Berbagai Rekomendasi Film untuk yang Doyan Overwork

Setiap industri sukses pasti memiliki budaya kerja yang kokoh sehingga mampu membentuk serikat kerja yang kompak dan terampil. Namun di balik budaya kerja keras yang konon terlihat berkelas itu, ada silent killer bernama overwork (lembur). Di beberapa negara maju seperti Jepang, Tiongkok, bahkan Korea Selatan, budaya overwork telah menjadi lifestyle. Entah itu, artis, engineer, karyawan kantoran hingga buruh banyak yang terjebak overwork; bisa jadi setiap hari. 

Dalam pekerjaan, lembur memang tidak salah. Namun, apakah sehat menganggap bahwa lembur adalah sebuah aktualisasi diri yang baik bahkan tolok ukur kesuksesan seperti yang kini dilakukan banyak anak muda?

Ada banyak dampak dari karyawan yang lembur terus-terusan. Apa saja? Temukan jawabannya melalui beberapa rekomendasi film tentang bahaya overwork berikut ini.

Rekomendasi film untuk yang doyan overwork

Salaryman (2021)

Via Istimewa

Salaryman merupakan sebuah film dokumenter yang menyorot sisi kelam budaya overwork di Jepang yang sudah mendarah daging. Film Salaryman ini berdurasi 80 menit. Dalam waktu sesingkat itu, sutradara Allegra Pacheco akan membawamu menyelami fenomena overwork.

Melalui film dokumenter Salaryman, kamu akan melihat keseharian para pekerja kerah putih di Jepang yang dikemas dengan sangat artistik. Kamu akan melihat bagaimana budaya overwork muncul dan mengapa ia bisa mengakar kuat di Jepang selama puluhan tahun. Bahkan, hal itu sampai membuat stigma kuat di masyarakat bahwa Salaryman itu termasuk jajaran orang berstatus sosial tinggi di sana.

Namun, kebanggaan itu enggak selamanya baik. Ada beberapa di mana kasus karyawan meninggal dunia saat bekerja karena terlalu overwork. Maka, overwork menjadi silent killer yang menakutkan bagi para pekerja di Jepang.

Ingin tahu manis-pahitnya overwork di Jepang? Yuk, segera tonton filmnya supaya kamu menyadari bahwa work-life balance itu penting.

The Rose (1979)

Via Istimewa

Sebuah karya menarik yang membahas bahaya budaya overwork lainnya adalah film The Rose. Film ini mengisahkan perjalanan hidup seorang diva musik rock ternama bernama Mary Rose Foster atau “The Rose”.

Film The Rose di sutradarai oleh Mark Rydell yang piawai menggarap film bergenre musik dan drama. Selama 125 menit menonton film ini, kamu nanti akan diajak menyelami keseharian seorang rockstar perempuan yang dipaksa kerja terus-terusan oleh manajernya.

Promotor sekaligus manajernya Rudge Campbell, adalah orang yang gila harta, serakah dan otoriter. Dia selalu memberikan jadwal manggung yang padat dan aturan yang ketat kepada Rose. Akibat terlalu banyak bekerja, kesehatan mental Rose terganggu.

Rose mulai mengalami kelelahan, depresi, stres hingga insomnia. Bahkan dia mulai merasa takut tidak bisa memenuhi ekspektasi fans dan manajernya. Akibatnya, Rose memilih lari dari kenyataan dan tenggelam dalam alkohol dan narkotika.

Semakin lama, kehidupan, pekerjaan dan social life Rose semakin buruk. Bahkan dia sampai tidak mau lagi kerja dan konser. Terlebih, ada manajer yang sangat brutal dalam mengontrol Rose untuk terus bekerja keras.

Namun, di pertengahan film nanti ada sosok yang bisa mengubah cara pandang Rose dalam bekerja sebagai penyanyi. Hal ini juga bisa kamu jadikan inspirasi buat bekerja sesuai passion tanpa menyakiti diri sendiri.

Producing Parker (2009-2011)

Via Istimewa

Rekomendasi berikutnya adalah serial TV “Producing Parker”. Producing Parker merupakan program TV yang menceritakan kehidupan seorang produser TV yang selalu bekerja terlalu keras (overwork) dengan bayaran rendah. Dan rekan-rekan krunya yang bekerja di acara daytime talk show.

Acara ini dibuat oleh Laura Kosterski dan Carolyn Newman. Series Producing Parker tayang selama dua tahun secara penuh. Acaranya cukup menarik dan mengundang tawa. Namun, di balik itu semua, lelucon yang ditampilkan di dalam acara tersebut merepresentasikan kegelisahan, depresi, dan stres dari budaya overwork.

Mungkin creator Producing Parker ingin memberi solusi kepada para pekerja yang overwork, yakni “Salah satu cara melawan penderitaan (overwork) adalah menertawakannya”. 

Meratapi deadline kerja yang berat dan atasan yang galak malah akan membuat kejiwaanmu semakin buruk. Jadi, kenapa tengak diolah menjadi bahan komedi saja biar lebih rileks? Kadang komedi bisa memberi sudut pandang lain yang lebih luas dan menentramkan hari.

Jika kamu ingin tahu berbagai budaya overwork yang buruk bisa menjadi bahan komedi yang segar, maka kamu wajib menonton ini.

