4 Isu Sosial yang ‘Disindir’ dalam Kim Ji-Young, Born 1982

Kim Ji-young, Born 1982 memang kontroversial di Korea Selatan. Soalnya, isu yang diangkat adalah hal yang selama ini dianggap tabu sama masyarakat konvensional Korea Selatan. Ada tekanan yang beda di Korea Selatan buat para perempuan, khususnya para ibu muda.

Di sana, meski membebaskan rakyatnya untuk mengungkapkan pendapat, ada nilai-nilai dalam masyarakat yang sejak dulu enggak boleh dibantah. Rasa hormat yang berlebihan sama orang yang lebih tua (berlebihan di sini, tuh, sampai-sampai kalian mesti diam saja meski dinyinyirin sama yang lebih tua), perempuan yang harus manut-manut aja sama laki-laki, hingga istri yang sebaiknya mengurus anak aja supaya para suaminya bisa tetap bekerja.

Dok. EonTalk

Parahnya lagi, hal ini seakan dibiarkan aja oleh sistem masyarakat di Korea Selatan. Makanya, nih, kalian butuh film-film kayak Kim Ji-young, Born 1982 ini buat membuka wawasan kalian soal Korea Selatan. Yap, negara yang terkenal dengan K-Pop nya ini enggak seindah itu, loh. Banyak “masalah” yang enggak bakal kalian lihat di drakor yang isinya cuma cinta-cintaan aja.

KINCIR pun menemukan empat isu sosial besar yang disindir dalam Kim Ji-young, Born 1982 ini. Apa aja isu tersebut dan benarkah isu itu terjadi di Korea Selatan? Simak ulasannya di sini.

1. Diskriminasi Gender

Dok. EonTalk

Ini, sih, isu yang paling terasa disindir di sepanjang film. Mulai dari karyawan perempuan yang enggak dipilih ke tim khusus sampai bos perempuan yang disindir enggak jadi ibu yang baik cuma karena dia memilih berkarier, semuanya bakal bikin kalian merasa gerah. Separah itukah diskriminasi di sana?

Akan tetapi, ya, memang diskriminasi gender ini bukan isu baru di Korea Selatan. Kalau di Kim Ji-young, Born 1982, Kim Ji-young “dipaksa” mengundurkan diri setelah dia hamil karena dianggap bakal merepotkan kalau dia tetap bekerja. Repot karena dia jadi enggak bisa ngurus anak. Repot karena pekerjaan di kantornya mungkin terbengkalai.

Dok. EonTalk

Bahkan, ada salah satu adegan di kantor suaminya, Jung Dae-hyun (Gong Yoo), ketika seorang rekan kerjanya terlambat karena harus mengurusi anaknya dulu dan malah terpaksa membawa anaknya ke kantor. Bosnya bukannya merasa simpati, malah kelihatan sebal dan memaksa dia segera mengerjakan semua pekerjaannya.

Ngurus anak bukanlah alasan buat datang terlambat, tapi kalau mereka memilih jadi ibu rumah tangga, mereka juga bakal dianggap enggak berharga. Enggak lebih dari sekadar pesuruh suami dan keluarga.

Hal ini bukannya sekali dua kali dirasakan perempuan Korea Selatan. Dilansir dari Japan Times, dalam sebuah survei oleh Realmeter yang diadakan terhadap 1.000 orang Korea Selatan berusia 19–44 tahun pada September lalu, sebanyak 81.2% mengatakan konflik gender merupakan masalah serius di Korea Selatan. Bahkan, hal ini semakin jadi sorotan setelah pada Mei 2016 terjadi pembunuhan terhadap seorang cewek di Stasiun Gangnam, dengan motif pelakunya benci cewek itu kayak memandang rendah dirinya.

2. Gerakan #MeToo

Makanya, pada 2018, gerakan #MeToo juga tumbuh besar di Korea Selatan, dengan jumlah cowok yang membenci gerakan ini juga meningkat. Seperti yang dilansir sama Asia Times, jadi, saat para cewek di Korea Selatan berjuang demi hak mereka, para cowok di sana malah nyinyir balik dengan bilang bahwa mereka juga korban diskriminasi gender karena mesti ikut wajib militer dan bekerja setelah menikah, sementara para cewek bisa “cuma” duduk santai di rumah, menghabiskan uang suaminya.

Dok. EonTalk

Tentunya, hal ini juga yang bisa kalian lihat di Kim Ji-young, Born 1982. Anggapan bahwa cewek yang merawat sendiri anaknya di rumah alias jadi ibu rumah tangga enggak lebih dari cewek yang bisanya santai dan tukang ngabisin duit suaminya.

