5 Film Indonesia Tema Politik yang Apik tapi Kurang Diminati

Tahun ini menjadi tahun politik buat Indonesia. Enggak heran, sejak beberapa minggu yang lalu, banyak banner partai dan calon wakil rakyat dipajang di pinggir jalan. Ya, pesta demokrasi memang udah dimulai. Dalam waktu dekat, kalian bakal nentuin siapa yang bakal wakilin suara kalian di pemerintahan.

Beberapa film Indonesia di bawah ini akan memberikan kalian pengetahuan tentang politik. Mungkin itu juga jadi tujuan para pembuat film biar banyak yang enggak antipati terhadap politik. Sayangnya, ada yang enggak berhasil ngerebut hati penonton.

Berikut, 5 film Indonesia tentang politik yang kurang diminati tapi tampil apik. Apakah salah satunya ada yang bikin kalian bosan?

 

1. Negeri Tanpa Telinga (2014)

Via Istimewa

Lola Amalia sebagai produser dan sutradara mengonsep film Negeri Tanpa Telinga dengan begitu ciamik. Film yang bercerita tentang Naga yang jadi tukang pijet spesialis politikus. Secara enggak langsung, dia sering denger tentang proyek-proyek transaksional yang dijalankan sama para politikus yang dia layani.

Karena politik menurutnya mengganggu, dia memilih menjadi tuli. Dia merrusak gendang telinganya. Sayangnya, film dengan cerita enggak biasa ini “lesu” penonton. Padahal udah ngegaet beberapa aktor beken seperti Lukman Sardi, Teuku Rifnu Wikana sampai Ray Sehtapi. Film ini juga akan menambah pengetahuan kalian tentang politik dari yag bersih sampai yang kotor.

 

2. 2014: Siapa di Atas Presiden? (2014)

Via Istimewa

Film 2014 yang bertema politik di Indonesia ini juga kurang diminati penonton. Walau ceritanya fiksi, film garapan Hanung Bramantyo dan Rahabi Mandra ini nyerempet ke kondisi politik di Indonesia. Film  yang dibintangi oleh Ray Sahetapi ini nyeritain ambisi dirinya yang berperan sebagai Bagas Notolegowo untuk jadi Presiden Indonesia.

Segala intrik lumayan dipertontonkan dalam film ini. Akan tetapi, karena ceritanya terlalu monoton, film ini hanya dapat skor 7/10 di IMDb. Padahal film ini juga pengetahuan tentang “tahta” presiden.

3. Caleg By Accident (2014)

Film Caleg By Accident ini mungkin enggak terlalu dikenal banyak orang. Namun, film ini bisa dibilang sesuai sama realita saat ini. Banyak banget orang-orang yang mendadak jadi caleg alias wakil rakyat yang pasang banyak poster dan berebut hati masyarakat.

Nah, hal itu bener-bener digambarin di film ini. Film yang diperanin sama Agus Kuncoro, Babe Cabita dan Almh. Julia Perez ini ceritain tentang kehidupan mereka bertiga yang bersahabat tapi jadi saling bersaing karena mendadak jadi caleg. Film kocak ini sayangnya enggak terlalu booming, meski ditayangkan pas momen pemilu lima tahun lalu.

 

4. Di Balik 98 (2015)

Apa yang terjadi di balik kekisruhan pada 1998 memang enggak terlalu bisa kita baca dengan gamblang. Banyak yang berharap kalau film Di Balik 98 ini nyeritain apa yang sebenernya terjadi pada tahun tersebut.

Sayangnya, film yang dibintangi Chelsea Islan ini bukan film dari kisah nyata. Meski gitu, film fiksi karya debutan Lukman Sardi sebagai sutradara ini cukup punya inti cerita yang nyentuh.

 

5. Moonrise Over Egypt (2018)

Ngomongin politik enggak melulu soal pemilu. Ada juga urusan diplomatik yang enggak jauh-jauh dari dunia perpolitikan. Film berjudul Moonrise Over Egypt merupakan film kisah nyata yang nyeritain perjuangan Agus Salim ke Mesir supaya Indonesia diakuin sebagai negara merdeka.

Film yang nyeritain tentang sejarah percaturan politik Indonesia di mancanegara ini ternyata kurang diminati penonton. Padahal, riset yang dipakai sama film ini udah begitu dalam dan mirip sama realitanya.

 

Special Mention: Suara April (2019)

Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersama dengan sutradara Emil Haradi dan Wisnu Legowo, serta produser Darius Sinathrya bikin film Suara April. Film nonkomersial ini menjadi salah satu medium untuk sosialisasikan betapa pentingnya menggunakan hak suara dalam pemilu.

Menceritakan seorang guru dan relawan demokrasi yang mencoba mempengaruhi orang-orang di suatu desa yang udah 15 tahun enggak ikut pemilu. Suara April akan ditayangkan di sekolah-sekolah dan desa pedalaman. KPU sengaja membuat film ini sebagai busur panah yang menyasar suara-suara anak muda dan kaum milenial. Semoga aja, film ini tayang di stasiun televise sebelum pemilu pada 17 April dimulai, ya.

***

Enggak seperti lima tahun lalu, bioskop kita dijejalin sama film bertema politik di Indonesia. Tahun ini kita belum lihat hal itu terjadi. Mungkin memang benar, film tentang politik enggak terlalu diminati. Nah, di antara lima film di atas. Adakah yang udah kalian tonton?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.