Ironi sang Penghibur

Selalu tampil lucu dan harus menghibur tentu jadi salah satu tantangan terbesar para komedian. Tak peduli keadaannya sedang baik atau tidak, lelucon harus mereka siapkan untuk mengocok para penonton setianya.  Tanpa kita sadari, komedian tentunya juga seperti manusia lainnya yang pernah mengalami kondisi psikis yang kurang baik walaupun dia dituntut harus terlihat lucu.

“Pernah ngalamain, pas lagi ada masalah di belakang. Yang pasti, sih, yang berat buat komedian itu adalah kita harus tetap terlihat lucu, tetap terlihat ceria, tetap kelihatan profesional, walau dalam keadaan apa pun. Menutupi hal itu yang susah, tuh, ya sudah pura-pura saja” kata komika Rigen saat ditemui KINCIR beberapa waktu lalu.

Tak hanya RIgen, komedian Nunung juga berbagi kisah soal bagaimana ia menjaga mood agar tetap profesional di atas panggung.

Mood tidak baik sebelum syuting itu lumrah dan sering namun saat di dalam panggung semua rasanya sirna. Jadi lupa permasalahan-permasalahan. Aku pokoknya mencoba untuk selalu profesional,” jelasnya.

Bahkan, menurut perempuan bernama lengkap Tri Retno Prayudati ini merasa tidak lucu. Srimulat mendidiknya untuk mengumpan lawan agar jadi lucu.

“Aku merasa tidak lucu orangnya, hanya aku dibesarkan dari Srimulat, dididik dengan mengumpan untuk lawanku menjadi lucu. Aku di luar panggung banyak yang bilang lebih diam karakternya. Justru aku gampang tertawa oleh teman dan keluargaku bukan aku yang melucu, jadi kadang-kadang kalau ada yang nyuruh aku ngelawak di luar panggung aku cuma senyum aja, hehehe,” jelas Nunung.

Kebayang enggak, sebenarnya di balik persona Nunung yang bikin kita terpingkal, ia justru pendiam. Panggung memang bisa mengubah segalanya. Bahkan, komedian sekelas Rowan Atkinson pernah membuat sebuat pernyataan yang bikin pilu. “I love walking in the rain because no one can see me crying,” katanya.

Rasanya, ini bikin kita langsung mengingat betapa ironisnya kehidupan komedian ternama di dunia, Robin Williams. Agustus 2014, Williams ditemukan meninggal dalam keadaan gantung diri di rumahnya. Sebelum kematiannya, Williams diketahui mengalami depresi dan gangguan kecemasan imbas dari penyakitnya, yaitu Lewy Body Dementia.

Via Istimewa

Apa yang terjadi pada Robin Williams merupakan salah satu contoh dari sad clown paradox, yang merupakan hubungan kontradiktif antara komedi dan gangguan mental. Menurut Deborah Serani lewat bukunya yang berjudul Living with Depression, komedian menggunakan humor sebagai respons “lawan fobia” terhadap kegelapan dan kesedihan yang mereka rasakan.

Selain Williams, enggak sedikit juga komedian lainnya yang mengungkapkan perjuangan mereka melawan depresi. Jim Carrey, aktor komedi yang begitu populer di era 1990-an, mengaku sempat berjuang melawan depresi pada satu poin kariernya sebagai aktor, hingga meminum obat antidepresi untuk menangani situasi tersebut.

Enggak hanya komedian Hollywood, ada komedian Indonesia yang juga tidak ragu menceritakan pengalamannya saat menghadapi depresi. Lewat kanal YouTube Sule Productions, Dodit Mulyanto, jebolan Stand Up Comedy Indonesia 2014, mengaku dia sempat depresi pada saat awal kariernya melonjak.

Hal ini terjadi karena Dodit merasa selalu dituntut untuk tampil lucu, tidak boleh marah, dan sopan oleh masyarakat. “Akhirnya saya lebih memilih untuk membatasi aktivitas publik. Saya memilih untuk enggak ke mana-mana. Hidup saya lebih depresi saat itu,” ungkap Dodit.

Dodit mengaku tertekan karena saat itu dia masih menyesuaikan diri dengan popularitasnya. Kini, Dodit sudah bisa beradaptasi dan tidak mau terlalu memikirkan tuntutan orang. Dodit berusaha bersikap santai terhadap respons masyarakat tentang dirinya.

Via Istimewa

Dodit bukan satu-satunya komika yang pernah merasakan stres selama kariernya sebagai komedian. Ernest Prakasa mengungkapkan kepada KINCIR juga pernah mengalami masalah dan stres saat harus menampilkan Stand up comedy. Untuk meminimalisir stres yang dialaminya, Ernest mencoba membuat dirinya terhibur dengan joke yang akan dia tampilkan kepada penonton.

“Komedian atau bukan, intinya kalau ada di sorotan publik, tekanannya semakin besar. Terkadang, kami tertekan untuk selalu tampil happy dan selalu lucu. Menurut gue yang penting banget, sih, punya support system yang baik dari keluarga dan pertemanan yang bisa menguatkan di saat-saat berat. Tuntutan untuk selalu tampil prima, lucu, menyenangkan di depan orang itu, ‘kan, berat,” ujar Ernest.

Senada dengan Ernest, Rigen juga membutuhkan orang lain di kala dirinya sedang merasakan tekanan dan stres saat harus tampil lucu di depan banyak orang. Salah satu cara Rigen untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan terbuka dengan orang-orang di sekitarnya.

“Banyak ngobrol sama orang dan harus lebih terbuka lagi. Kita pun bisa jadi diri sendiri ketika bersama lingkungan itu. Jadi lebih banyak terbuka ke lingkungan lagi sih. Kadang kalau kita bersikap terlalu tinggi, orang lain bakal segan. Kita harus berani terbuka dan ngumpul dengan teman-teman lama. Pokoknya, banyakin ngobrol sama yang lain,” pungkas Rigen.

                                                                    ***

Perkembangan komedi di Indonesia ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Kita bisa melihat bentuk komedi yang dekat dengan kebudayaan Indonesia, “terjebak” pada formula erotis, hingga akhirnya kebebasan berkomedi yang dibatasi oleh berbagi peraturan. 

Enggak menutup kemungkinan jika kita bisa melihat tren komedi baru lainnya di masa mendatang. Sebab yang dulunya lucu dulu jadi terlalu sensitif hari ini. Bisa pula bagi sebagian orang lucu, tapi bagi orang lain terasa garing. 

Sulit ya, jadi komedian? Mereka harus bikin lawakan kadang ‘mentok di norma’, harus lucu, padahal mungkin kondisinya lagi enggak baik-baik saja. Mengutip sebuah kalimat dari Emma Erna Bombeck, seorang penulis kolom humor ternama di Amerika Serikat; “Ada sebuah garis tipis yang memisahkan antara tawa dan sakit, komedi dan tragedi, humor dan luka.”

Salut untuk semua komedian Indonesia, terima kasih sudah menghibur!

Bonus: Film Komedi Erotis di Indonesia, Dibenci Tetapi Dipuja

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.