5 Film Lokal yang Bikin Kita Tahu Kondisi Perbatasan Indonesia

Pada 27 April 2019, perbatasan laut Indonesia sempat “panas”. Ketegangan di Laut Natuna, ketika kapal Vietnam masuk ke perarian Indonesia, lalu tabrak kapal TNI AL, karena kepergok curi ikan. Enggak hanya itu, udah beberapa kali perbatasan Indonesia jadi sorotan, mulai dari konflik sampai soal kelayakan perbatasan kita.

Nah, film jadi salah satu cara buat memperlihatkan seperti apa, sih, keadaan perbatasan Indonesia. Tahu enggak, sih, kalian kalau ada beberapa film Indonesia yang berlatar di lokasi tersebut? Entah maksudnya hanya sekadar jadi latar, atau memang ada hal yang mau disampaikan terkait kondisi di sana.

Penasaran? Berikut, deretan film lokal yang bisa membantu kalian buat paham kondisi di perbatasan Indonesia.

 

1. Batas (2011)

Via Istimewa

Dari judulnya, kita udah tahu kalau film ini akan menceritakan kondisi perbatasan Indonesia. Latar yang diambil adalah bagian utara Kalimantan. Jaleswari (Marcella Zalianty), seorang karyawan dari Jakarta yang mau mencari solusi soal program CSR kantornya yang selalu gagal.

Di pedalaman Kalimantan, Jaleswari terjebak untuk benar-benar memperbaiki banyak hal yang ada di perbatasan Indonesia. Mulai dari infrastruktur, sampai pola pikir masyarakat yang lebih memilih bekerja di luar negeri dari pada sekolah.

Dari film Batas, kita tahu bahwa sulit menerapkan pendidikan di daerah perbatasan. Namun di balik itu, kita tahu bahwa ada orang-orang yang dengan semangatnya ingin menumbuhkan pendidikan di daerah.

 

2. Tanah Surga… Katanya (2012)

Via Istimewa

Masih berlatar di Kalimantan, film Tanah Surga… Katanya adalah film dengan cerita kompleks. Tentang daerah perbatasan Indonesia dengan penduduknya yang setiap hari lebih merasa “negeri tetangga” lebih menjanjikan ketimbang negeri sendiri. Mereka melihat Malaysia punya potensi lebih besar untuk hidup lebih baik.

Cerita intinya, ada pada Hasyim yang berkeras diri untuk tetap tinggal di Indonesia dan enggak mau pindah ke Malaysia. Bukan film kacangan, dengan premis yang berani, film ini berhasil raih enam penghargaan, termasuk “Film Terbaik” di FFI 2012.

 

Lewat film Tanah Surga… Katanya, ada pesan bahwa kehidupan masyarakat di perbatasan perlu perhatian. Film ini juga mengajarkan soal ikhlas dan cinta. Biar pun hidup di perbatasan dengan kondisi apa adanya, kita tetap percaya bahwa suatu saat pemerintah pasti akan memperhatikan wilayah perbatasan.

3. Tanah Air Beta (2010)

Via Istimewa

Dibintangi aktor dan aktris terkenal Indonesia, film Tanah Air Beta menunjukkan betapa sulitnya berada di daerah yang dulunya terjadi konflik. Berlatar di NTT, tepatnya di perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste, film ini bercerita tentang pengungsi warga eks Timor-Timur di NTT yang keluarganya terpisah.

Lewat film garapan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen ini, kita jadi tahu bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang hidup miskin di perbatasan. Film ini bisa membuka mata kita tentang sisi lain Indonesia. Masih banyak ketidakmerataan di Indonesia, dan Tanah Air Beta berani menghadirkan kenyataan tersebut.

 

4. Badai di Ujung Negeri (2011)

Via Istimewa

Film ini juga menceritakan konflik-konflik yang terjadi antara Indonesia dengan negara tetangga. Hal itu juga yang terjadi dan dialami oleh Badai (Arifin Putra), seorang marinir yang bertugas di Laut Cina Selatan, perbatasan Indonesia dengan Filipina.

Beberapa kasus membuat dia terjebak dan harus diungkap satu-persatu. Peperangan kecil dan pembunuhan, jadi hal yang luput dari pemberitaan besar media. Hal itu yang juga terjadi di perairan-perairan terluar Indonesia.

5. Atambua 39° Celsius (2012)

Kembali ke perbatasan Indonesia dan Timor Leste, di sanalah Riri Riza dan Mira Lesmana mengambil gambar untuk film Atambua 39° Celsius. Film ini berusaha menceritakan sekelumit kisah penduduk di Atambua. Joao telah terpisah dari ibunya sejak berusia tujuh tahun. Dia dibawa eksodus ayahnya pindah ke Atambua setelah referendum 1999.

Kisah cinta, keluarga, konflik campur aduk di film yang juga banjir penghargaan. Menariknya, tiga aktor utama yang dipilih, pernah atau sedang tinggal di Atambua. Gudino Soares pernah mengungsi ke Atambua ketika berusia sekitar lima tahun, Petrus Beyleto adalah pekerja LSM PAUD di Atambua, dan Putri Moruk adalah putri seorang polisi di Timor Leste yang ikut mengungsi bersama keluarganya ke Atambua.

 

***

Lima film di atas bakal bikin kalian lebih tahu tentang apa yang terjadi di bagian paling luar Indonesia. Patut diapresiasi, karena enggak banyak sineas Indonesia yang berani mengambil latar perbatasan Indonesa.  Di antara lima film di atas, berapa banyak yang udah kalian tonton?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.