Padahal, mereka enggak tahu seberapa besar usaha yang dilakukan buat merawat seorang anak ketika cewek itu sendiri di rumah. Enggak ada yang namanya cuma dalam sebuah pekerjaan, meskipun itu adalah ibu rumah tangga. Merawat dan membesarkan seorang anak juga bukan tugas cewek aja. Ya, bagaimana, masa bikinnya berdua terus suruh rawatnya sendiri?

3. Budaya Patriarki

Dok. EonTalk

Nah, Kim Ji-young, Born 1982 juga menyoroti budaya patriarki yang membesar-besarkan dan meninggikan cowok daripada cewek. Hal ini terlihat saat ayah Kim Ji-young lebih memanjakan anak ketiganya yang cowok daripada memikirkan Ji-young. Ayahnya bahkan sampai enggak tahu makanan kesukaan Ji-young dan sempat meminta Ji-young enggak kerja dan jadi ibu rumah tangga aja.

Sementara itu, anak cowoknya jadi primadona di keluarga sampai-sampai tantenya Ji-young pernah bilang waktu kecil bahwa ibunya Ji-young harus punya anak cowok. Punya dua anak cewek aja enggak cukup karena anak cowok adalah kebanggaan keluarga.

Karena gerakan #MeToo tadi juga, di Korea Selatan sekarang jumlah misoginis berkembang pesat. Malah, ada yang terang-terangan mengaku dia enggak mendukung gerakan #MeToo dan feminisme di Korea Selatan, seperti yang dilansir CNN.

Dok. EonTalk

Lucunya lagi, para cowok memberikan skor 2,5 buat film Kim Ji-young, Born 1982 dengan bilang bahwa film ini enggak menggambarkan kenyataan dan melebih-lebihkan. Sementara, para cewek memberikan skor 9,5 karena dinilai menggambarkan kenyataan sehari-hari yang dialami cewek Korea, tapi enggak bisa diungkapkan ke publik.

Jadi, enggak heran kalau World Economic Forums menempatkan Korea Selatan di urutan 115 dari 149 negara dalam hal kesetaraan gender pada 2018. Bahkan, Indonesia aja masih masuk urutan 85, meskipun ini juga bukan hal yang bisa dibanggakan, ya. Cewek di Korea Selatan juga digaji 2/3 dari cowok dan cuma 2,3% cewek Korea Selatan yang menduduki jabatan eksekutif dari 348 perusahaan besar di Korea Selatan pada 2015.

Sementara, di New York Times malah menyebutkan bahwa cowok di Korea Selatan memegang rekor sebagai yang paling sedikit melakukan pekerjaan rumah di antara cowok di negara-negara maju dunia. Cowok Korea Selatan melakukan pekerjaan rumah rata-rata 45 menit per hari atau 1/5 dari yang dilakukan para cewek. Jadi, ya, budaya patriarki di Korea Selatan masih menjadi masalah.


4. Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual itu bentuknya enggak cuma yang langsung bersentuhan sama fisik seseorang. Yang enggak bersentuhan langsung tapi merugikan individu yang dilecehkan tersebut juga termasuk pelecehan seksual. Misalnya aja revenge porn atau yang lebih buruk lagi pemasangan kamera pengawas tersembunyi di dalam bilik toilet!

Publik Korea Selatan memang sempat dihebohkan oleh kamera tersembunyi di toilet umum Korea Selatan yang dipasang para cowok buat dijadikan bahan video porno yang dibagikan di Molka. Dikutip dari The Economist, para cewek Korea berdemonstrasi membawa poster bertuliskan “My life is not your porn”.

Dok. EonTalk

Enggak tanggung-tanggung, ada ribuan kasus penemuan kamera tersembunyi di toilet, tempat ganti baju, hingga rumah atau apartemen cewek. Dan jarang banget yang dihukum atas kejahatan seksual ini karena polisi enggak menganggap serius cewek.

Kejahatan seksual ini juga yang ditampilkan dalam Kim Ji-young, Born 1982 saat mantan rekan kerja Ji-young menemukan kamera tersembunyi di bilik ketiga toilet kantornya. Kamera itu dipasang oleh OB gedung yang akhirnya dipecat dari kantor, tapi enggak dihukum atas kejahatannya itu.

***

Melihat keempat isu sosial yang diangkat dalam Kim Ji-young, Born 1982, kalian mungkin ngerasa gerah dan panas dengan budaya patriarki dan misoginis di sana. Akan tetapi, itulah kenyataan yang coba ditunjukkan dalam film ini. Jadi, boleh percaya atau enggak, kehidupan di Korea Selatan enggak seindah di drakor!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.