Film Indonesia Crocodile Tears Ikut Dua Festival Internasional

Crocodile Tears ditunjuk untuk mengikuti ajang La Fabrique Cinema de I’Institut Francais 2019 dan TorinoFilmLab (TFL) FeatureLab 2019. La Fabrique Cinema de I’Institut Francais adalah program yang bertujuan meningkatkan perhatian internasional terhadap para sutradara dari negara berkembang. Sedangkan, Torino Feature Lab berfokus pada pengembangan aspek artistik, kreatif, strategi produksi, dan promosi. Dua festival film internasional ini akan memfasilitasi proyek fim yang sedang dalam tahap pengembangan. Nantinya, film pemenang festival mendapatkan sejumlah dana.

Sebelumnya, proyek film Crocodile Tears pernah mengikuti program serupa seperti SEAFIC 2018, dengan total anggaran sebesar 420 ribu dolar. Film yang disutradarai oleh Tumpal Tampubolon dan diproduseri oleh Mandy Marahimin ini rencananya diproduksi 2020 di bawah Tanakhir Films.  

Via Istimewa

Crocodile Tears mengisahkan sebuah keluarga yang hidup di peternakan buaya. Film ini berfokus pada seorang ibu yang berusaha membuktikan bahwa anaknya tidak terlibat dalam sebuah kasus pembunuhan. Lebih lanjut, penonton akan diajak berpikir tentang konsep keluarga yang ada di Indonesia. Pertanyaan tentang konsep keluarga ini adalah ide dari Tumpal. Menurutnya, konsep keluarga yang dikenal sekarang adalah produk Orde Baru, yakni program Keluarga Berencana.

Sebelum menjadi sutradara Crocodile Tears, Tumpal dikenal sebagai penulis naskah film Wiro Sableng 212 (2018) dan Tabula Rasa (2014). Lewat Tabula Rasa, Tumpal berhasil menggondol Piala Citra untuk kategori "Penulis Naskah Terbaik". Jebolan Institut Teknologi Bandung ini memulai kariernya sebagai sutradara dan penulis beberapa film pendek. Contohnya The Last Believer (2016) dan Drum Lesson (2008).

Via Istimewa

 

Di sisi lain, Mandy mengaku bahwa dia selalu ingin bekerja sama dengan Tumpal. Baginya, Tumpal adalah sosok unik yang bisa mencatat hal-hal ganjil dalam kehidupan nyata. Mandy memulai karier di dunia film sebagai publisis di Miles Films pada 2000. Film pertamanya adalah Ada Apa dengan Cinta? (2002).

Setelah sekian lama malang melintang di dunia film, Mandy mendirikan rumah produksi Tanakhir Films pada 2013. Dengan rumah produksinya, dia sudah memproduksi Cinta dari Wamena (2013), film pendek Rock ‘N Roll (2015) dan sejumlah film lainnya. Mandy berharap Crocodile Tears bisa menembus pasar internasional.

Meskipun film ini belum memasuki tahap produksi, sinopsis film menawarkan premis yang menarik. Bagaimana harapan kalian soal film Crocodile Tears? Bagikan pendapat kalian di kolom komentar dan pantau KINCIR untuk informasi berikutnya, ya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.