalnya, jika filmnya tidak punya cerita yang benar-benar menarik, alih-alih berhasil, bisa jadi filmnya di cap gagal.

5. Twixt (2011) Akhir film tergantung suasana penonton

Via Istimewa

Twixt juga punya terobosan baru yang unik walau agak kocak. Sutradara Francis Ford Coppola punya ide yang terlalu out of the box. Dia bermaksud untuk keliling bioskop secara mendadak untuk edit film sesuai dengan bagaimana respon penonton setelah menyaksikan separuh filmnya.

Mengedit kilat itu dilakukan supaya film benar-benar sesuai ekspektasi penonton. Namun, tentu ini cukup tidak masuk akal, karena jika filmnya serentak diputar di seluruh dunia, apakah dia harus terus menerus berkeliling bioskop untuk mengamati respon penonton? Tentu tidak.

Terobosan ini dilakukan Coppola dalam tur 30 kotanya. Walau kemudian filmnya tidak terlalu berhasil dengan perolehan skor 26 persen di Rotten Tomatoes dan 4,8 di IMDb.

6. Bandersnatch (2018) Alur cerita ditentukan masing-masing penonton

Via Istimewa

Masuk ke inovasi di zaman sekarang, Netflix pun mencoba membuat terobosan. Melihat film berbasis FMV (Full Motion Video Gaming) makin dikenal publik, terobosan di dunia film mutlak dilakukan. Bandersnatch contohnya yang mengusung film interaktif.

Nah, dalam film ini penonton dapat menentukan alur cerita sampai ending-nya sendiri. Kalian hanya diberikan 2 opsi di setiap adegan yang memberikan pilihan interaksi. Tiap pilihan menuntun pada adegan lainnya, yang tentunya akan berbeda.

Filmnya memang hanya berdurasi 90 menit. Namun, kalau kalian memilih opsi yang menuntun si tokoh pada kematian, film hanya berdurasi 20—30 menit saja. Terobosan ini tidak bisa ditonton di bioskop, melainkan hanya di situs streaming. Sensasinya, seperti menonton sambil main game.

7. Gemini Man (2019) Teknologi HFR dan De-Aging

Via Istimewa

Gemini Man memang sebuah proyek yang begitu ambisius dari sutradara Ang Lee. Bahkan, film ini sudah direncanakan sejak 1997. Namun, baru terealisasi setelah hak naskahnya dibeli Skydance dari Disney pada Oktober 2017.

Film yang dibintangi Will Smith ini mengusung dua teknologi, yakni HFR (High Frame Rate) yang mencapai 120 frame per detik dan De-Aging yang dipakai untuk membuat wajah kloningan Will Smith terlihat 25 tahun lebih muda. Sebenarnya, De-Aging ini sudah sering dilakukan di industri film Hollywood, seperti wajah Nick Fury di Captain Marvel (2019).

Sayang, film Gemini Man dianggap sia-siakan teknologi dan tak sesuai ekspektasi penonton. Film Gemini Man ini justru terasa hambar, meski banyak adegan aksi yang memanjakan mata.

***

Itulah tujuh film Hollywood yang mencoba membuat inovasi dalam dunia film. Film-Film di atas bisa jadi pionir dari terobosan besar nantinya. Walau sebagian dari terobosan film di atas berujung kegagalan. Dari tujuh film Hollywood di atas mana yang inovasinya paling out of the box?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.