5 Film Indonesia yang Redup di Tanah Air tapi Mendunia

Bisa dibilang, film Indonesia makin lama-makin baik kualitasnya. Banyak film baru yang nampilin jalan cerita fresh dan punya nilai bagus buat penonton Indonesia. Makanya, enggak heran kalau film Indonesia kini kerap banjir penghargaan di ajang film festival Internasional.

Sayangnya, kesuksesan itu enggak berdampak pada sambutan penonton di bioskop Indonesia. Yap, beberapa film Indonesia yang bersinar di ajang Internasional tapi redup di bioskop Tanah Air. Lo penasaran film-film apa aja yang sukses di luar negeri tapi anjlok di negeri sendiri?

Berikut, lima film Indonesia yang redup di Tanah Air tapi mendunia. Yuk, kepoin!

 

1. Turah (2016)

Via Istimewa

Film yang dirilis pada 2016 ini punya jalan cerita yang unik sekaligus ciamik. Film besutan sutradara Wicaksono Wisno Legowo ini nyeritain kampung pesisir di Tegal Jawa Tengah yang diisi sama orang-orang pesimistis. Dari sekian banyak orang di kampung itu, ada Turah yang masih nyimpen api optimisme. Dia yang kemudian ngerubah pola pikir masyarakat. Film yang bisa dibilang cukup komplit ini punya nilai moral yang ngena.

Dari Tegal, film ini dapet tepuk tangan meriah di berbagai festival internasional. Sampai akhirnya, film ini terpilih untuk masuk proses seleksi salah satu nominasi Oscar 2017. Gokil, ‘kan! Sayangnya, pas tayang di bioskop Indonesia, film ini cuma dapet 16 layar dari seluruh bioskop. Ditambah, dia cuma bertahan dua minggu aja di layar lebar.

 

2. Ziarah (2016)

Via Istimewa

Lo pernah nyangka enggak, ada nenek-nenek masih bisa main film? Namun, hal itu berhasil dibuktiin oleh mbah Ponco yang berusia 90 tahun jadi pemeran utama film Ziarah (2016). Film garapan BW Purba Negara ini nyeritain seorang nenek yang nyari kuburan suaminya yang enggak pulang selama puluhan tahun. Petualangan si nenek nyari kuburan suaminya itu jadi jalan cerita yang out of the box.

Enggak heran, film ini dapet apresiasi tinggi di beberapa festival film dunia. Salah satunya “Film Terbaik Pilihan Juri” di ASEAN International Film Festival and Awards 2017. Ditambah, jadi “Film Terbaik” dari Salamindanaw Film Festival 2016 di Filipina. Tapi sayang banget, film ini cuma bertahan tiga minggu aja dengan total jumlah penonton 30 ribu di Indonesia.

 Simak juga, 5 Film Lokal yang Mendunia tapi Dilarang di Indonesia.

 

3. Istirahatlah Kata Kata (2016)

Via Istimewa

Film biopik tentang seorang penyair yang hobinya bikin puisi-puisi penuh kritik buat pemerintah Orde Baru. Puisi-puisi satirnya itu bikin kuping beberapa orang panas sampe nyawanya jadi terancam. Bernama Wiji Thukul, walau diteror berkali-kali tetep lantang berpuisi. Akhirnya, dia dikabarkan hilang hingga kini.

Film keren ini masuk beberapa nominasi festival internasional dan sempat renggut penghargaan “Film Terbaik” di Bangkok Asean Film Festival 2017. Sayangnya, film ini enggak terlalu booming di Tanah Air. Film garapan sutradara Yosep anggi Noen itu cuma dapat sekitar 50.000  penonton. Padahal film ini dianggap penting buat generasi muda belajar sejarah.

 

4. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)

Via Istimewa

Film ini punya jalan cerita yang bisa jadi bikin lo geleng-geleng kepala. Bercerita tentang seorang Marlina, janda miskin yang rumahnya dirampok dan mau diperkosa sama perampok-perampoknya. Tapi, Marlina mutar otak, nyaris semua perampok dia racun. Satu orang terakhir dia bunuh dengan menebas kepalanya. Cerita makin menarik pas Marlina nenteng kepala si perampok yang udah putus ke kantor polisi buat jadi barang bukti.

Film yang dibintangi Marsha Timothy ini sukses dapet banyak penghargaan di luar negeri. Seperti, kategori “Skenario Terbaik” pada FIFFS Maroko edisi ke-11. Ditambah, penghargaan di Five Flavours Asian Polandia. Marsha Timothy juga diganjar sebagai “Aktirs Terbaik Festival Sitges International. Sayangnya, segala prestasi tersebut enggak bikin penonton tergerak buat beli karcis dan nonton film ini. Film ini cuma sekitar 100.000 penonton.

Kepoin juga, 7 Fakta yang Bikin Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak Wajib Ditonton.

 

5. Siti (2014)

Via Istimewa

Film garapan Eddie Cahyono ini bercerita tentang Siti yang jadi pemandu karoke di daerah pesisir Yogyakarta. Siti harus berjuang buat ngelunasin utang keluarganya, ngerawat suami dan anaknya. Sampai dia kepincut sama salah satu polisi yang jadi langganan tetapnya. Masalah-masalah Siti ini dibungkus apik.

Film Siti didaulat jadi “Film Terbaik” di Festival Film Indonesia 2015. Di luar negeri, Siti dapat penghargaan di Tiongkok dalam ajang Shanghai Internasional Film Festival kategori “Best Cinematography” dan “Best Screenplay”. Sayangnya, film ini cuma bertahan selama empat hari aja dengan jumlah penonton cuma 4 ribu orang.

***

Lima film di atas secara enggak langsung nunjukin ke kita bahwa kualitas itu kadang enggak sejalan sama kuantitas. Film-film di atas yang minim sambutan penonton Indonesia itu justru bisa bawa nama Indonesia ke kancah dunia. Nah, di antara film di atas, mana yang menurut lo paling punya cerita menarik?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.