5 Film soal Orientasi Seksual yang Bikin Pikiran Lo Terbuka

Orientasi seksual yang enggak lazim sering kali dianggap sebagai pembahasan yang tabu. Bahkan, film-film dan literatur yang membahas tentang hal tersebut enggak jarang dianggap sebagai bentuk propaganda untuk melegalkan kelainan orientasi seksual dan bikin masyarakat jadi “sakit”.

Pendapat itu enggak sepenuhnya tepat, sih, karena karya fiksi punya fungsi buat menceritakan apa yang terjadi di tengah masyarakat dan bikin kita sadar bahwa hal-hal kayak gitu bener-bener ada. Nah, selama lo udah cukup umur, karya fiksi kayak film yang menceritakan tentang kelainan seksual justru bikin mata lo terbuka. Lo juga lebih menghargai masyarakat serta pilihan yang mereka ambil.

Tertarik buat nonton? Kalau usia lo udah dewasa, coba, deh, buka mata lo dengan film-film bertema orientasi seksual ini.

1. The Olivia Experiment (2012)

Via istimewa

Tahukah lo bahwa enggak semua orang punya hasrat buat berhubungan seksual? Kondisi gairah seks rendah itu disebut dengan istilah aseksual. Kalau lo masih bingung bagaimana orang aseksual menjalani hidup, lo bisa nonton The Olivia Experiment. Film yang satu ini berkisah tentang Olivia, seorang gadis yang ngerasa bahwa dia enggak punya ketertarikan pada seks. Nah, buat memperbaiki hal tersebut, Olivia akhirnya menerima tawaran seks dengan seorang teman cowok.

Sayangnya, aktivitas seksual itu justru membuat Olivia makin ngerasa enggak nyaman. Melakukan seks memang bukan jalan keluar bagi Olivia. Nah, terkait spektrum seks aseksual, para pengidapnya memang harus tahu apa yang bikin mereka nyaman. Kalau melakukan seks secara konvensional bikin mereka makin ngerasa “bersalah”, hmm, sepertinya mereka harus menghindari hal itu.

2. Lolita (1997)

Via istimewa

Novel Lolita (1955) karya Vladimir Nabokov ini pernah jadi kontroversi dan dicekal di beberapa negara. Pertama, Lolita dianggap mempengaruhi pembaca buat jadi pedofil. Kedua, Lolita juga dianggap plagiat dari cerpen Jerman dengan judul sama yang terbit pada 1916. Kedua, banyak orang menganggap kalau Nabokov mengalami Cryptomnesia alias lupa bahwa dia pernah baca suatu karya.

Nah, terlepas dari pelarangan edarnya di negara kayak Inggris dan Prancis, novel ini sebenernya cuma menceritakan apa yang dirasakan Humbert yang jatuh cinta sama anak tirinya. Enggak ada provokasi buat mendukung apa yang dilakukan Humbert. Bahkan, tokoh Humbert aja digambarkan merana karena obsesinya akan Lolita.

Jangan lo kira Humbert seperti pedobear yang hobi menjerat mangsa. Kepada Lolita, cinta Humbert itu agung banget. Bahkan, Humbert juga masih cinta sama Lolita meskipun dia udah dewasa. Nah, bisa dipertanyakan juga apakah Humbert memang pedofil, atau dia hanyalah cowok normal yang kesepian dan enggak bisa move on dari kenangannya?

3. 50 Shades of Grey (2015)

Via istimewa

Kebanyakan pengamat film menganggap kalau 50 Shades of Grey adalah film yang enggak berkualitas dengan cerita yang dangkal. Hal itu diperkuat juga dengan rating jebloknya dan film sekuelnya, 50 Shades Darker (2017), di berbagai platform. Namun, terlepas dari rating-nya yang buruk dan cerita yang katanya enggak berkelas dan dibuat-buat, film ini sukses bikin kita paham tentang bagaimana keinginan seksual seorang sadomasokis.

Sadomasokis amat bergairah bila dia menyiksa orang lain saat berhubungan seksual. Dia ngerasa bahwa kemampuan berkuasa dalam hubungan seks itu penting, layaknya Christian Grey, cowok kaya-keren-beken yang jadi tokoh di film ini. Oh ya, pasangan tepat sadomasokis adalah masokis. Masokis adalah mereka yang menikmati disiksa saat berhubungan seks. Hmm, menurut lo, hubungan kaya gini sehat, enggak?

4. Taxi Driver (1976)

Via istimewa

Selain merekam kesunyian mantan tentara Amerika Serikat di Perang Vietnam, Taxi Driver rupanya juga menyimpan isu Madonna-whore complex, kondisi saat seseorang cenderung mengotak-kotakkan lawan jenis hanya dalam dua kelompok: virgin dan pelacur. Dalam tahap ekstrem, pengidap orientasi ini enggak sanggup bercinta sama seseorang yang mereka anggap virgin, karena orang-orang dalam kelompok itu dianggap enggak pantas terdosa.

Berkisah tentang Travis Bickle, seorang mantan marinir Perang Vietnam yang depresi dan enggak dapet penghargaan atas jasanya. Buat ngobatin insomnia, Bickle pun memutuskan buat jadi supir taksi. Nah, dalam petualangannya itu, dia ketemu sama Betsy, seorang cewek berkelas. Dia pun ketemu sama Iris, seorang PSK remaja yang pada akhirnya diselamatin dari mucikarinya.

Nah, obsesi Bickle sama kedua cewek tersebut berbeda. Orientasi Bickle sebenernya masih banyak diperdebatkan. Ada yang bilang hal ini terjadi sama dia murni karena dia enggak mampu menggapai Betsy yang bak dewi. Kalau menurut lo sendiri, bagaimana?

5. Blue Is the Warmest Color (2013)

Via istimewa

Film Prancis dengan judul asli La Vie d'Adele ini berkisah tentang seorang remaja yang sedang mempertanyakan dirinya sendiri, Adele. Usai putus dengan kekasihnya, Adele pun makin gamang sama preferensi seksualnya. Pada suatu titik dalam hidupnya, dia ketemu sama Emma, seorang pelukis lesbian dengan rambut biru. Mereka pun berkenalan dan lama-lama saling jatuh cinta.

Apakah film ini membosankan karena lagi-lagi, mengangkat masalah LGBT layaknya ribuan film lain yang pernah ada? Apakah muatan seksual jadi bahan jualan film ini? Enggak! Memang, ada adegan seks lesbian yang cukup lama, tapi, senjata film pemenang Palme d'Or 2013 ini bukanlah adegan tersebut.

Plot yang terjalin dengan manis dan penggambaran alamiah Adele yang beranjak dewasa menjadi alasan kenapa film coming-of-age satu ini layak tonton. Lo pun jadi paham kenapa Adele yang tadinya kelihatan suka sama cowok, jadi berubah haluan menjadi suka pada sesama jenis.

***

Berbahaya enggak sih, nonton film-film dengan tema orientasi seksual yang beragam? Selama lo udah masuk umur dewasa, nonton film-film itu sama sekali enggak berbahaya buat lo. Bahkan, lo pun jadi bisa belajar menghargai pilihan orang lain, selama mereka enggak merugikan lo dan dunia tentunya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.