5 Hal dari Film KKN di Desa Penari yang Diharapkan Terjadi

Kisah KKN di Desa Penari banyak dibicarakan di Twitter sejak Agustus lalu. Kisah horor ini menarik perhatian para filmmaker Indonesia untuk mengadaptasinya ke layar lebar. Hingga, MD Pictures mendapatkan haknya untuk menghidupkan kembali kisah yang viral tersebut.

Bahkan, saat teaser-nya dirilis, videonya menjadi pembicaraan di media sosial. Hebatnya, kurang dari 24 jam teaser ini dirilis, udah lebih dari satu juta yang menontonnya di YouTube. Apalagi, cuplikan 1 menit 38 detik ini menampilkan adegan yang terasa familier, seperti ular besar, penari yang misterius, dan Nur yang kesurupan.

Lalu, sebenarnya apa yang diharapkan dari film KKN di Desa Penari yang tayang pada 19 Maret? Yuk, simak di bawah ini!

1. Lebih Mencekam dari Thread-nya

Dok. MD Pictures

Thread-nya udah disebar lebih dari 74 ribu kali, bahkan dibuat versi audionya oleh beberapa influencer, saking kompleksnya. Mengingat, utas yang ditulis oleh SimpleMan di Twitter-nya menghasilkan beberapa versi dari para tokohnya. Hal ini membuat para pembaca merasakan pengalaman berbeda saat membaca kisah tiap tokoh.

Nah, ketika materi tersebut diadaptasi jadi buku dan layar lebar, kisah lengkap KKN di Desa Penari pastinya mengalami peringkasan. Sutradara dan penulis skenario pun memadatkan kisah menjadi sekitar 2 jam di layar. Sang sutradara, Awi Suryadi, pun mengatakan bahwa filmnya bakal 90 persen mirip dengan utasnya.

Enggak masalah karena udah banyak film adaptasi yang mengalami hal ini. Alangkah baiknya, film KKN di Desa Penari bisa menampilkan kisah yang mewakili perspektif tiap tokoh. Misal, saat Nur yang kesurupan, bisa dari sudut pandang Wahyu, atau momen mencekam dari sudut pandang Widya.

2. Visual dan Nilai Produksi Dibuat Maksimal

Dok. MD Pictures

Kabarnya, film KKN di Desa Penari menelan bujet Rp15 miliar untuk biaya produksinya. Mendengar kabar ini, para pembaca utasnya juga memberikan respons beragam. Ada yang penasaran, ada yang ragu, dan ada yang enggak sabar nunggu.

Manoj Punjabi, selaku President Director MD Pictures menyatakan bahwa biaya tersebut dialokasikan untuk production value. Harapannya, penonton bisa mendapatkan sajian film yang believable dan memanjakan mata, ditambah dengan cerita yang kuat.

Salah satunya dengan inovasi penggunaan kamera. Untuk mendapatkan gambar yang wide, tim produksi menggunakan lensa anamorfik demi visual yang realistis. Selain itu, penggunaan CGI juga diminimalkan agar kesan realistisnya natural. Selain itu, desain produksi juga enggak boleh setengah-setengah.

3. Pemain Muda yang Tunjukkan Talenta

Saat pemain film KKN di Desa Penari diumumkan, enggak sedikit yang merespons positif. Memang, jika dilihat dari jajarannya, kebanyakan para pemain muda. Mereka adalah Tissa Biani sebagai Nur, Adinda Thomas sebagai Widya, Aghniny Haque sebagai Ayu, Achmad Megantara sebagai Bima, Fajar Nugra sebagai Wahyu, dan Calvin Jeremy sebagai Anton.

Meski para pemain baru reading pada Oktober dan syuting pada awal Desember 2019, sutradara yakin bisa menampilkan cerita dengan akting karakter yang kuat. Bahkan, Awi meminta para pemain untuk bisa berdialog dengan logat Jawa Timuran.

Selain itu, totalitas para pemain juga dibutuhkan. Untungnya, sebelum syuting, Awi meminta para pemain untuk latihan. Seperti Aghniny yang harus berani berhadapan dengan 3 ular besar dan 50 ular kecil. Kemudian, Adinda Thomas harus menggendong ular sanca seberat 20 kg.

Diharapkan, totalitas mereka bisa membayar ekspektasi visual para pembaca Thread KKN di Desa Penari. Misalnya, adegan intim antara Bima dan Ayu bisa ditampilkan realistis. Nah, jika adegan intim ini ada di filmnya, udah pasti film ini bakal diperuntukkan untuk penonton di atas 17 tahun ke atas.

4. Bukan Menjual Jumpscare

Dok. MD Pictures

Sayang sekali jika bujet sebesar Rp15 miliar dan totalitas para pemain kalah dengan jumpscare yang ditampilkan. Lagipula, zaman sekarang film horor yang hanya menjual jump scare dengan banyaknya penampakan hantu rasanya udah klise.

Sementara, experience saat baca utasnya lebih ke perasaan ngeri dari peristiwa yang dirasa enggak masuk akal. Nah, daripada menjual jumpscare, sutradara yang udah total bangun set dan karakter, bakal terasa sia-sia kalau isinya kaget-kagetan aja.

Dengan set pedesaan yang natural dan pengambilan gambar pakai lensa anamorfik, diharapkan film ini sajikan atmosferik yang mencekam. Ditambah dengan scoring yang enggak lebay, film KKN di Desa Penari ini bakal jadi tontonan ‘mimpi buruk’.

5. Cukup Satu Film Aja

Dok. MD Pictures

Alias enggak butuh sekuel! Soalnya, kisah aslinya sebenarnya enggak terlalu berbelit, hanya saja dengan berbagai perspektif jadi terlihat rumit. Jika filmnya dibuat ber sekuel-sekuel, rasa horornya jadi berkurang karena hanya pengulangan.

Jika film KKN di Desa Penari ini sukses dan dibuat sekuel, cerita apa lagi yang akan diangkat, kalau sebenarnya bisa diselesaikan dalam satu film. Soalnya, jika sekuelnya menceritakan hal lain atau hal baru, magis kisah KKN ini akan berkurang. Memang, kisahnya viral, tapi bukan berarti sekuelnya bikin penggemar terus bertahan.

***

Harapannya, film KKN di Desa Penari bakal tampilkan horor dengan formula baru, seperti sinematografi kelam, dialog yang sederhana tapi ngena, dan minim jumpscare. Bagaimana dengan kalian? Apa yang kalian harapkan dari film ini? Bagikan di kolom bawah, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.