Soundtrack, Aktor Tak Terlihat yang Bikin Adegan Jadi Ikonis

Soundtrack merupakan lagu tema yang mengiringi sebuah film. Awalnya, soundtrack adalah sebutan bagi sebuah musik berwujud lagu dalam film yang dinyanyikan band atau musisi. Namun, dalam perkembangannya, soundtrack kini juga sudah mencakup alunan instrumen tanpa nyanyian yang mengiringi sebuah adegan, layaknya musik scoring.

Soundtrack kerap disebut sebagai “aktor yang tak terlihat” karena punya fungsi atau peran yang tak kalah penting dengan para aktor buat menghibur penonton suatu film. Fungsi utama dari soundtrack adalah membangun atmosfer dalam sebuah adegan serta menambah penggambaran emosi karakternya. Nada ataupun lirik dari soundtrack biasanya dibuat sesuai dengan kondisi adegan. Penggunaan musik dan soundtrack di momen yang tepat membuat banyak adegan pun jadi semakin mudah diingat.

Contohnya lagu “The Sound of Silence” milik Simon & Garfunkel yang menjadi soundtrack dua film Hollywood populer, yaitu The Graduate (1967) dan Watchmen (2009). Dalam Watchmen, lagu ini muncul pada adegan pemakaman dari The Comedian. Melodi yang melankolis dan lirik memilukan menambah atmosfer sedih pada momen pemakaman tersebut.

Sementara itu, lagu ini juga muncul pada ending The Graduate ketika Benjamin berhasil membawa kabur Elaine dari pernikahan sang cewek. Momen itu seharusnya menjadi hal yang membahagiakan bagi Benjamin dan Elaine. Namun, keduanya justru merasa kembali menemukan kebuntuan akan masa depan mereka. Ini berhasil tergambarkan lewat lirik pembuka lagunya, “hello darkness, my old friend.”

Selain itu, soundtrack juga bisa mendefinisikan genre dari sebuah film. Khusus genre horor, sebenarnya ada nada serta frekuensi tertentu yang bikin filmnya jadi semakin menyeramkan. Contohnya film The Shining (1980), yang beberapa soundtrack-nya menggunakan “Devil’s interval” atau tritone, sebuah nada yang menurut para ahli musik bisa menciptakan berbagai emosi negatif. Namun, hal ini justru dimanfaatkan buat menekankan genre horor pada film-film Hollywood.

Beda lagi dengan film yang bergenre aksi cenderung menggunakan soundtrack dengan tempo tinggi. Misalnya saja dalam film Thor: Ragnarok (2017) yang kerap menggunakan lagu “Immigrant Song” oleh Led Zeppelin pada setiap adegan pertarungan sang Dewa Petir.

Berdasarkan penelitian Matthew Stork, postdoctoral dari School of Health and Exercise Science di University of Colombia, Kanada, musik dengan tempo BPM tinggi bisa meningkatkan detak jantung atau adrenalin seseorang. Oleh karena itu, lagu dengan BPM tinggi kerap menjadi soundtrack dari film yang bergenre aksi, petualangan, ataupun sebuah adegan dalam film yang punya nuansa penuh semangat.

Salah satu soundtrack dengan BPM tinggi adalah lagu “Lintang” dari band NTRL yang menjadi soundtrack dari film Laskar Pelangi (2008). Lagu Lintang juga membuktikan bahwa soundtrack bisa membangun identitas sebuah karakter.

Lagu bergenre rock ini mengisahkan perjalanan hidup tokoh utama filmnya, Lintang, dalam menimba ilmu di kampung halaman. Temponya dibuat tinggi dan bernada semangat seolah kita ikut mengejar ilmu bersama Lintang.

Kondisi ini hampir mirip ketika “Imperial March” pada waralaba Star Wars menjadi pertanda munculnya sosok Darth Vader setiap kali musiknya berkumandang.

NTRL menuturkan langsung soal perjalanan kreatif mereka membuat soundtrack, termasuk ‘Lintang’ dan ‘Garuda di Dadaku’. Menurut kami, NTRL termasuk unik sebab semua soundtrack mereka lahap dengan gayanya sendiri.

Menurut Eno, sebagai band yang memiliki ciri serta idealismenya tersendiri, membuat soundtrack juga punya banyak pertimbangan. Salah satunya penyesuaian band dengan keinginan sutradara.

“Kalau album kita bisa menciptakan kreativitas dan idealis yang kita mau as a band. Kalau soundtrack, kita harus menyesuaikan ritme filmnya seperti apa. Jadi lagu yang kita bikin tidak melenceng dari tema, genre, dan keseluruhan filmnya,” ungkap Eno Gitara Ryanto, drummer NTRL.

Soundtrack, Aktor Tak Terlihat yang Bikin Adegan Jadi Ikonis
Soundtrack, Aktor Tak Terlihat yang Bikin Adegan Jadi Ikonis Via Istimewa.

Dalam proses pembuatan soundtrack, Christopher Bollemeyer alias Coki bersama personel NTRL lainnya biasanya menonton filmnya terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan tema lagunya.

“Setelah itu langsung proses bikin lagu atau jamming di studio sesuai dengan vibe filmnya ke arah mana. Selama ini ide lagu selalu sinkron dengan cerita film-film yang pernah kita bikin soundtrack-nya. Jadi, bisa dibilang ide lagu-lagu soundtrack selalu dari NTRL,” jelasnya

Bagus Dhanar Dhana, vokalis NTRL pun mengungkapkan bahwa proses penempatan soundtrack dalam film juga penting dalam proses pembuatannya. “Setelah jelas baru kita bikin lagunya dan juga menulis liriknya,” tutup Bagus.

Baca selanjutnya: Melly Goeslaw, Sang Ratu Soundtrack Indonesia

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.