Work Life Balance Short Film (2017)

Film tentang bahaya overwork selanjutnya adalah animasi Work Life Balance Short Film. Work Life Balance Short Film merupakan film animasi pendek berdurasi 4 menit 11 detik karya OCC CAREERS Ministry Channel. Film ini tayang pada 10 Oktober 2017 di kanal YouTube. 

Work Life Balance Short Film mengisahkan tentang seorang pekerja yang disiplin dan rajin dalam menyelesaikan pekerjaannya. Performa hariannya selalu 100%. Di mata bos, karyawan ini sangat menguntungkan. Sehingga, setiap performanya turun, dia selalu diberi teguran.

Konflik pun di mulai, saat perusahaan memaksanya untuk terus bekerja secara perfeksionis. Dia mulai melakukan overwork setiap hari. Lembur-lembur-lembur dan pulang larut malam.

Keretakan rumah tangga akibat overwork mulai terasa. Anaknya tumbuh tanpa dia sadari. Istrinya mulai tidak lagi sehangat dulu. Belum selesai sampai di situ, si bos menaikkan standar kerja para karyawannya menjadi 150% dari standar biasanya. Dengan beban kerja yang berlebih, loyalitas dan komitmen kerja, dia harus terus-terusan overwork.

Sampai suatu ketika dia ingin resign dari pekerjaan karena dia sudah mengalami gangguan mental, gangguan kesehatan dan keretakan rumah tangga. Tapi, karena dia takut posisi jabatan dan penghasilannya akan digantikan oleh orang lain, akhirnya dia enggak jadi resign. 

Ia menahan sakit sepanjang hidupnya untuk terus overwork demi perusahaan. Pekerjaan yang tadinya menjadi mata pencaharian untuk menyambung hidup, berubah menjadi obsesi.

The Extreme 996 Work Culture in China

The Extreme 996 Work Culture merupakan dokumenter besutan Vice yang singkat tentang budaya overwork di Tiongkok. Video dokumenter berdurasi 16 menit 41 detik dibuat oleh Vice Asia dan dipublikasikan di kanal YouTubenya.

Asal muasal 996 adalah ambisi negara Tiongkok untuk menjadi negara maju dan menggeser Jepang dari peringkat negara produktif di dunia. Semua aturannya tertuang dalam 996 Work Culture. 

Setiap perusahaan strategis di Tiongkok, didukung untuk memperkerjakan karyawannya dengan jam kerja 9 pagi- 9 malam selama 6 hari kerja. Artinya, karyawan bekerja selama 72 jam selama seminggu. Inilah overwork di China.  

Ambisi untuk menjadi negara maju memaksa Tiongkok untuk terus produktif. Para pekerja terus bekerja siang dan malam untuk membantu negara mencapai ambisi tersebut. Jika kamu enggak kuat overwork, banyak orang lain yang siap dan sanggup menggantikanmu.

Apakah ini kejam? Iya. Apakah overwork berbahaya? Kesehatan, social life hingga hubungan keluarga pasti terganggu. Namun, demi menjadi negara maju, pemerintah Tiongkok mau menanggung resikonya.

Heart Attack (2015)

Via Istimewa

Budaya overwork enggak cuma harus diantisipasi oleh pekerja kantoran penuh waktu. Pekerja lepas yang bekerja secara remote bahkan rentan dengan budaya ini, lho. Hal ini dilandasi oleh ketidakpastian pekerjaan freelancer, sehingga banyak di antara mereka yang kemudian terobsesi untuk mengambil banyak pekerjaan tanpa mengindahkan kesehatan.

Hal ini dilakukan oleh Yoon, seorang desainer grafis freelance yang kerap mendapatkan pekerjaan dari temannya di agensi. Meski lelah, ia terlalu terobsesi dengan pekerjaan-pekerjaan itu. Ia bahkan akan selalu melakukan yang terbaik dan enggak pernah menolak pekerjaan sehingga ia menjadi semakin disukai oleh banyak klien.

Sayang, para klien enggak tahu adalah bahwa ia membayar semua itu dengan kesehatannya. Dalam tahap ekstrem, Yoon bahkan enggak tidur berhari-hari! Menurutnya, freelancer enggak boleh menolak pekerjaan karena bisa saja nantinya ia enggak akan mendapatkan pekerjaan lagi.

Film ini menyenangkan untuk ditonton karena selain merepresentasikan kehidupan banyak pekerja lepas yang takut pada ketidakpastian, juga menyisipkan romansa, yakni antara Yoon dengan Imm, dokter tempatnya memeriksakan diri.

***

Dari beberapa film di atas kita tahu bahwa overwork itu berbahaya karena berdampak buruk bagi kesehatan fisik, mental, dan social life. Tentu saja bekerja itu wajib demi memenuhi kebutuhan dan menjadi bermanfaat buat orang lain, namun menyeimbangkan kehidupan itu wajib hukumnya.

Kamu bisa menyeimbangkan kehidupan dengan mendaki gunung yang terbukti dapat menghilangkan stress serta membantu fisik kamu untuk pulih. Kamu juga bisa membatasi pekerjaan dan enggak menunda pekerjaan demi menghindari ritme tidur yang buruk.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.