5 Iklan di Film Indonesia yang Kemunculannya Mengganggu

– Iklan film Indonesia di bawah ini menempatkan produknya dalam cerita.
– Sebagian besar product placement enggak sesuai latar waktu.

Harus diakui, sponsor adalah salah satu elemen penting dari sebuah produksi dalam film. Namun, tentu tidak ada hal yang gratis. Sponsor niscaya akan meminta ruang khusus untuk menampilkan brand-nya. Baik hanya sebatas logo di credit title atau bisa jadi masuk dalam cerita.

Nah, di Indonesia hal itu makin lumrah, product placement dalam film bahkan kerap kita lihat. Namun, ada beberapa yang kurang pas dengan latar film, sehingga terkesan maksa, karena penempatannya yang tak begitu mulus. Akhirnya terlalu jadi perhatian penonton. Memang, beberapa adegan iklan dalam film Indonesia tersebut diingat penonton.

Di film Indonesia apa saja yang menempatkan iklan dalam adegan dengan kurang tepat? Berikut daftarnya.

1. Sosis (Alangkah Lucunya Negeri Ini)

Via Citra Sinema

Film Alangkah Lucunya Negeri Ini (2010) cukup berhasil menarik perhatian publik. Bahkan, berhasil memenangkan tiga Piala Citra dari 11 nominasi yang didapatkannya. Film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar ini memang punya pesan tersirat yang bagus untuk dimaknai.

Banyak iklan dalam film ini. Ada yang mulus ditampilkan, ada pula yang terkesan menonjol. Salah satunya adalah produk sosis yang beberapa kali muncul dalam film. Bahkan, kemunculan iklannya paling pertama dalam film ini.

Diceritakan, Pipit (Tika Bravani) yang sarjana tapi belum bekerja dan hobinya mengikuti kuis di televisi. Kuis yang diikuti adalah mengumpulkan bungkus suatu merek sosis agar mendapatkan hadiah. Lalu, adegan lain ketika Muluk (Reza Rahadian) membeli oleh-oleh sosis sebagai hasil kerja pertamanya.

2. Makanan Ringan, Minyak Angin, dan E-toll (Habibie & Ainun)

Via MD Pictures

Tak kalah banyak dari Alangkah Lucunya Negeri Ini, film Habibie & Ainun (2012) juga banyak menempatkan iklan produk dalam adegannya, antara lain sirop markisa, makanan ringan, produk kosmetik, minyak angin, gerbang tol otomatis, dan e-toll.

Memang, beberapa cukup mulus ditampilkan, tapi sebagian besar lebih menonjol. Hal yang mengganggu, yakni enggak sesuainya latar dengan produknya, yakni pada era 1990-an. Seperti, merek makanan ringan yang ditampilkan pada latar 1990-an di film, padahal produk tersebut baru dipasarkan pada 2005.

Kemudian, produk minyak angin yang dipasarkan pada 2004, kartu e-toll beserta gerbang tol yang baru ada pada 2009, dalam film ditampilkan pada latar 1999. Adanya ketidaksesuaian time frame dalam visualisasi produk pada adegan dirasa kurang relevan dan cukup maksa bagi sebagian penonton.

3. Aplikasi Ojek Daring (Foxtrot Six)

Via MD Pictures

Foxtrot Six (2019) adalah salah satu film aksi yang digadang akan jadi lompatan besar film Indonesia. Film ini hadirkan inovasi baru, efek CGI yang memukau dengan latar Indonesia di masa depan, ditambah para aktor ternama yang membintanginya.

Sayang, ada satu yang barangkali bikin penonton agak mengernyitkan dahi, yakni adegan ketika kamera menampilkan sisi kota dari atas. Adegan tersebut menampilkan gedung-gedung pencakar langit, dan dengan gamblang menampilkan logo sekaligus merek dari aplikasi ojek online.

Warna hijau terangnya tentu mendominasi layar di zaman distopia. Alih-alih menampakan sisi nyata dari sebuah landscape kota modern era 2030, penonton jadi langsung fokus pada logo aplikasi tersebut. Bisa jadi, merek tersebut ditampilkan sebagai rasa optimis brand yang diharapkan masih ada hingga 2030.

4. Provider Telekomunikasi (Dilan 1991)

Via Falcon Pictures

Berhasil jadi salah satu film Indonesia terlaris sepanjang masa, tentu banyak sponsor yang mendekat. Film Dilan 1991 (2019) memang kebanjiran sponsor, mulai dari muncul di dalam adegan, credit title, hingga after credit. Namun, ada satu produk placement yang kemunculannya cukup mengganggu, terlebih dengan latar 1991.

Terdapat iklan provider plat merah yang merek barunya dipasarkan pada 2014. Iklan tersebut berwujud spanduk dan menempel di warung tempat Dilan nongkrong. Tak hanya sekali, pada saat adegan keluarga Milea dan Hugo di sebuah pusat perbelanjaan, iklan tersebut muncul di dinding.

Iklan tersebut dianggap kurang relate dengan latar zamannya. Pada 1991, belum banyak orang yang pakai ponsel genggam. Bahkan, Dilan masih bolak-balik telepon Milea di fasilitas telepon umum.

5. Cemilan Modern dan Obat Nyamuk (Di Bawah Naungan Ka’Bah)

Via MD Pictures

Film Di Bawah Naungan Ka’bah (2011) sebetulnya sudah cukup detail menampilkan latar Indonesia pada 1922. Dari mulai pakaian, bangunan rumah, sampai adat istiadat. Namun, ada satu yang cukup mengganggu, yakni soal product placement yang tak sesuai latar waktu adegan.

Ada adegan yang menampilkan sebuah cemilan cokelat yang sudah tentu tidak ada pada zaman tersebut. Cemilan coklat tersebut baru dipasarkan pada 2006. Memang, produk tersebut sudah coba untuk dibuat dengan kemasan yang kuno, tapi penonton pun menyadari bahwa produk tersebut kekinian.

Lalu, ada juga produk cemilan kacang yang baru hadir pada 1987. Terakhir, produk obat nyamuk spray yang baru ada pada 2003.

***

Product placement memang kadang mengganggu penonton jika ditempatkan kurang rapi, butuh kepiawaian sineas untuk membuat produk-produk itu terasa menyatu dengan adegan dan penonton tetap merasa produk tersebut memang berguna. Nah, dari deretan iklan film Indonesia di atas, menurutmu mana yang mengganggu?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.